YESUS MENYERAHKAN NYAWANYA DAN MATI


 Bacaan Matius 27 : 45 - 50
Hari ini semua orang percaya di seluruh dunia memperingati Hari Kematian Yesus Kristus. Ia mati sebagai akibat persekongkolan politik yang dilakukan penguasa agama Yahudi dan penguasa Romawi pada masa itu.  Yesus Kristus dituduh sebagai pemberontak. sebab sepanjang hidup-Nya Dia melakukan aksi-aksi  yang dianggap melawan kekuasaan yang sah; baik kekuasaan agama, maupun politik. Oleh karena itu, Dia dihukum mati secara tersalib. Dalam pikiran mereka para penguasa yang menghukum-Nya, penyaliban dan kematian Yesus akan menghentikan dan bahkan mematikan seluruh aksi dan gerakan-Nya. Sebab para pengikut-Nya tidak akan berani menghadapi resiko disalib seperti yang dialami oleh Yesus.

Para penguasa, tentu tidak merasa sedih karena telah menyalibkan Yesus. Para murid pun, meskipun sedih namun karena diliputi ketakutan maka mereka tidak berani menampakkan kesedihannya di hadapan Yesus yang tersalib. Hanya beberapa perempuan, termasuk ibu Yesus, juga Yohanes, yang tetap berdiri dari jauh sambil memandang Yesus yang sedang tergantung di salib dengan wajah dan hati yang hancur dan sedih. Yang justru sangat memperlihatkan wajah kesedihannya atas penyaliban dan kematian Yesus adalah alam ciptaan-Nya. memang, disadari atau tidak bahwa alam lebih menghormati dan mengagungkan Tuhan, sang Pencipta, daripada manusia. Alam ikut rusak oleh ulah manusia yang jahat dan berdosa. Dan alam sadar dan tahu betul bahwa kematian Yesus di salib adalah juga untuk menyelamatkan dan memulihkan alam semesta dari kerusakan akibat dosa. Itu sebabnya alam sedih dan berduka atas kematian Yesus. Itulah yang kita baca dalam bacaan Alkitab.

Dinyatakan dengan jelas bahwa tiba-tiba hari menjadi gelab. Matahari menyembunyikan wajahnya dan enggan bersinar karena tidak tega melihat derita dan kematian Yesus. Kegelapan meliputi seluruh daerah sekitar Golgota, tempat Yesus disalib selama tiga jam. Guntur dan kilat sahut-menyahut menggemakan bunyi sebagai tanda protes terhadap tindakan manusia, khusus para penguasa yang telah menjatuhkan hukuman mati bagi Yesus.

Peristiwa kegelapan tiga jam  mengingatkan kita pada peristiwa yang sama yaitu kegelapan selama tiga jam  yang terjadi mengawali kematian anak-anak sulung orang-orang Mesir. Perbedaannya adalah jika kegelapan tiga di Mesir mengawali kematian anak-anak sulung orang Mesir, sehingga umat Israel bebas dan selamat maka kegelapan tiga jam di golgota mengawali kematian Anak Sulung Allah sehingga seisi dunia, khusus manusia bebas dan selamat. 

 Disaksikan bahwa kira-kira jam tiga, Yesus berteriak memanggil Bapa-Nya. Sebagai manusia, Yesus sangat merasakan saat itu bahwa  Allah  Bapa meninggalkan Dia sendirian selama di salib. Orang-orang yang hadir di situ ttentu tidak mengerti perasaan hati Yesus. Mereka hanya menyangka bahwa Yesus sedang memanggil Elia untuk menyelamatkan-Nya. Ada juga yang tetap menghina Yesus dengan memberi minum anggur asam kepada-Nya, ketika Ia berkat "Aku haus!" Perasaan ditinggalkan oleh Allah, Bapa-Nya, datang seiring dengan harapan yang besar agar Allah, Bapa segera hadir untuk melenyapkan rasa sakit dan perih yang kian merasuk seluruh tubuh dan sukma. Harapan itulah yang menumbuhkan keyakinan yang makin besar di hati Yesus bahwa Allah tidak pernah meninggalkan Dia. Karena itu, apa pun yang terjadi, Yesus tetap ingin menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan Allah, Bapa-Nya. Yesus tidak mau mati dalam kebimbangan dan keputusasaan. Dia sudah berkomitmen untuk menjalani semua sesuai lehendak Bapa-Nya. Dia yakin bahwa Allah sanggup menyelamatkan-Nya. Karena itu, dengan suara nyaring, Yesus berseru dan menyerahkan nyawa-Nya.

Dalam setiap penderitaan yang kita alami, baik dalam kesusahan hidup sehari-hari, maupun saat penyakit dan kematian mengancam, kita pun sering merasa sendiri. Hati kita sedih dan hancur karena orang-orang terdekat pergi menjauh; bahkan kita anggap bahwa Tuhan pun telah meninggalkan kita. Dalam situasi dan kondisi tersebut, janganlah tergoda untuk menyerahkan diri dan hidup kita kepada manusia dan kuasa apa pun. Penyerahan diri Yesus di salib mengajar kita untuk selalu menyerahkan diri dan hidup kita ke dalam tangan Tuhan Yesus. sebab hanya Dia yang sanggup menyelamatkan kita, baik selama hidup di dunia maupun saat mati. Hidup tidak selamanya gelap, karena ada siang. Tetapi jika saat ini kegelapan sedang menguasai hati, hidup dan usaha-pekerjaan kita, jalani semuanya bersama Yesus maka hanya sesaat saja kegelapan, karena terang mulai merekah dan menerangi selamanya. 

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA