BERITA NATAL ADALAH SEBUAH KRITIK SOSIAL


Hari Natal Minggu, 25 Desember 2011
Bacaan Alkitab : Lukas 2:1-7

…….dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan………….

Saudara terkasih ……………
            Salah satu kaisar yang terkenal adalah kaisar Agustus. Dia terkenal karena perintahnya untuk melakukan pendaftaran penduduk di seluruh wilayah. Semua orang harus kembali ke daerah asalnya untuk mendaftarkan diri. Tujuan sebenarnya terkait penarikan pajak. Sebab pajak yang dibayarkan oleh suatu kota atau daerah harus sesuai dengan jumlah jiwa yang terdaftar di kota/daerah tersebtu.
            Demikian pula Yusuf membawa Maria, tunangannya, berangkat dari Nazareth di Galilea pergi ke Yudea untuk mendaftarkan diri di Kota Daud, yakni Bethlehem. Sebab Yusuf adalah dari keturunan Daud.
            Penginjil Lukas menyaksikan bahwa ketika mereka sampai di Bethlehem, tiba waktunya bagi Maria untuk melahirkan. Yusuf berusaha mencari tempat di rumah penginapan tetapi tidak ada. Akibatnya, Maria melahirkan anaknya yang sulung, seorang anak laki-laki. Maria membungkusnya dengan lampin dan membaringkannya di dalam palungan.
            Kisah ini mengandung sebuah kritik sosial terhadap kondisi nyata pada masa itu. Bahwa sementara penguasa dunia berusaha menimbun harta benda melalui  pajak untuk membangun kota dan istana yang megah, Allah justru meninggalkan takhta-Nya yang Agung dan Mulia untuk menjadi manusia. Ia tidak dibungkus dengan selimut hangat atau jubah kebesaran, tetapi hanya sehelai kain lampin. Ia juga tidak dibaringkan di tempat tidur berkasur empuk yang nyaman, tetapi hanya di dalam palungan; tempat  makan ternak.
            Berita Natal bukan hanya kabar sukacita tetapi juga sebuah kritik terhadap pola hidup mewah yang dipraktekkan oleh para penguasa dunia dengan mengorbankan hak hidup rakyat. Jadi, jika kita juga mempraktekkan poloa hidup mewah dengan mengorbankan hak hidup orang lain maka berita Natal adalah juga sebuah otokritik bagi kita. Dia lebih memilih untuk lahir di hati dan hidup orang lain, yakni mereka yang miskin dan hina. ---------a.f-----SBU----

SEJARAH PENGAKUAN IMAN RASULI (Credo Apostolicum)


Pengantar
Untuk memahami proses muncul dan berkembangnya kredo-kredo atau pengakuan-pengakuan iman gereja, yang berfokus pada Pengakuan Iman Rasuli. Sesuai dengan konteks munculnya dan penggunaannya dalam gereja sekarang ini, peserta diajak untuk mengkritisi fungsi dan kegunaan kredo atau pengakuan iman dalam hidupnya sebagai warga GPIB.

Uraian Materi Pembelajaran
Pengakuan iman adalah ungkapan yang digunakan untuk menerjemahkan istilah Latin, credo (Inggris creed, di-Indonesia-kan dengan “kredo”), yang berarti “Aku percayaIstilah kredo atau pengakuan iman ini digunakan untuk menunjuk pada pernyataan iman, pokok-pokok ringkas kepercayaan Kristen, yang diterima umum oleh semua gereja. Atas dasar itu, kredo (pengakuan iman) tidak digunakan untuk pernyataan iman yang berkaitan dengan suatu denominasi gereja. Pernyataan iman suatu denominasi gereja lazimnya disebut konfesi (confession). Jadi, kredo (pengakuan iman) mengacu pada keseluruhan gereja (oikumenis), yang berisi pernyataan-pernyataan kepercayaan yang diterima oleh semua gereja. Sebuah kredo (pengakuan iman) telah diterima sebagai suatu ringkasan pokok-pokok iman Kristen yang formal dan universal.
Di kalangan gereja pada masa patristik (bapa-bapa gereja, 100-451) kata Yunani symbolum atau Latin symbola (: simbol, lambang, tanda pengenal) digunakan untuk menunjuk pada kredo (pengakuan iman) yang diterima gereja dan wajib dipegang oleh semua orang Kristen. Ada tiga kredo atau pengakuan iman dari gereja masa itu yang diterima secara universal di seluruh gereja, dan karena itu disebut ketiga simbol oikumenis. Ketiga simbol oikumenis itu adalah: Symbolum Apostolicum (Pengakuan Iman Rasuli) yang lahir di Gereja Barat (Eropa Barat kuno dan berbahasa Latin, Symbolum Niceano-Constantinopolitanum (Pengakuan Iman Nicea-Konstatinopel) yang lahir di Gereja Timur (Eropa Timur kuno dan berbahasa Yunani) tahun 381, dan Symbolum Athanasianum (Pengakuan Iman Athanasius) yang juga disebut menurut kata pertama dalam bahasa Latin Symbolum “Quicunque” (Pengakuan Iman “Barangsiapa”).
Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Necea-Konstantinopel mempunyai latar belakang pembaptisan. Di gereja mula-mula punya kebiasaan untuk membaptis mereka yang bertobat menjadi Kristen pada hari raya Paskah, menggunakan masa Sengsara (Prapaskah) sebagai masa persiapan dan pengajaran bagi pengakuan iman di depan umum dan komitmen para petobat itu. Persyaratan dasar bagi para petobat baru yang mau dibaptis ialah, bahwa mereka diharuskan menyatakan imannya di depan umum. Kredo atau pengakuan iman itu nampaknya muncul sebagai pernyataan iman yang seragam yang harus diucapkan oleh para petobat baru yang mau dibaptis. Baptisan itu sendiri awalnya dilayankan bagi orang-orang dewasa. Orang-orang yang akan dibaptis harus menyatakan lebih dahulu apa yang dipercayai oleh gereja dalam bentuk tanya-jawab. Tanya-jawab ini di kemudian hari berkembang menjadi apa yang kini kita sebut katekese atau katekisasi (Yunani, katekhein). Pengakuan-pengakuan iman ini konteks awalnya adalah pengajaran untuk persiapan baptisan bagi para calon baptis (katekumen). Konteks baptisan itu nampak dari strukturtrinitas pengakuan pengakuan iman itu. Baptisan dilayankan dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan karena itu pengakuan iman disusun sesuai dengan ketiga unsur itu.
Rumusan-rumusan pengakuan iman mulai menjadi tetap pada abad ke-2. Menurut Bernhard Lohse, dalam bukunya Pengantar Sejarah Dogma Kristen, pengakuan-pengakuan iman paling tua yang ditetapkan dalam gereja adalah Pengakuan Iman Baptisan Romawi yang tua, yang umum disebut sebagai Romanum. Bentuk mula-mula dari pengakuan iman ini adalah sebagai berikut:
  • “Aku percaya di dalam Allah Bapa, (yang) Mahakuasa;
  • Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya, diperanakkan,Tuhan kita,
  • Dan di dalam Roh Kudus, gereja yang kudus, kebangkitan daging.”
Rumusan yang sangat sederhana itu aslinya terdiri dari penegasan-penegasan yang bersisi tiga. Mungkin menjelang akhir abad ke-2, definisi-definisi yang lebih tepat ditambahkan pada unsur-unsur yang kedua dan ketiga, sehingga terbaca sebagai berikut :
  • -“Aku percaya di dalam Allah Bapa, (yang) Mahakuasa;
  • -Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya yang diperanakkan, Tuhan kita, yang oleh Roh Kudus, dari perawan Maria, yang disalibkan di bawah Pontius Pilatus dan dikuburkan;pada hari yang ketiga bangkit dari yang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Bapa; dari mana ia akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati;
  • -Dan di dalam  Roh Kudus, gereja yang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging”
Pengakuan-pengakuan iman seperti inilah yang beredar di kebanyakan jemaat-jemaaat Kristen di Barat. Mula-mula dalam bentuk tanya-jawab (responsoris), dan kemudian pada abad ke-3 dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Bentuk yang menjadi baku dalam Gereja Barat adalah apa yang kini kita kenal dalam Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan iman ini disusun mulai abad ke-4 hingga abad ke-10. Bentuknya seperti yang kita kenal sekarang muncul dalam suatu tulisan di Perancis Selatan kira-kira tahun 750. Di Gereja Timur ada pelbagai pengakuan iman yang muncul, namun yang dikenal dan diterima umum adalah apa yang kita kenal dengan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel. Menurut para ahli, pengakuan iman ini sebenarnya berasal dari jemaat Yerusalem, yang kemudian ditambahkan dengan beberapa unsur yang menegaskan keilahian Kristus dan Roh Kudus., dan ditetapkan dalam Konsili Kontantinopel (kini Istambul di Turki) thun 381. Pengakuan iman ini harus dibedakan dengan pengakuan iman Gereja Timur lainnya, yaitu Pengakuan Iman Nicea, yang sebenarnya berasal dari kota Kaesarea dan ditetapkan dalam Konsili Nicea (kini Iznik, juga di Turki) tahun 325.
Pengakuan Iman Rasuli kemungkinan besar adalah bentuk pengakuan iman yang paling dikenal di Gereja Barat. Pengakuan iman ini terdiri dari tiga bagian utama, yang berhubungan dengan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Ada juga bahan-bahan yang berhubungan dengan gereja, penghakiman dan kebangkitan. Sedangkan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel adalah pengakuan iman yang bentuknya lebih panjang, yang memasukkan bahan-bahan tambahan berhubungan dengan pribadi Kristus dan karya Roh Kudus. Dalam menjawab kontroversi tentang keilahian Kristus, Pengakuan Iman Necea-Kontantinopel memasukkan penegasan-penegasan kuat tentang kesatuan-Nya dengan Allah, termasuk ungkapan-ungkapan “Allah dari Allah” dan “sehakikat dengan Bapa.”
Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan iman ini disebut “rasuli” karena isinya mengungkapkan pokok-pokok pengajaran para rasul sebagaimana yang diajarkan para rasul seperti tercermin dalam Alkitab (PB). Di kalangan gereja di Indonesia, Pengakuan Iman Rasuli juga dikenal dengan sebutan “Dua Belas Pasal Pengakuan Iman.” Disebut demikian karena memang pengakuan iman ini terdiri dari dua belas pasal atau artikel, namun sebenarnya tidak diketahui alasan persisnya. Sebutan Pengakuan Iman Rasuli pertama diperkenalkan oleh Rufinus (seorang penulis kuno yang mati sekitar tahun 410) dalam sebuah bukunya. Ada cerita yang mengatakan bahwa pengakuan iman itu terdiri dari dua belas artikel, karena tiap rasul mengucapkan satu artikel. Akan tetapi, hal ini sulit untuk dibuktikan.
Mari kita perhatikan bagian-bagian besar dari Pengakuan Iman rasuli itu.
Bagian I berbunyi : Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
Bagian ini hendak menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang mahakuasa, Pencipta langit, bumi dan segala isinya, serta yang memelihara dan memerintahnya.                      
Bagian II berbunyi : Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut; pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Bagian ini hendak mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang melalui kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya – berkarya menyelamatkan semua manusia dan juga kita; Dialah Tuhan kehidupan.
Bagian III berbunyi : Aku percaya kepada Roh Kudus; gereja yang kudus dan am; persekutuan orang kudus; pengampunan dosa; kebangkinan daging; dan hidup yang kekal.
Bagian ini hendak mengatakan bahwa Roh Kudus-lah yang membuat karya penyelamatan Kristus efektif dalam hidup orang percaya, yang telah diampuni dan diberikan hidup kekal.

Kepustakaan :
  1. Alister E. McGrath, Christisn Thology: An Introduction, second edition, Massachusetts: Blackwell Publisher Inc., reprinted 1997.
  2. Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, terjemahan. A.A. Yewangoe, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2001.
  3. Ch. De Jonge, Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2000.
  4. Harun Hadiwijono, Inilah Sahadatku, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
  5. Tony lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen, terjemahan Corry Item-Corputty, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet. Ke-4, 2001.

SEMBAHLAH ALLAH


Minggu Advent IV
Bacaan Alkitab : Wahyu 22: 6-11

"Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!

Saudara terkasih …..

Berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi di dunia ini turut mempengaruhi iman orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Pergesaran iman banyak dialami oleh orang percaya. Hal tersebut nampak dalam penyembahan kepada Tuhan. Waktu yang dipakai oleh orang percaya semakin sedikit untuk menyembah Tuhan, seperti beribadah, membaca Alkitab, berdoa dan memuji Tuhan. Waktu lebih banyak dipakai dan dihabiskan untuk kebutuhan-kebuthan jasmani, seperti bekerja, bisnis dari pagi hingga malam hari, sehingga tidak ada waktu untuk menyembah Tuhan.
            Apa yang dilihat dan didengar oleh Yohanes berbahagialah orang yang menuruti perkataan nubuat-nubuat ini. Kebahagiaan yang dimiliki dan didapati manusia dalam bentuk benda adalah kebahagiaan yang sifatnya sementara. Tetapi kebahagiaan yang diperoleh dari ketaatan kepada Tuhan adalah kebahagiaan yang kekal. Kita hidup di dunia ini memang membutuhkan sesuatu yang dapat menunjang kehidupan kita dan keluarga kita, seperti harta. Tetapi sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, kita harus memahami dan mengimani bahwa hidup kita pertama-tama bukan bergantung pada harta tetapi kepada Tuhan yang adalah Sumber Hidup kita.
            Orang yang tidak mau menyembah Tuhan akan terus tidak mau menyembah Tuhan. Orang yang tidak mau menyembah Tuhan sama artinya orang yang terus berbuat kejahatan. Tetapi kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, janganlah kita terus berbuat kejahatan. Tuhan Yesus tidak menghendaki hal itu. Perlu kita imani dan sadari, bahwa kita adalah orang-orang yang telah dibenarkan dan dikuduskan Tuhan Yesus. Sebagai orang yang telah dibenarkan dan dikuduskan, kita harus selalu benar dan kudus. Kita harus selalu hidup dalam Kasih, menjauhkan dari hati dan pikiran yang jahat, kebencian dan permusuhan. Sembahlah  Dia….    ----PDT----SBU----

JADWAL IBADAH NATAL 2011 DAN TAHUN BARU 2012


Ibadah malam sebelum Natal, Sabtu 24 Desember 2011
GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Adriano Wangkay, S.Th
PS : Debora  | Organis : Dimas Kotten | Pianis : Regina Bail

GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 21.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Retno Wendelina Siahaan-Sumaredi, S.Th
PS : Pelkat PKB Gabungan   | Organis : Erly Abineno | Pianis : Ruth Boelan

Gedung Gereja Oikomene Immanuel Denpasar
Belakang RSU Udayana  Jl. P. B. Sudirman Denpasar
Jam 16.30 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Loide Rahmanto-Siagian, S.Si
PS : Pelkat PKP Priskila   | Organis : Yuni Bail | Pemandu Lagu : Ny. Renny Tompudung

Gedung Gereja Oikomene Praja Rakcaka Kepaon Denpasar
Jl. Bypas Ngurah Rai, Asrama Kodam IX Udayana Denpasar
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Asrin Tandoapu, S.Th.
PS : Musafir  | Organis : Joseph Manurung  | Pemandu Lagu : Robert M. Mihaballo

Gedung Gereja Oikomene Damai Sejahtera Dalung
Jalan Kebo Iwa Dalung
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Anna Aminah Hamid
PS : Musafir  | Organis : Joseph Manurung  | Pemandu Lagu : Robert M. Mihaballo

Pos Pelkes GPIB Maranatha Denpasar di Negara-Jembrana
Jam 19.00 Wita
Pelayana Firman : Pendeta Rosalina Sriwahyuni Lawalata, S.Si-Teol
Organis : Sdri Sherly Banu | Pemandu Lagu : Ny. Mike Yanet T. Ngelo
 
Ibadah Natal, Minggu 25 Desember 2011
GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 05.30  Wita
Pelayan Firman : Pendeta Adriano Wangkay, S.Th
PS : Alfa Omega  | Organis : Verga Bellany  | Pianis : Bima Immanuel | Pemandu Lagu : Nora Sennabu

GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 09.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Anna Aminah Hamid
PS : Maranatha   | Organis : Enggelina Nalle | Pianis : Polin Pah

GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Retno Wendelina Siahaan-Sumaredi, S.Th
PS : Pelkat PKP Gabungan   | Organis : Ny. Nini Karundeng | Pianis : Carolina Manurung

Gedung Gereja Oikomene Immanuel Denpasar
Belakang RSU Udayana  Jl. P. B. Sudirman Denpasar
Jam 07.00 Wita
Pelayan Firman : Vikaris Joane Lynne Nahumury, S.Si-Teol
Organis : Debby Tandungan  | Pemandu Lagu : Billy Ratu

Gedung Gereja Oikomene Praja Rakcaka Kepaon Denpasar
Jl. Bypas Ngurah Rai, Asrama Kodam IX Udayana Denpasar
Jam 09.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Loide Rahmanto-Siagian, S.Si
Organis : Ny. Herlinda Permana  | Pemandu Lagu : Ny. Lenny P. Bombo

Gedung Gereja Oikomene Damai Sejahtera Dalung
Jalan Kebo Iwa Dalung
Jam 10.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Asrin Tandoapu, S.Th.
PS : Pelkat PKB Wilayah IV  | Organis : Monica Duka  | Pemandu Lagu : Billy Ratu

Pos Pelkes GPIB Maranatha Denpasar di Negara-Jembrana
Jam 09.00 Wita
Pelayana Firman : Pendeta Rosalina Sriwahyuni Lawalata, S.Si-Teol
Organis : Sdri Sherly Banu | Pemandu Lagu : Ny. Mike Yanet T. Ngelo

Ibadah Natal II, Senin 26 Desember 2011
GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 09.00  Wita  
Pelayan Firman : Pendeta Adriano Wangkay, S.Th
Dilayani Sakramen Baptisan Kudus
PS : Pelkat Gerakan Pemuda dan PelKat  PT   | Organis : Yuni Bail  | Pianis : Talita Lekatompessy

Pos Pelkes GPIB Maranatha Denpasar di Negara-Jembrana
Jam 09.00 Wita
Pelayana Firman : Pendeta Rosalina Sriwahyuni Lawalata, S.Si-Teol
Organis : Sdri Sherly Banu | Pemandu Lagu : Ny. Mike Yanet T. Ngelo

Ibadah Syukur di Akhir Tahun, Sabtu 31 Desember 2011
GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Adriano Wangkay, S.Th
 Organis : Viory Aris  | Pianis : Munny Messakh  | Pemandu Lagu : Ny. Maria Tri Pujo

GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 21.00 Wita
Pelayan Firman : Vikaris Joane Lynne Nahumury, S.Si-Teol
PS : Eklesia   | Organis : Debby Tandungan | Pianis : Corselia Tentua

Gedung Gereja Oikomene Immanuel Denpasar
Belakang RSU Udayana  Jl. P. B. Sudirman Denpasar
Jam 20.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Loide Rahmanto-Siagian, S.Si

Gedung Gereja Oikomene Praja Rakcaka Kepaon Denpasar
Jl. Bypas Ngurah Rai, Asrama Kodam IX Udayana Denpasar
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Anna Aminah Hamid

Gedung Gereja Oikomene Damai Sejahtera Dalung
Jalan Kebo Iwa Dalung
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Retno Wendelina Siahaan-Sumaredi, S.Th

Pos Pelkes GPIB Maranatha Denpasar di Negara-Jembrana
Jam 19.00 Wita
Pelayana Firman : Pendeta Rosalina Sriwahyuni Lawalata, S.Si-Teol

Ibadah memasuki Tahun Baru, minggu 01 Januari 2012
GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 09.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Retno Wendelina Siahaan-Sumaredi, S.Th

GPIB Maranatha Denpasar
Jl. Surapati No. 11 Denpasar
Jam 18.00 Wita
Pelayan Firman : Vikaris Joane Lynne Nahumury, S.Si-Teol

Gedung Gereja Oikomene Immanuel Denpasar
Belakang RSU Udayana  Jl. P. B. Sudirman Denpasar
Jam 07.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Adriano Wangkay, S.Th

Gedung Gereja Oikomene Praja Rakcaka Kepaon Denpasar
Jl. Bypas Ngurah Rai, Asrama Kodam IX Udayana Denpasar
Jam 09.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Ny. Asrin Tandoapu, S.Th.

Gedung Gereja Oikomene Damai Sejahtera Dalung
Jalan Kebo Iwa Dalung
Jam 10.00 Wita
Pelayan Firman : Pendeta Adriano Wangkay, S.Th

Pos Pelkes GPIB Maranatha Denpasar di Negara-Jembrana
Jam 09.00 Wita
Pelayana Firman : Pendeta Rosalina Sriwahyuni Lawalata, S.Si-Teol

IBADAH PERSEKUTUAN ORANG PERCAYA



Pengantar
            Inti penghayatan kita tentang ibadah adalah bagaimana pemahaman kita tentang Allah dan manusia. Keberadaan, sifat dan karya Allah di satu pihak serta keberadaan manusia di pihak lainnya, maka hubungan ke dua-duanya adalah dasar teologis mengapa manusia harus beribadah, berbakti dan menyembah Allah. Tegasnya, karena siapa dan apa yang Allah kerjakan serta siapa manusia di hadapan Allah, maka Allah layak disembah dan manusia berkehormatan memiliki panggilan untuk menyembah Allah.
            Namun dalam konteks bergereja saat ini, terjadi krisis dalam memaknai ibadah-ibadah kristen (Ibadah persekutuan orang percaya) karena ini hanya dilihat dari segi praktisnya. Misalnya …. Ibadah di gereja saya suasananya kering, kaku, lagu-lagunya dan tata ibadahnya tidak menarik. Tidak seperti dipersekutuan anu, dalam ibadah tersebut khotbahnya menyangkut masalah praktis sehari-hari, nyanyian-nyanyiannya dalam ibadah menggetarkan hati, lagu-lagunya enak, bagus dan pas dengan selera masa kini. Suasananya akrab, hangat dan hidup sehingga membuat betah. Ibadah dan liturgi gerejanya yang dulu disatu pihak dianggap konsep tradisional yang usang dan tidak dinamis, sedangkan dalam persekutuannya sekarang ini memberi ruang pada penyembahan dan banyak menekankan manifestasi pekerjaan Roh dan penyembahan yang disemarakan oleh kebebasan mengungkapkan diri lebih penuh dalam menyembah Allah. Disini dapat dilihat bahwa warga jemaat mempunyai suatu kebutuhan dalam ibadah tersebut, mereka mungkin tidak dapat merumuskannya, tetapi mereka merasakannya dan kebutuhan itu menurut mereka hal itu tidak terpenuhi dalam ibadah-ibadah GPIB.
            Kekeliruan pada contoh tadi seolah-olah yang menjadi masalah adalah esensi dari ibadah tersebut, atau mungkin usaha penghayatan tentang ibadah persekutuan orang percaya dijatuhkan ke titik yang salah. Untuk itu kita perlu memahami lebih dalam apa sebenarnya makna ibadah persekutuan orang percaya serta unsur-unsurnya dalam ibadah dan bagaimana hal itu dihayati dalam kehidupan bergereja.

Apa Pengertian Ibadah ?
            Kosa kata ibadah dalam Alkitab sangat luas, tapi konsep asasinya baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru ialah “pelayanan” (kata ibrani Ayodal/Abodah, karya, buah karya) dan Yunani Latreia, leitourgia yang pada mulanya menyatakan pekerjaan budak/hamba upahan dalam rangka mempersembahkan “ibadah” ini para budak meniarap, sebagai ungkapan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjupan penuh puja. Kemudian diberi  arti khas  dalam pelayanan para abdi Ibadah (Imam) sehingga ibadah dipakai sebagai perintah Allah dan oleh karenanya menjadi “pelayan suci” umat untuk merayakan pemujaan kepada Tuhan (Keluaran 20:1-11). Dalam Perjanjian Lama ada beberapa contoh ibadah pribadi ( Kej. 24:26; Kel. 33:9-34:8) tetapi tekanannya adalah pada ibadah dalam jemaat (Mazmur 42:4; 1Tawarikh 29:20) dan ibadah terikat pada waktu-waktu yang telah ditentukan . dalam tradisi Israel, Ibadah itu adalah konsep penyembahan, Yakni :
1). Menyembah sebagai hamba dan yang disembah itu adalah Allah.
2). Manusia datang sebagai hamba, mambawa syukur/korban dan mendengar Sabda serta Titah-titahNya.
3). Setelah dari ritus itu manusia membawa kembali hasil perjalanan iman, dia datang lagi kepada Tuhan, begitu seterusnya. Jadi ibadah itu merupakan 2 medan, bolak-balik. Umat datang kepada Tuha, datang lagi kepada Tuhan begitu seterusnya.
            Dalam Perjanjian Baru kembali muncul ibadah di Bait Suci dan Sinagoge. Kristus mengambil bagian dalam keduanya. Meskipun Yesus Kristus tidak menolak ibadah yang tradisional, namun Ia taruh diriNYa di atas dan Ia melawan hukum-hukum ritual. Artinya selama hukum-hukum dan aturan-aturan dalam ibadah itu hanya secara formalitas ritual belaka tanpa memperhatikan hukum kasih diatas kebiasaan Sabat dan kebiasaan korban (Matius 5:23-24; 12:7-8; Markus 7:1-13). Yesus memberitahukan terlebih dahulu perihal kehancuran bait Allah dan dengannya juga akhir dari Ibadah yang biasa secara ritual mereka jalankan (Markus 13:2) dengan korban kematianNya , Yesus menempatkan diri selaku pengganti bahan korban imam (ibrani 10:19-21). Oleh karena itu penyataan dan penebusan Allah dalam Yesus Kristus dan respon iman kita sebagai akibat pembaharuannya adalah titik tolak mengapa kita mampu merespons panggilanNya untuk beribadah dan layak menyembah. Jadi ibadah dapat  didefinisikan :

“suatu panggilan perayaan dramatis terhadap Allah dalam kelayakan diriNya (istilah worship, dari kata worth dan ship yang menekankan kelayakan Allah sebagai pusat) dan kekayaan kasih karuniaNya yang bertindak memberikan hidupNya melalui pengorbanan Yesus Kristus untuk manusia, sehingga manusia layak ambil bagian dalam hidupnya itu melalui ibadah”

Ibadah adalah kegiatan semua agama, namun pemahaman tentang ibadah bagi gereja berbeda dengan yang lain. Bagi gereja, ibadah adalah pertemuan umat  untuk merayakan kemenangan Kristus yang menyelamatkan manusia. Ibadah adalah ungkapan syukur karena keselamatan di dalam Yesus Kristus. Ketika umat berkumpul untuk memenuhi panggilanNya, maka Tuhan berkenan hadir. Kekudusan ibadah itu karena Tuhan hadir dan karena Tuhan hadir, maka ibadah itu menjadi pertemuan umat dengan Tuhan dan kekudusan ibadah itu terjadi karena Allah hadir. Hal ini menjadi sumber inspirasi bagi seluruh umat manusia, sehingga kehidupannya sendiri adalah suatu liturgi bagiNya.

Sikap dasar orang percaya terhadap Ibadah
            Dalam suatu ibadah, terjadi pertemuan antara Allah dengan manusia dan yang mengundang kita untuk beribadah adalah Allah sendiri. Allahlah yang memungkinkan terjadinya pertemuan itu. Ekspresi hubungan antara Allah dengan manusia dapat terjadi dalam bentuk pribadi, bersama-sama dan dalam sikap hidup yang kita jalani sehari-harinya. Ke tiga hal ini merupakan satu kesatuan dan saling mempengaruhi, semuanya bertujuan satu, memuliakan Allah.
            Lebih jelasnya ada banyak orang yang memperoleh keberanian dan kekuatan dalam pertemuan pribadi dengan Allah. Dan ini berhubungan dengan sikap yang harus mereka ambil dalam hidup sehari-hari di dunia. Sebaliknya pergumulan seseorang sehari-hari di dunia ini dapat dibawanya dalam pertemuan pribadi dengan Allah. Kalau tiap orang melakukan ibadah pribadi, maka hal ini akan mempengaruhi kualitas ibadah bersama.
            Mengingat ibadah adalah ekspresi hubungan kasih antara Allah dan umatNya, maka kita perlu menyiapkan diri menerima tanggungjawab kita dengan sikap yang baik dan benar, sehingga paling tidak ada sikap dasar yang perlu kita miliki terhadap ibadah tersebut, antara lain :

Ibadah disadari sebagai suatu dialog
            Adanya dialog antara Allah yang Mahakuasa, Raja di atas segala raja yang mau datang menyapa manusia melalui kasihNya yang agung bahwa Ia telah berbicara kepada kita melalui Yesus Kristus (Ibrani 1:2  maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta ) Ia terbuka menerima kita yang datang beribadah kepadaNya (Yohanes 4:23). Dialog itu terasa ketika kita melaksanakan ibadah pribadi (berdoa, memuji Tuhan, membaca Alkitab dan doa permohonan untuk pergumulan-pergumulan pribadi). Dalam ibadah bersama hal itu terekspresi dari awal ibadah sampai pengutusan dan berkat (Lihat Tata Ibadah GPIB).
            Perlu disadari bahwa inti dari ibadah adalah Allah, bukan manusia. Dalam ibadah, gereja merayakan siapa Allah dan apa yang telah Dia buat bagi umatNya, umat merespons itu sambil memperbaharui komitmen kepada perjanjian untuk hidup  bagi kemuliaanNya. Ibadah adalah suatu mujizat sebab saat itu tabir pemisah waktu dan ruang antara Allah dan manusia tersibak (Markus 15:38; Ibrani 10:19-22) dan kita dimungkinkan berdialog, berada dalam suasana kekal melalui kehadiran RohNya, menyembah Allah didalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran ) berarti menyembah Dia dalam keberadaan kita terdalam yang telah dibenarkanNya. Sehingga tidak dapat disangkal bahwa saat memuji Tuhan dan berbakti kepadaNya membuat jiwa kita terangkat, daya bakti kita disegarkan dan bahkan mungkin pula masalah yang tengah membelit hidup kita terlepas karenaNya.
            Namun demikian manfaat-mafaat yang terjadi melalui momen itu tidak boleh menjadi motif maupun tujuan utama ibadah kita. Perhatian dan fokus utama ibadah hanyalah Allah saja. Kita berbakti kepadaNya bukan karena kita merasa lebih baik dan lebih rohani, tetapi karena mentaati perintah dan kelayakan diriNya dan karena Dia telah lebih dahulu membuka diri berbicara kepada kita melalui karya agungNya di dalam Yesus Kristus dan umat meresponsnya dengan sukacita dan rasa syukur.

Ibadah adalah ungkapan syukur kita kepada Allah
            Ibadah adalah ungkapan rasa takut dan hormat serta syukur, pujian dan sukacita kita kepada Allah karena Dia telah mengasihi, memelihara dan menyelamatkan kita. Melalui ibadah kita berjumpa dengan Allah, mengenal kehendakNya dan mendekatkan diri kepadaNya. Seperti layaknya Pelayan Firman dipenuhi kerinduan menyampaikan pesan atas nama Allah kepada umat supaya mereka menerima Firman Tuhan dengan penuh sukacita, baik itu menyangkut nasihat, teguran dan janjiNya, demikian pula orang yang datang beribadah perlu dipenuhi semangat dan kesungguhan untuk membawa persembahan seutuhnya sebagai  rasa syukur kepada Allah.
            Adakalanya seusai ibadah, terdengar keluhan “saya tidak dapat apa-apa dari ibadah tadi”. Keluhan ini tidaklah tepat, karena ibadah bukan dimaksudkan suatu acara hiburan, tetapi kita datang untuk memberi penghormatan kepadaNya, memuliakan dan menyembahNya. Tujuan utama kita datang beribadah adalah memberi rasa syukur kita, memberi kasih, penghormatan dan ketaatan kita kepadaNya. Jadi ibadah itu akan menjadi suatu berkat bagi semuanya (pelayan dan jemaat) kalau semuanya menyadari ibadah itu suatu persembahan syukur masing-masing dan secara bersama-sama dipersembahkan kepada Allah.

Ibadah sebagai pertumbuhan dinamis dan kesaksian hidup
            Dalam ibadah yang sejati kehadiran Allah dirasakan, pengampunan Allah didalam Yesus Kristus dinyatakan, tujuan dan janjiNya diteguhkan kembali serta karya Allah didalam pekerjaan RohNya yang Kudus disaksikan melalui perilaku hidup sehari-hari. Artinya, dalam ibadah tersebut harus terjadi dua hal ini, yaitu ibadah yang dilakukan secara ritual (Roma 12:1; Yakobus 1:27) dan ibadah yang dapat diaktualisasikan (Kisah 20:7; Ibrani 10:25) dalam kehidupan  sehari-hari.

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA