KATA SAMBUTAN BADAN PELAKSANA MUPEL GPIB BALI – NTB ( DALAM ACARA PEMBUKAAN SIDANG TAHUNAN MUPEL GPIB BALI – NTB 2012 )


Dengan penuh sukacita, Badan Pelaksana Mupel GPIB Bali – NTB menyambut kehadiran Bapak, Ibu dan Saudara selaku perutusan Jemaat – Jemaat GPIB se Mupel Bali – NTB dalam acara Sidang Tahunan Mupel tahun 2012 di hotel Bumi Asih Renon, Denpasar – Bali. Perjalanan pelayanan tahun 2011 – 2012 pun berakhir disini sekaligus memulai lagi pengembaraan di tahun 2012 – 2013 dengan harapan apa yang telah kita kerjakan dan laksanakan secara bersama – sama dalam mewujudkan kebersamaan di tahun 2011 – 2012 akan terus berlanjut bahkan semakin berkembang pada tahun 2012 – 2013.

Sidang Tahunan Mupel adalah wadah kita bermusyawarah guna menyatukan hati, pikiran dan sikap guna menjabarkan hasil Ketetapan Persidangan Sinode Tahunan yang baru saja berakhir pada 25 Februari 2012 yang lalu di kota Medan, Sumut serta mengarahkan kegiatan – kegiatan bersama untuk tugas pelayanan di tahun 2012 – 2013 dalam konteks regional Mupel Bali – NTB. Tahun pelayanan 2012 – 2013 akan diwarnai oleh proses pemilihan Diaken – Penatua GPIB serta pengadaan / pemilihan fungsionaris Unit – unit Misioner. Terkait dengan hal itu, PKUPPG menetapkan pada tahun 2012 – 2013 tema pelayanan GPIB adalah “Kepemimpinan Yang Membangun Masyarakat.” Di belakang tema ini, harapannya adalah Diaken – Penatua GPIB yang terpilih menjadi pelayan – pelayan Tuhan yang melayani dengan pola kepemimpinan yang membangun komunitas sosial disekitarnya yang berbasis sosio – religius.

Disamping melaksanakan tugas evaluasi terhadap pelaksanaan dan pengembangan program kerja dan anggaran tahun 2011 – 2012, Sidang Tahunan Mupel ini pun bertugas untuk menghasilkan program kerja yang baru pada tahun 2012 – 2013. Sidang Tahunan Mupel 2012 ini pun bersifat strategis mengingat terdapatnya program sinodal yakni Pemilihan Diaken – Penatua GPIB dan itu berlangsung selama enam bulan terhitung April s/d Oktober 2012. Bahkan sesudah proses pemilihan Diaken – Penatua itu selesai, berlanjut lagi dengan pengadaan unit – unit misioner, berupa pemilihan fungsionaris komisi – komisi dan Pelkat yang berlangsung November 2012 sampai dengan Maret 2013. Itu berarti berbagai aktifitas yang hendak dtetapkan pada tahun 2012 – 2013, hendaknya memperhatikan kebutuhan terhadap alokasi waktu dan dukungan anggaran yang tidak kecil di Jemaat – Jemaat, dengan lain perkataan menempati skala prioritas utama.

Mengingat fungsi Mupel adalah jembatan dinamis diantara dua kebutuhan, sinodal dan lokal Jemaat, maka kebutuhan atas kebersamaan di Mupel hendaknya tetap mencerminkan kekuatan kebersamaan itu seperti yang sudah kita nyatakan pada tahun – tahun sebelumnya. Satu agenda sinodal yang berskala besar yang akan dilaksanakan di tahun 2012 – 2013 adalah Ibadah Syukur Agung Pelkat Gerakan Pemuda, dimana Mupel GPIB Bali – NTB menjadi penyelenggaranya. Artinya dibutuhkan komitmen seluruh Jemaat untuk mensukseskan hal itu sekali pun harus melaksanakan proses pemilihan Diaken – Penatua GPIB. Disamping itu, kebutuhan atas pembentukkan lembaga UP2M di Mupel yang berbasis UP2M di Jemaat, hendaknya menjadi solusi terhadap pemberdayaan ekonomi warga di Jemaat, tegasnya sudah saatnya perekonomian warga kita tindak – lanjuti secara serius. Karena itu keberhasilan warga GPIB di Jemaat Ekklesia BUNR – Tuban dengan usaha anggur Roselanya dan warga GPIB Jemaat Eben haezer Gianyar dengan tepung ubi – kayunya, juga usaha warga GPIB Jemaat Maranatha Denpasar dengan ternak ikan lelenya, secara melembaga dapat ditingkatkan dan dimantapkan, sehingga seluruh Jemaat memiliki usaha pemberdayaan ekonomi.

Catatan terakhir, mengingat Sidang Tahunan Mupel 2012 ini menjadi sidang terakhir para Diaken – Penatua masa tugas tahun 2007 – 2012 yang juga berarti akhir dari tugas Pelaksana Harian Majelis Jemaat masa tugas 2010 – 2012, maka tidak ada salahnya jika pada kesempatan ini, atas nama Badan Pelaksana, diucapkan Terima Kasih banyak dengan memberi penghargaan yang besar atas semangat dan kinerja bersama yang ditunjukkan untuk mendorong dan mewujudkan kebersamaan baik secara melembaga melalui berbagai kegiatan mau pun perorangan di dalam wadah Mupel GPIB Bali – NTB. Harapan tentunya, dengan terpilihnya Diaken – Penatua masa tugas tahun 2012 – 2017 dan PHMJ masa tugas tahun 2012 – 2014 kekuatan kebersamaan kita di Mupel GPIB Bali – NTB tetap terpeliharan bahkan semakin matang dan mantap untuk menghadirkan kepemimpinan yang membangun masyarakat.

Secara khusus kepada Majelis Sinode GPIB yang hadir atas undangan Badan Pelaksana, untuk menyampaikan Kata Sambutan dan membuka Sidang tahunan Mupel ini serta memberi arahan dalam rangka penyusunan program kerja tahun 2012 – 2013, juga membawakan Penelaahan Alkitab tentang tema pelayanan GPIB tahun 2012 – 2013, diucapkan terima kasih. Demikian halnya kepada GPIB Jemaat Syalom Munang – Maning Denpasar sebagai pelaksana Sidang Tahunan Mupel 2012 dengan team kerjanya yang sudah bekerja keras untuk memberi yang terbaik kepada seluruh peserta dengan pelayanan yang maksimal, diucapkan terima kasih. Terakhir kepada fungsionaris BPPM yang baru terbentuk tahun 2011 dan yang akan berakhir masa tugasnya pada periode 2011 – 2013 diucapkan terima kasih atas kerja samanya dalam menunaikan tugas verifikasi bidang perbendaharaan Mupel.

Mari kita masuki Sidang Tahunan Mupel tahun 2012 ini dengan harapan Tuhan Yesus Kristus kepala Gereja, memberkati usaha kita untuk memantapkan dan mematangkan kebersamaan itu dengan menghasilkan program kerja dan anggaran tahun 2012 – 2013, Tuhan memberkati.


BADAN PELAKSANA MUPEL GPIB BALI – NTB,



Pendeta ADRIANO WANGKAY, S. TH
Ketua

“Kepemimpinan Masyarakat yang Membangun”,


Bacaan  Kej.1:28-29.
Pendahuluan
            Bacaan ini merupakan bagian cerita pertama tentang penciptaan dari Kejadian 1: 2:4a. Cerita penciptaan ini dipahami sebagai dokumen yang ditulis para imam bait Allah yang kedua, setelah bangsa Yahudi kembali dari Babelonia ke Yerusaem. Kepulangan mereka ke Yerusalem adalah dalam rangka kerajaan Persia ingin memberikan otonomi terbatas di wilayah kekaisarannya dengan mengangkat seorang gubernur dan imam besar diwilayah kekaisarannya. Selaku bangsa Yahudi yang baru kembali dari pembuangan, mereka perlu menyusun ulang identitas mereka sebagai suatu bangsa, setelah sekian lama hidup kacau balau di tanah pembuangan dan bagi mereka yang tertinggal di Palestina dan tidak turut ke Babilonia. Dalam kerangka itu pula timbullah kultus baru dan buku hukum (Torat) bagi mereka, termasuk cerita penciptaan ini. Cerita penciptaan dengan demikian  adalah cerita tentang dunia tempat hidupnya suatu komunitas dan kultusnya. Khususnya cerita penciptaan ini bertujuan pengudusan hari sabat oleh semua mahluk yang diciptakan Allah dalam langit dan bumi ini.
Dalam konteks yang lebih sempit dari Kejadian 1 s/d 2:4a cerita penciptaan ini dapat dilihat dari konteks kejadian 1:26-30.
Ayat 26-27 ; manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Yang mau ditegaskan disini adalah manusia bukan Allah, tetapi dia adalah gambar Allah dan gambar Allah adalah manusia itu sendiri, demikian pendapat E.G. Singgih. Kemudian dinyatakan juga disini kekuasaan manusia itu terhadap binatang (di udara, laut dan daratan).
Dalam ayat 27 dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan. Keduanya sama-sama diciptakan Allah. Ayat ini biasa dipakai untuk menegaskan tentang pemahaman, bahwa laki-laki dan perempuan pada hakekatnya sama di hadapan Tuhan. Yang satu tidak lebih tinggi dari yang lain derajatnya. Akan tetapi dalam kaum perempuan di Indonesia harus menghadapi tantangan kenyataan, bahwa begitu besar pengaruh paternalisme dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
Dalam ayat 28 manusia diberikan keistimewaan, yakni ia diberkati dalam rangka melanjutkan kehidupan dan menaklukkan dan berkuasa atas yang lain ; hewan, tumbuhan dan lingkungan alam sekitar. Dalam masa tertentu, orang Kristen memakai nas ini secara berlebihan untuk mengesahkan perbuatan manusia dalam mengeksploitasi sehabis habisnya. Akan tetapi kemudian, E.G.Singgih menawarkan agar melunakkan pengertian menaklukkan dan berkuasa itu, sehingga tidak diartikan menaklukkan dan berkuasa mutlak 100%, melainkan mengisi dan memaknainya dengan makna “membangun” dan “memelihara” dalam rangka bertanggung jawab atas masa depan bumi (alam dan kehidupannya) yang merupakan habitat manusia.
John Titaley berpendapat, bahwa gagasan kepemimpinan GPIB untuk melayani masyarakat, agaknya tidak cukup hanya melihat dari sisi Kitab Kejadian, tetapi perlu juga melihat gagasan ini dalam surat-surat Paulus, misalnya 1 Korintus 12:3. Saulus bisa menjadi Paulus selaku seorang pemimpin yang dahsyat, itu hanya terjadi oleh karena pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus itulah yang dapat mengendalikan (perasaan, keinginan dan nafsu-nafsu rendah manusia), membedakan yang benar dan yang baik, yang adil dan yang tidak adil.
  Adalah tugas para presbiter/pemimpin-pemimpin GPIB untuk menyiapkan seluruh warganya menjadi warga yang dibaharui dan terus menerus memberi diri dibaharui oleh Roh Kudus, agar dapat tampil dengan gagasan gagasan dan keteladanan kepemimpinan dalam masyarakat luas. Disini pula kita melihat perlunya peningkatan peran Pelkat dalam keluarga. Pribadi yang baik bertumbuh dari keluarga yang baik, keluarga yang baik menjadikan masyarakat dan bangsa yang baik.

Pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi :
1.     Tantangan tantangan apa yang dihadapi oleh kaum perempuan dalam keluarga, gereja dan masyarakat dalam rangka berpartisipasi dalam kepemimpinan gereja dan masyarakat?

Tindakan-tindakan seperti apakah yang menjembatani hubungan hubungan kita dengan kelompok-kelompok masyarakat yang beraneka ragam

ARAHAN UMUM MAJELIS SINODE GPIB

      PENGANTAR

Persidangan Sinode XVIII Tahun 2005 telah menetapkan Tema KUPPG Jangka Pendek II Tahun 2011 – 2016 yaitu “Membangun tatanan kehidupan masyarakat yang rukun dan adil” berdasarkan Roma 15 : 5-7).  
Persidangan Sinode XIX GPIB Tahun 2010 telah menjabarkan tema tersebut kedalam 5 (lima) tema tahunan sebagai berikut : Tema tahunan I (2011 – 2012) : “Manusia Baru yang terus menerus diperbaharui"  (Efesus 4 : 23-24), Bidang Prioritas yaitu Teologi dan Pembangunan Ekonomi Gereja (PEG), Kegiatan Pokok yaitu PST II Medan dan Konven Pendeta GPIB, Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI;

Tema Tahunan II (2012 – 2013) : “Kepemimpinan yang membangun masyarakat” (Kejadian 1 : 28-29), Bidang Prioritas yaitu Pelayanan dan Kesaksian  (PelKes) dan PPSDI – PPK, Kegiatan Pokok yaitu PST  III di SULSELBARA dan Pemilihan ( Diaken, Penatua dan Pendeta, pengurus PELKAT ) serta Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI;  

Tema tahunan III (2013 – 2014) : “Kemitraan dan kesetaraan demi kesetia-kawanan social” (Galatia 3:28), Bidang Prioritas yaitu Informasi – Organisasi – Komunikasi (Inforkom) dan Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI;

Tema tahunan IV dan V dapat dilihat selanjutnya dalam PKUPPG.

Dalam tahun 2012 di semua Jemaat GPIB akan diselenggarakan Pemilihan diaken dan penatua masa tugas 2012 – 2017. Untuk menyiapkan Jemaat-Jemaat GPIB menyelenggarakan Pemilihan Diaken dan Penatua masa tugas 2012 – 2017 sesuai amanat PS XIX Tahun 2010, Majelis Sinode telah menyampaikan Petunjuk Pelaksanaan (JukLak) Pemilihan Penatua dan Diaken kepada Jemaat-Jemaat GPIB dan memberikan pengesahan terhadap Panitia Pelaksana Pemilihan Diaken dan penatua yang diajukan oleh Jemaat-Jemaat.  

PST telah mengeluarkan ketetapan mengenai hubungan GPI dan GPIB. Direncanakan setelah Persidangan Sinode Tahunan ini, GPIB bersama “ketiga saudara tua”, yaitu : GMIM, GPM, GMIT bersama BPH GPI akan duduk bersama menyelesaikan masalah tersebut.
Sebagai Mandataris Persidangan Sinode, Majelis Sinode telah melaksanakan dengan baik KONVEN dan PST GPIB 2012 di Medan Sumatera Utara.

 APA YANG AKAN DIKERJAKAN OLEH GPIB DALAM TAHUN 2012 – 2013 ?

Dalam terang tema Jangka Pendek II dan Tema tahunan 2012-2013 yang tersebut diatas, maka Program Kerja Sinodal GPIB Tahun 2012 – 2013 harus bercirikan hal “Membangun masyarakat yang rukun dan adil melalui kepemimpinan” dengan bidang Prioritas yaitu Pelayanan dan Kesaksian  (PelKes) dan PPSDI – PPK, Pemilihan ( Penatua dan Diaken serta pengurus PELKAT), PST  III di SULSELBARA, dengan Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI.
Salah satu kegiatan penting yang akan kita kerjakan dalam tahun 2012 ini adalah Pemilihan Penatua dan Diaken masa tugas 2012 – 2017.  Diaken dan Penatua yang akan terpilih dalam Pemilihan Diaken dan Penatua itu bersama-sama dengan Pendeta yang ditempatkan oleh Majelis Sinode di Jemaat akan menjadi anggota Majelis Jemaat masa tugas 2012 – 2017.  Sebagai anggota Majelis Jemaat para Diaken dan Penatua itu akan menjadi Pemimpin-Pemimpin dalam Jemaat. Oleh karena itu tema tahun 2012-2013 tentang kepemimpinan amat relevan dengan kegiatan kegiatan yang akan kita lakukan.
Berbicara mengenai Kepemimpinan, maka kita berbicara tentang pemimpin dan orang-orang atau warga jemaat yang dipimpin. Pemimpin umat tidak bisa terlepas dari masyarakat dimana gereja itu berada, seperti halnya ; Jusuf yang memberi kontribusi pengetahuan atau hikmatnya bagi bangsa Mesir (Kej. 41.), Ezra dalam kepemimpinan kerajaan Persia (Ezra 7), Seruan Yeremia untuk mengusahakan kesejahteraan kota ( Yeremia 29:7 ). Yesus yang hidup pada zamannya, Ia juga berinteraksi dengan masyarakat dimana Ia berada. Ia menyembuhkan manusia dari penyakit-penyakit ( jasmaniah, rohaniah, sosial ) yang merusak keutuhan manusia dan lingkungan sosialnya. Yesus lakukan semuanya itu ketika Ia menyembuhkan orang berpenyakit kusta. Ia menghendaki orang berpenyakit kusta itu jasmani, rohani dan hubungan sosialnya utuh kembali. Menjalin hubungan sosial itu artinya mengakui, menghargai adanya kehadiran orang atau kelompok lain  ( masyarakat, agama, suku, ras, gender) hidup bersama kita. Konteks masyarakat sebagaimana dalam PKUPPG atau yang terus berkembang sampai sekarang ini wajib kita perhatikan kembali, seperti : masalah kemajemukan, kemiskinan, penegakan Hukum dan HAM, kebebasan beribadah, kesenjangan ekonomi, meningkatnya konflik horizontal serta egoisme kelompok, korupsi dan bahaya HIV/AIDS. Sikap-sikap ; kepedulian, kerelawanan (Voluntarism), kedermawanan (Philantrophism) terpinggirkan oleh sikap-sikap materialistis, individualistis dll.
Jadi, para pemimpin umat adalah pemimpin bersama umat/masyarakat, melayani dan memberdayakan mereka, bukan semata mata berkuasa atas mereka, apalagi memanipulasi mereka. Kuasa seperti itu ada pada Yesus, karena Ia memakai kuasa-Nya untuk menyelamatkan, mendamaikan, memberdayakan, supaya manusia hidup dalam damai sejahtera, seperti yang diharapkan dalam kedatangan kerajaan-Nya. Mengutip penceramah E.G. Singgih yang menyatakan, bahwa kepemimpinan bersama dalam kejadian 1 merupakan bibit dalam kepemimpinan baik dalam keluarga maupun kepemimpinan demokratis dalam masyarakat dan bangsa.
Kita wajib melengkapi warga Jemaat agar mereka selaku warga sidi gereja menyiapkan diri untuk dipilih menjadi pemimpin umat yang menghayati visi dan misi GPIB, memiliki iman yang dewasa, karakhter yang kuat, kompetensi untuk menatalayani dan komitmen untuk membangun persekutuan, mewujudkan keesaan oikumenis dan hadir dalam masyarakat Indonesia yang pluralistis. Pdt. John Titaley mengutip Weber, bahwa seorang pemimpin disebut demikan apabila ada claim dari dan ada belief dari orang lain terhadap pemimpin itu. Semua Penatua dan Diaken, yang diteguhkan, para Pendeta Jemaat, dan utamanya selaku Ketua Majelis Jemaat yang ditempatkan oleh Majelis Sinode sepatutnya menjadi pemimpin-pemimpin umat yang memiliki komitmen kuat untuk memberdayakan dan membangun umat serta membangun bersama masyarakat, kepemimpinannya diakui dan dihargai didalam Jemaat dan masyarakat.

Majelis Sinode GPIB sangat mengharapkan dari semua Pendeta/Ketua Majelis Jemaat untuk dapat menyelenggarakan Pemilihan Penatua dan Diaken nanti dalam suasana penuh damai sejahtera. Untuk itu semua Pendeta/Ketua Majelis sebagai Ketua Panitia Pemilihan Penatua dan Diaken wajib memahami dengan baik Peraturan tentang Pemilihan Diaken dan Penatua  dan Petunjuk Pelaksanaan (JukLak) yang telah disampaikan oleh Majelis Sinode.
Pada tahun 2012 ada 7 (tujuh) orang Pendeta Organik GPIB akan memasuki masa pensiun dan GPIB akan menerima sekitar 26 orang Pendeta baru yang telah menyelesaikan vikariat tahun ke – 2.  Pada tahun 2012 ini GPIB juga akan menerima lulusan dari ke empat Perguruan Tinggi Teologi yang didukung oleh GPIB  dan yang memiliki Surat Rekomendasi Gereja GPIB untuk menjalani masa vikariat.  Dari satu sisi sebagai lembaga kita semakin banyak merekrut tenaga baru dan pada sisi lain semakin bertambah tanggung jawab terhadap personil pendeta-pendeta GPIB yang berdampak financial. Saat ini GPIB masih kekurangan tenaga pendeta, baik untuk Jemaat maupun Pos-pos PELKES. Banyak Pos Pelkes yang belum memiliki tenaga Pendeta sehingga 1 (satu) orang Pendeta harus melayani beberapa Pos Pelkes. Sejumlah Jemaat sudah memerlukan lebih dari seorang pendeta dalam Jemaatnya. PST merekomendasikan kepada Majelis Sinode untuk melakukan kebijakan sehubungan pembatasan penerimaan calon vikaris dengan standard IP minimal 2,75.  
Melalui Sidang Tahunan MUPEL Bali NTB ini Majelis sinode GPIB menyatakan terima kasih kepada Jemaat-jemaat BALI NTB yang setia melakukan komitmennya untuk menjalankan ketetapan Persidangan Sinode dengan melunasi kupon dana pensiun dan menyetor persepuluhan masing-masing jemaat. Inilah hal penting dari kepemimpinan yang didambakan sekarang ini yaitu  keteladanan dalam tindakan.
Kiranya Sidang MUPEL Bali NTB ini dapat melaksanakan program GPIB di wilayah dan di Jemaat-Jemaat Bali-NTB untuk terus menerus membangun jemaat-jemaat GPIB yang missioner.
Selamat bersidang, Tuhan Yesus memberkati !

     Soli Deo Gloria!

     Majelis Sinode GPIB





DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA