Pesan Natal Tahun 2014 Majelis Sinode GPIB

Para warga dan keluarga Jemaat GPIB yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Injil Lukas menyaksikan dan mengungkap kesejarahan kelahiran Yesus yang "dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan", Lk.2:12. Bungkusan adalah sesuatu yang lebih dulu terkesan oleh indera kita, ketimbang yang terbungkus atau terbalut dengan balutan itu. Injil Lukas mengisahkan peristiwa kelahiran Yesus secara apa adanya atau seperti yang telah terjadi. Dikisahkan oleh Lukas ; Bayi Yesus dibungkus dengan lampin dalam palungan, tidak ada pemilik penginapan yang melayani dengan sikap terbaik mereka bagi seorang Maria yang akan segera melahirkan, tidak ada kesan bagi Lukas untuk membungkus atau membingkai kisah kelahiran Yesus dengan cerita indah berwarna-warni.

Akan tetapi isi dan bobot berita kelahiran itu sangat bermakna bagi kita, yakni ; "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu : Kristus, Tuhan di kota Daud ( Lk.2:11 ). Hal tersebut diiringi pula dengan kidung merdu para malaikat"; "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepada-Nya". Lain halnya dengan Yohanes yang merenungkan kehadiran Sang Logos yang eksis sejak awal penciptaan. Kitab-kitab Injil mengisahkan peristiwa Kelahiran, Kehidupan Pelayanan serta Kematian dan Kebangkitan Yesus ; yang bagi umat Tuhan diyakini sebagai karya keselamatan dan anugerah bagi kita kita umat-Nya dan bagi seluruh dunia ciptaan-Nya. Karya keselamatan Allah ini kita peringati dalam kalender gereja sepanjang Tahun.
Salah satu kegiatan dalam kalender gereja adalah Ibadah natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menghayati kembali kelahiran-Yesus, dan sekaligus pengharapan kepada-Nya selaku Tuhan dan Juruselamat dunia ; Hari itu merupakan kesempatan istimewa selaku umat Kristen didunia, di Indonesia dan khususnya warga GPIB untuk bersatu hati mengkhayati kehadiran-Nya yang membawa damai sejahtera dan kemudian meneruskan damai sejahtera itu dalam hidup kita di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.
Perayaan-perayaan Natal yang nyatanya dilaksanakan sebelum dan sesudah tanggal 25 Desember adalah upaya dalam bentuk lain, untuk membungkus isi berita kelahiran Yesus Tuhan Sang Juruselamat itu ; yang tak jarang lebih mementingkan kemeriahannya, pestanya dan bukan kekhikmatannya. Kita ditantang agar menjadikan bungkusan bungkusan itu, perayaan-perayaan itu tidak menjadi lebih penting dari pada menghayati isi berita natal itu sendiri. Hal ini sejalan dengan sikap keseharian yang sedang dikembangkan dalam masyarakat. Kita diajak agar isi berita natal itu lebih berdampak positif bagi pertumbuhan spiritualitas pribadi, perilaku gerejawi dan kepedulian bersama masyarakat dalam situasi dan keadaan yang mengitari kita.
Berita natal adalah berita damai sejahtera bagi semua. Berita itu tak pernah usang karena semua orang membutuhkannya. Harus diakui dengan jujur, bahwa hal tersebut merupakan tantangan dan perjuangan yang membutuhkan energi besar sepanjang jalan kehidupan. Ketidakadilan, kemiskinan, korupsi, konflik dan berbagai tindak kejahatan serta penyakit-penyakit sosial dalam masyarakat masih merupakan berita koran, majalah dan televisi setiap hari. Tetapi tentu kita juga melihat sejumlah gagasan dan upaya yang kreatif dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah dan masyarakat untuk berkomitmen bagi suatu tata kelola yang lebih baik, terbuka, bersih dan bertanggung jawab.
Visi GPIB yang berisikan nilai "damai sejahtera" dan Misi GPIB yang berakar pada teologi reformasi, secara jelas menyatakan menjadi "gereja yang terus menerus diperbaharui". Gambaran pencapaian bersama kita kedepan ini hendaknya mencerminkan hal-hal tersebut diatas, supaya Allah disembah dan dimuliakan. Syukur kepada Tuhan yang memberi kekuatan dan hikmat Roh Kudus-Nya, sehingga kita terus meyakini untuk menjadi murid-Nya dan berjalan dalam damai Sejahtera-Nya. Perjalanan gerejawi kita terus berlanjut. Sesudah hari Natal dan Tahun Baru 2015 telah menanti kerja besar dalam rangka Persidangan Sinode Tahunan 2015 yang akan diadakan pada tanggal 17 sd 20 Februari di Jakarta dan Persidangan Sinode XX GPIB pada bulan Oktober 2015. Mari kita songsong peristiwa-peristiwa tersebut dengan persiapan yang baik, gagasan dan kerja yang disertai hikmat dan Roh Tuhan.

Pada akhir tulisan ini Majelis Sinode GPIB menyampaikan beberapa pesan :
Pertama, marilah kita menyiapkan diri dalam Ibadah-ibadah Hari Natal ini dalam syukur dan sukacita, sehingga memperoleh makna yang dalam bagi kita selaku pribadi dan keluarga ditengah persekutuan umat Tuhan dalam masyarakat.
Kedua, lakukanlah doa dan ibadah dengan hikmat dalam suasana natal dan tahun baru ini ; supaya kita dapat saling menguatkan dalam iman, kasih dan pengharapan bagi persaudaraan antara kita selaku keluarga Allah. Rayakan natal dengan mementingkan maknanya bukan bungkusan dan pestanya yang bersifat sementara.
Ketiga, Beranikanlah diri untuk mewujudkan komitmen baru bagi pertumbuhan iman, kebersamaan gerejawi dan kepedulian terhadap sesama.

Majelis Sinode GPIB

SOLI DEO GLORIA !
Selamat Hari Natal 25 Desember 2014
&
Selamat Tahun Baru 01 Januari 2015

Ketua Umum : Pdt. Markus Frits Manuhutu
Ketua I : Pdt. Marthinus Tetelepta
Ketua II : Pdt. Poltak Halomoan Sitorus
Ketua III : Pdt. Rudy Imanuel Ririhena
Ketua IV : Pnt. Richard van der Muur
Ketua V : Pnt. Tony Waworuntu
Sekretaris Umum : Pdt. Adriaan Pitoy
Sekretaris I : Pdt. Jacoba Marlene Joseph
Sekretaris II : Pnt. Johan Tumanduk
Bendahara : Pnt. Adrie Petrus Hendrik Nelwan
Bendahara I : Pnt. Ronny Hendrik Wayong

MENJADI ANAK DAN AHLI WARIS-NYA


MINGGU SESUDAH NATAL
Minggu, 28 Desember 2014
Bacaan  Galatia 4 : 1 – 11

PENGANTAR
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia adalah salah satu surat yang-paling  penting dari sekian surat Rasul Paulus. Menjadi teramat penting karena berisi jaminan keselamatan bagi orang Kristen dan menjadi dasar berkembangnya kekristenan pada masa itu. Ajaran yang ditekankan adalah, keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima karena manusia percaya kepada Yesus Kristus (bnd. 3:5) dan bukan karena menjalankan hukum agama.

Hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali, manusia menjadi orang bebas dan merdeka dari kewajiban untuk mengikuti hukum Musa. ltu terjadi semata-mata supaya orang percaya dapat mengikuti kehendak Allah. Paulus menandaskannya dan mengatakan:
" Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Yesus Kristus, supaya kamu pundibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan karena melakukan hukum Taurat" (2:16).

Surat ini menjadi sangat penting berkaitan dengan situasi yang dihadapi oleh orang-orang Kristen non-Yahudi di Galatia yang kemudian mendapatkan pemecahannya melalui sidang di Yerusalem bahwa Titus adalah seorang Kristen tanpa harus disunat. Pemecahan masalah antara dua kubu dari pihak Yahudi dan non-Yahudi yang kemudian menjadi Kristen adalah iman yang sama kepada satu Allah (Gal 2:8, Roma 3:30, 10:12). Dasar keselamatan bukan karena melakukan hukum Taurat, sehingga dua kubu yang saling bertikai dan membenci satu terhadap yang Iainnya diperdamaikan oleh kepenaran lnjil yang menyelamatkan. iman yang sama kepada Allah di dalam Kristus, itulah yang membenarkan dan mempersatukan manusia. Paulus menyebut orang-orang Yahudi dan Non Yahudi yang menjadi Kristen dengan sebutan "sebab kamu semua adalah"anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus" (3:26).Sebutan anak menggambarkan hubungan yang baik dengan Allah. Dan kata karena iman di dalam Yesus Kristus menunjukkan kondisi status sebagai anak-anak Allah diperoleh karena beriman kepada Yesus Kristus.

Pemahaman ini berdampak mengarahkan orang percaya yang beriman dituntun melaksanakan kehendak Bapa di dalam Yesus Kristus. Salah satu kehendak Allah di dalam Yesus adalah pelayanan kasih yang dilakukan bersama oleh anak-anak Allah di Galatia untuk menolong dan melayani secara konkrit bagi mereka di Yerusalem. (6:2)

PEMAHAMAN PERIKOP
Pada ay.1 - 2 Paulus menjelaskan tentang seorang anak yang dibawah umur tidak ada bedanya dengan seorang hamba, diperlakukan sama dengan seorang hamba, mereka tidak bisa bertindak bebas atau membuat keputusan sendiri sebab mereka masih dibawah pengawasan dan diurus kepentingan-kepentingannya sampai mereka dewasa. Namun dalam keadaan sebagai anak dibawah umur atau status hamba mereka tetap seorang ahli waris dari bapa mereka.

Di ayat 3 - 5 Seorang bapa dapat menetapkan pen/valian bagi anaknya sewaktu sang bapa masih hidup. Dan bila tepat waktunya maka ia akan mengutus Anak-Nya. Tujuan Allah mengutus Anak-Nya ke dunia adalah untuk menebus dan membebaskan. Penebusan dan pembebasan dari kutukan hukum Taurat agar kita semua dapat diterima menjadi anak, termasuk orang Kristen Yahudi dan bukan Yahudi di Galatia. Demikianlah semua orang percaya   mendapatkan hak sebagai seorang anak. Ayat 6-7, Allah memberikan Roh-Nya kepada kita untuk meneguhkan bahwa seseorang adalah anak Allah. Roh membimbing kita untuk memiliki persekutuan dengan-Nya dan memampukan kita berdoa dengan sungguh-sungguh "Ya Abba, ya Bapaku".

Percaya kita kepada Allah di dalam Kristus dan kondisi sebagai anak-anak Bapa melalui pimpinan Roh Kudus dalam hidup kita melayakkan kita sebagai ahli waris. Menjadi anak Allah adalah pemberian Allah dan bukan karena usaha atau kebaikan orang yang bersangkutan, maka apa yang dijanjikan Allah akan menjadi kenyataan dalam kehidupan anak-anak-Nya.

Ayat 8 - 11, bagi Paulus Hukum Taurat diberikan sebagai tahap permulaan menjadi penuntun sampai Kristus datang dan bahwa yang disebut manusia dewasa dan bukan anak-anak dibawah umur ialah manusia yang melandaskan hidupnya pada Anugerah. Hukum Taurat hanya berfungsi menyatakan bahwa manusia berdosa dan tidak ada pengampunan atas dosa manusia tetapi oleh iman kepada Allah di dalam Yesus maka manusia berdosa akan diperbaharui hidupnya dalam penebusan dan pembenaran oleh salib Kristus. Di dalam Kristus, Anak Allah itu kita beroleh hidup dalam Nama-Nya. Dalam surat ini Paulus berharap agar hidup orang Kristen di Galatia tidak menyimpang dari kebenaran bahwa kita diselamatkan karena percaya dan bukan karena taurat Musa, hukum sunat atau gaya hidup Yahudi (Kis. 21:20b-21).
Dengan demikian non-Yahudi yang tidak memberlakukan tuntutan Taurat pun berhak menerima anugerah keselamatan di dalam Kristus. Surat Galatia kembali mendudukkan pokok karya keselamatan Allah bagi semua orang. Di dalamnya, orang percaya baik Yahudi maupun non-Yahudi, dituntun untuk memahami bahwa keselamatan tidak bergantung pada sunat dan hukum Taurat melainkan pada anugerah Allah. Keselamatan kita dimulai dari berkat perjanjian Allah dengan Abraham sampai kepada Yesus Kristus sebagai Anak Al|ah.Oleh anugerah-Nya kita pun dilayakkan menjadi anak-anak Allah dan berhak menerima waris-Nya yaitu keselamatan dan hidup kekal.

Anugerah Allah dicurahkan bagi semua orang namun hanya terjadi bagi setiap orang yang percaya.Anugerah itu cukup dalam segala perkara dan segala keadaan.

APLIKASI
Karya Tuhan Allah sungguh luar biasa tidak dapat dikurung di dalam tembok keYahudian. Orang-orang Yahudi pun belajar memahami bahwa permulaan memang merekalah yang dipilih oleh Allah tetapi setelah itu karya Allah bergerak meluas untuk semua orang dan itu terjadi dalam waktu kedatangan Anak-Nya yaitu Yesus Kristus Tuhan kita. Melalui peristiwa natal ini kita mensyukuri kembali kasih Allah yang tak terbatas melalui Anak-Nya. Waktu kedatangan Yesus sebagai penebus membebaskan kita yang tadlnya takluk dibawah hukum Taurat kini menjadi anak-anak dewasa sebagai ahli waris penuh. Bukti bahwa kita adalah anak-anak itu nyata melalui Roh Kudus yang menaungi hidup kita. Kitapun memiliki hubungan yang harmonis dengan Bapa.Hubungan kasih antara Bapa dan anak. Manusia yang memilih jalan anugerah adalah manusia yang dewasa dalam iman Kristen.
Seorang anak yang dewasa adalah anak-anak yang tahu menghargai dan menurut serta melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Menjadi anak-anak yang mengasihi dan bertolong-tolongan satu terhadap yang lainnya.Bapa mengutus anak-Nya dengan kasih yang begitu besar demikian pula AnakNya datang ke dunia juga dengan kasih yang besar. Demikianlah hidup anak-anak Allah harus menerima satu terhadap yang Iainnya dan dapat bersatu dalam kerjasama untuk saling mengasihi. Demikian hukum Kristus. Natal adalah kasih Bapa terhadap Anak dan Kasih Anak Tunggal Bapa kepada anak-anak Bapa dan bagi dunia ini. Selain itu, menjadi anak-anak Allah berani juga adalah ahli waris-Nya. Kita berhak menerima kegenapan semua yang dijanjikan Tuhan kepada kita, baik untuk waktu sekarang ini, saat kita masih hidup di dunia maupun di waktu yang akan datang yaitu mewarisi Kerajaan Sorga. Firman Allah mengatakan, "Dan jika kita adalah anak, maka kitajuga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah..." (Roma 8:17)

Jadilah anak-anak yang taat dan muliakanlah Allah dalam perjumpaanmu dengan sesamamu dan terimalah seorang akan yang lain, sama seperti Kristus telah menerima kita untuk kemuliaan Allah (Roma 15:7), kamu berbuat jugalah demikian, dan jangan sia-siakan anugerah sebagai anak dan waris-Nya.


CaTaTaN 
Penulis : Rasul Paulus.
Waktu Penulisan : Antara tahun 49 dan 55 Masehi.
Judul Kitab : Dinamakan sesuai kepada siapa surat ini ditujukan: Jemaat di Galatia.
Latar Belakang : Pada sat itu jumlah orang Yahudi jauh melebihi jumlah orang-orang non Yahudi dalam gereja, seperti yang terjadi di Galatial sehingga, banyak pertanyaan dan pokok persoalan muncul ketika orang-orang non Yahudi masuk ke dalam Gereja. Yudaisme, sekelompok orang percaya Yahudi, menjadi pengikut Paulus ketika ia memberitakan kabar baik. Mereka bersikeras bahwa orang-orang percaya non Yahudi harus tunduk kepada hukum Taurat Musa dan sunat supaya mereka dapat diselamatkan. Kitab Galatia adalah tanggapan Paulus atas pengajaran yang salah ini. Keselamatan merupakan kasih karunia yang diberikan berdasarkan berdasarkan kemurahan, sepenuhnya bergantung pada iman kepada Yesus Kristus. Galatia disebut sebagai “Magna Charta” dari gereja.
Tempat Penulisan : Kemungkinan di Antiokia atau Efesus.
Mulanya ditujukan kepada : Orang-orang Kristen di Galatia.
Isi : Paulus mengunakan surat ini untuk mengigatkan orang-orang Kristen bahwa mereka adalah ahli waris Allah sebagai anak-anak-Nya. Warisan ini tidak didapat oleh perbuatan, tetapi hanya oleh iman dalam Yesus Kristus. Paulus, yang juga orang Yahudimembuktikan pengajaran yang salah yang mengatakan bahwa orang Kristen non Yahudi harus masuk kedalam “Yudaisme” dan mengikuti dengan ketat setiap hukum Musa. Paulus meringkas Injil lalu menerangkan bagaimana Abraham diselamatkan oleh iman sekitar 400 tahun sebelum hukum Taurat dinyatakan melalui Musa. Setelah mempertahankan kelayakannnya sebagai seorang Rasul, Paulus menutup dengan berbicara mengenai berjalan dalam Roh dan buah Roh.
Kata Kunci : “Anugerah”; “Kebebasan”. Kita dibenarkan dan masuk dalam persekutuan yang benar dengan Allah bukan karena perbuatan baik kita, tetapi hanya oleh “anugerah” Allah. “Kebebasan” yang dianugerahkan kepada kita menjadi mungkin karena Kristus telah membayar dosa-dosa kita dan Roh Kudus memimpin kita keluar dari perhambaan dosa.
Tema :
  • Hukum Taurat diberikan untuk mengungkap dosa dan kesalahan manusia.
  • Hidup di bawah hukum Taurat merupakan perhambaan…. hidup dengan iman merupakan kebebasan.
  • Orang Kristen tidak diikat oleh hukum…. Kristus telah membebaskan.
  • Kebebasan bukan merupakan izin untuk tetap berdosa,
  • Kekuatan orang orang Kristen untuk hidup dalam kemenangan atas dosa berasal dari Roh Kudus.
Garis Besar :
  • Satu-satunya Injil.  1:1-10.
  • Penunjukkan Allah atas Rasul Paulus dan penerimaan dari para Rasul.  1:11-2:10.
  • Penjelasan anugerah oleh iman.  2:11-4:31.
  • Kemerdekaan dalam Kristus.   5:1-6:10.
  • Berkat-berkat terakhir.  6:11-18.
Sumber : Lembaga Alkitab Indonesia.

TANDA PEDULI DAN KEBERPIHAKAN ALLAH

photo by RoSNoVWD
Sabda Guna Krida Darma
HARI NATAL I
Kamis, 25 Desember 2014
Bacaan : Injil Lukas 2:1-7

Tuhan Allah memasuki sejarah dunia sebagai manusia di dalam Yesus Kristus ketika penguasa dunia sedang berusaha memperkokoh kekuasaan dan ingin menjadi allah yang sangat berkuasa. Gambaran yang kontras ini disajikan Lukas dengan tujuan memperlihatkan perbedaan cara dan tujuan memerintah dunia dari pihak Allah dan manusia.

Cara Tuhan Allah memerintah dunia adalah menanggalkan kekuasaan dan kemuliaan-Nya seketika untuk menghambakan diri dalam wujud sebagai manusia; tinggal dan berkarya di antara manusia. Tujuannya adalah untuk membawa kelepasan keselamatan bagi seluruh manusia dan alam semesta ciptaan-Nya. Sebaliknya, cara para penguasa manusia memerintah dunia adalah berupaya melemahkan kekuatan rakyat melalui berbagai
aturan dan kewajiban yang harus dipatuhi dengan ancaman hukuman. Tujuannya adalah memperkokoh kekuasaan serta meninggikan dan memuliakan diri sehingga menjadi seperti allah.

Demikian dilakukan oleh kaisar Agustus melalui dekrit yang dikeluarkan terkait pencatatan jiwa setiap warga yang ada dalam wilayah kekuasaan Romawi. 'Agustus [artinya 'Yang Mulia] merupakan gelar yang diberikan kepada kaisar Roma yang bernama asli Gaius Julius Cesar.

Agustus mengarsiteki semua rancang bangun pertumbuhan dan kemakmuran Roma sebagai pusat dunia pada waktu itu untuk membuktikan bahwa la Iayak menyandang gelarterhormat 'Yang Mulia? Pada zamannya, Roma mencapai zaman keemasan, sehingga kaisar Agustus dianggap sebagai penyelamat dunia dan disembah sebagai dewa tertinggi .

Pencatatan jiwa yang didekritkan oleh Agustus tidak sekadar ingin mengetahui jumlah penduduk dalam suatu wilayah/daerah yang dikuasai Roma. Tujuan utamanya lebih terkait pemberlakuan wajib pajak. Suatu strategi jitu yang dijalankan oleh Agustus untuk mendapat anggaran dengan cepat untuk membiayai semua program pembangunan dan pengokohan keamanan negara, khusus di daerah-daerah jajahan demi mewujudkan 'Pax Romana; kedamaian dan kemakmuran serta kesejahteraan seluruh kerajaan Roma. Setiap warga negara, khusus warga jajahan Roma dikenakan status sebagai wajib pajak. Pajak dihitung berdasarkan jumlah kepala/orang dalam keluarga dan wajib dibayarkan kepada negara melalui penguasa setempat/lokal.

Pengumpulan pajak dilakukan oleh penguasa setempat kemudian disetor kepada pemerintah Romawi. -
Dalam catatan sejarah diketahui bahwa raja Herodes, penguasa wilayah Yudea pada masa Agustus menjadi kaisar, merupakan pengumpul dan penyetor pajak terbesar kepada pemerintah Roma. Tidak mengherankan jika kaisar memperluas wilayah kekuasaan dan memberi gelar 'Agung kepada Herodes. Herodes berhasil mengumpulkan pajak dalam jumlah besar karena ia melakukannya dengan cara keras dan" lalim, menyebabkan rakyat hidup sangat menderita.

Proses pelemahan rakyat melalui pemberlakuan pajak, di satu sisi, dan pengokohan kekuasaan serta pemuliaan diri penguasa dunia, di sisi lain, dirangkai oleh penginjil Lukas sebagai jalan masuk untuk kisah kelahiran Yesus; raja yang dinantikan dari keturunan Daud.

Penginjil Lukas mengisahkan bahwa dekrit kaisar Agustus agar semua orang mendaftarkan diri di kota asalnya membuat Jusuf harus berangkat dari Nazaret untuk pulang ke Yudea di Betlehem, kota Daud. la membawa serta Maria, tunangannya yang sedang mengandung untuk mendaftarkan diri mereka. Ketika mereka di Betlehem dan sementara mencari tempat untuk menginap, Maria merasakan bahwa telah tiba waktunya untuk melahirkan.
Ketiadaan tempat di rumah penginapan, membuat Yusuf menemani Maria untuk melahirkan bayinya di tempat penitipan hewan, di samping rumah penginapan. Maria melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung. Dalam segala kesederhanaan, Maria membedungnya dengan kain lampin dan diletakan di dalam palungan, tempat makanan hewan.

Beberapa pesan yang disampaikan penginjil Lukas melalui kisah ini adalah ; Pertama, Yesus berasal dari keturunan Daud dari garis keturunan Yusuf, juga karena Ia Iahir di Betlehem, kota Daud. Kedua, kelahiran Yesus sebagai 'Mesias dan Juruselamat dunia yang serba sederhana itu dipertentangkan cara berada para penguasa dunia, khusus kaisar Agustus, Kirenius dan Herodes, di istana yang serba indah dan megah. Ketiga, bahwa Tuhan Allah sangat peduli dan solider serta berpihak kepada rakyat banyak yang menderita karena ulah penguasa. Keempat, keberpihakan Yesus kepada orang-orang kecil, sederhana, miskin dan terbuang membuat Yesus menjadi orang yang ditolak dan terbuang. Ketiadaan tempat di rumah penginapan menj-elaskan bahwa Yesus telah ditolak oleh dunia dan menjadi orang terbuang sejak la rela lahir.

Berdasarkan makna kelahiran Yesus seperti tersebut di atas maka kelahiran Yesus yang kita rayakan di Hari Natal I, mestinya tidak kita rayakan dengan pesta meriah, gegap gempita dan anggaran besar. Sebabjika ini yang kita lakukan maka kita tidak lebih seperti panguasa dunia pada waktu itu yang berusaha menyelimuti diri dan hidup dengan segala kekuasaan, kemuliaan dan kemasyhuran duniawi. Semestinya kita rayakan dalam kesederahaan dan di dalam keprihatinan, seperti dialami oleh Yusuf dan Maria mengingat karena tidak ada tempat bagi Yesus.

Berita tentang kelahiran Yesus sebagai Juruselamat itulah yang mesti kita hadirkan kepada orang-orang kecil, sederhana, miskin dan temuang agar mereka pun beroleh kegembiraan di Hari Natal. Yang terpenting adalah kita mau menyediakan tem pat bagi Tuhan Yesus di ruang-ruang hidup kita dan hadirkan karya kita demi membebaskan dan menyelamatkan orang-orang kecil, lemah dan terbuang. Mungkin saat ini kita masih menemukan diri kita hidup sebagai orang-orang terbuang dan terkadang mengalami hidup yang gelap mencekam, tetapi ingatlah bahwa Tuhan Yesus telah lahir untuk kita. la menyatukan kita di sekitar kelahirannya dan akan menyelamatkan kita serta membuat hidup kita berarti bagi orang lain; bagi kaum penguasa maupun kaum papa.

SELAMAT HARI NATAL.

Penulis                 : Lukas.
Waktu Penulisan : Antara tahun 68 M dan 70 M.

Rentang Waktu    : Sekitar 38 tahun ( 5 SM – tahun 33 Masehi)

Judul Kitab          : Dari penulis kitab ini : Lukas.

Latar Belakang : Lukas merupakan kitab terpanjang dan terperinci dari keempat Injil. Lukas adalah seorang dokter non Yahudi yang menulis Injil ini dan Kitab Kisah Para Rasul untuk membantu seorang Kristen baru yang bernama Teofilus. Sebagai seorang rekan dalam penginjilan Rasul Paulus, Lukas dapat mempresentasikan kisah sejarah hidup Yesus secara terperinci. Lukas membahas kemanusiaan Yesus lebih banyak dari pada Injil Injil lain.

Tempat Penulisan : Kemungkinan di Kaiserea atau di Roma.

Mulanya ditujukan Kepada : Secata spesifik kepada Teofilus, secara khusus kepada orang orang Yunani; dan secara umum kepada semua orang non Yahudi.

Isi : Lukas disebut sebagai “Kitab paling indah yang pernah ditulis”. Ia menulis dengan bercerita kepada kita tentang orang tua Yesus; kelahiran saudara sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis; perjalanan Maria dan Yusuf ke Bethlehem dan silsilah Yesus dari Yusuf. Pelayanan Yesus kepada umum mengungkapkan belas kasihan dan pengampunanNya yang sempurna melalui kisah orang Samaria yang baik hati (Pasal 10); anak yang hilang (pasal 15); orang kaya dan Lazarus (pasal 16), Ketika orang banyak percaya atas kasih Yesus yang tanpa prasangka, yang melampaui semua batas batas manusia, banyak pula yang menentang dan melawan pernyataan-Nya. Para pengikut Yesus di dorong untuk menghitung harga pemuridan mereka, ketika musuh musuh-Nya berusaha membunuh-Nya di atas kayu salib. Akhirnya, Yesus pun dikhianati, diadili, dijatuhi hukuman mati, dan disalibkan. Akan tetapi, kubur tidak dapat menahan-Nya! Kebangkitan-Nya menjamin kelanjutan pelayanan-Nya untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (19:10). Setelah kemunculan-Nya pada sejumlah kesempatan kepada murid-murid-Nya, Roh Kudus pun dijanjikan dan Kristus naik kepada Bapa.

Kata Kunci : “Yesus”;”Anak Manusia”. Sebagai inkarnasi Allah, “Yesus” sering dirujuk sebagai “Anak Manusia”. Silsilah Yesus dari Yusuf begitu terperinci, demikian juga karakter kemanusiaan dan kehidupan-Nya yang lain.

Tema :

  • Yesus mengerti kelemahan, godaan dan percobaan atas diri kita.
  • Yesus datang untuk menyelamatkan baik orang Yahudi maupun non Yahudi.
  • Yesus menyelamatkan orang-orang yang terbuang …. dan yang diterima masyarakat.
  • Yesus datang untuk menyelamatkan baik yang miskin dan kaya.
  • Yesus datang untuk menyelamatkan baik orang dewasa maupun kanak-kanak.
  • Yesus datang untuk menyelamatkan baik pria maupun wanita.
  • Yesus datang untuk menyelamatkan baik orang merdeka maupun tertindas.
  • Yesus datang untuk menyelamatkan setiap orang!

Garis Besar :

  • Pengantar.  1:1-4.
  • Kelahiran dan masa kecil Yohanes Pembaptis dan Yesus.  1:5-2:52.
  • Pelayanan Yohanes Pembaptis.  3:1-20.
  • Pembaptisan, silsilah dan pencobaan terhadap diri Yesus.  3:21-4:13.
  • Pengajaran dan pelayanan kesembuhan yang dikerjakan Yesus.   4:14-9:50.
  • Perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem.  9:51-19:27.
  • Penderitaan dan penyaliban Yesus  19:28-23:49.
  • Penguburan, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Sorga.   23:50-24:53.

Sumber : Lembaga Alkitab Indonesia.


PEMUDA MEMBACA ALKITAB DI DALAM KONTEKS KEKINIAN INDONESIA



Berapa kali biasanya seorang pemuda membaca Alkitab? Mengapa seorang pemuda membaca Alkitab? Apa yang didapatkan dari bacaan tersebut? Jika seseorang pernah membaca Alkitab di dalam kehidupannya maka apa manfaat yang dirasakan dari kegiatan tersebut? Jika suatu saat Alkitab dilarang untuk digunakan di negara ini apakah hal tersebut akan membuat umat Kristen kecewa dan marah? Mengapa? Bagaimana cara seorang pemuda membaca Alkitab di dalam konteks kekinian Indonesia?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan hal-hal yang menjadi pertanyaan penting di masa sekarang yang serba modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa banyak sekali anak muda Kristen terutama yang berada di kota-kota besar yang sudah mulai tidak lagi kelihatan di gereja. Ada berbagai alasan mengapa jumlah kehadiran para pemuda tersebut berkurang di antaranya adalah karena tata ibadah yang monoton dan cara penyampaian firman yang terkadang sangat membosankan bagi para pemuda tersebut. Tidak jarang pesan-pesan yang disampaikan di dalam penyampaian firman Tuhan tidak kena mengena dengan kehidupan mereka sehingga para pemuda merasa tidak tertarik untuk mendengarkan apa yang hendak disampaikan di berbagai kebaktian yang mereka hadiri. Banyak gereja yang saya hadiri terutama di konteks-konteks Barat yang tidak lagi mempunyai para pemuda di dalamnya. Lalu bagaimana dengan keadaan kita sendiri di Indonesia? Tidak bisa kita pungkiri bahwa keadaan gereja-gereja di Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan yang ada di Barat. Banyak pemuda yang masih menghadiri kebaktian-kebaktian utama dan kategorial yang diadakan oleh setiap gereja. Namun pertanyaannya adalah berapa banyak di antara anak-anak muda tersebut yang hadir di gereja setiap minggunya yang benar-benar mengambil waktu khusus untuk membaca dan memahami Alkitab? Berapa banyak di antara mereka yang ketika membaca Alkitab dapat memahami apa yang dibaca tersebut? Bagaimana caranya seseorang dapat membaca Alkitab dan memahaminya secara efektif?
Di dalam tulisan ini saya akan menguraikan secara singkat tentang bagaimana membaca Alkitab khususnya Perjanjian Lama di dalam konteks Indonesia. Saya akan mengawali dengan menjelaskan tentang apa pentingnya seorang muda membaca dan menafsirkan kitab suci. Saya akan melanjutkan dengan penjelasan tentang langkah-langkah yang harus dipelajari di dalam membaca kitab suci. Hal ini saya lakukan dengan memperkenalkan sebuah metode sederhana yang dapat dipakai oleh siapa saja untuk membaca kitab suci yaitu metode narasi. Tulisan ini akan saya akhiri dengan mengajak para pemuda untuk berlatih tentang bagaimana membaca sebuah teks Alkitab Perjanjian Lama dengan menggunakan metode narasi.

A.  Pentingnya Membaca Kitab Suci
           
            Seseorang dapat menjadi Kristen dengan berbagai cara. Ada yang memeluk agama Kristen setelah ia menjadi dewasa. Ada yang memeluk agama ini melalui pernikahan tetapi kebanyakan memeluk agama ini karena kedua orang tuanya mewariskan agama tersebut kepadanya. Namun, janganlah kita mengira bahwa ketika kita menjadi pemeluk agama Kristen maka kita secara otomatis menjadi orang-orang yang memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi di dalam mengikut Yesus. Kemampuan spiritual memang telah ada di dalam diri setiap orang ketika ia lahir namun kemampuan itu harus diasah dan dikembangkan dengan baik agar dapat bertumbuh dengan suburnya. Di dalam Kekristenan kita mengenal seorang tokoh Kristen yang bernama Marthin Luther. Ia adalah seorang tokoh reformator yang mengumandangkan semboyan “Sola Scriptura” yang artinya kembali kepada Alkitab. Artinya, seseorang hanya dapat menumbuhkembangkan kehidupan spiritualnya ketika ia membiarkan dirinya untuk kembali kepada Alkitab sebagai firman Allah. Di dalam Alkitab, ia dapat belajar tentang Tuhan yang diimaninya. Ia dapat belajar tentang berbagai cara untuk menghadapi berbagai kondisi di dalam kehidupannya. Ia dapat belajar tentang cara untuk hidup dengan sesamanya di dunia ini. Singkatnya, dengan kembali ke Alkitab maka seorang muda dapat mengetahui tentang bagaimana cara untuk hidup secara baik di dunia ini. Oleh karena itu, adalah penting bagi seorang muda untuk mau meluangkan sedikit dari waktunya setiap hari untuk membuka Alkitabnya, membacanya dan kemudian berusaha memahami arti dari apa yang dibacanya tersebut di hari itu.
Namun, pertanyaan yang sering saya dengar adalah tentang bagaimana caranya membaca dan memahami firman Tuhan? Apakah seorang muda juga berhak untuk menafsirkan teks Alkitab yang dibacanya? Ataukah ia harus menunggu pendetanya yang melakukannya untuknya? Jawaban atas pertanyaan ini adalah bahwa setiap orang muda berhak dan bahkan harus belajar untuk membaca dan memahami firman Tuhan secara mandiri. Ia tidak boleh menunggu siapapun untuk menafsirkannya untuk dirinya. Ketika di dalam proses penafsiran ia menemui kesulitan maka di situlah ia dapat meminta bantuan dari orang yang lebih tahu dari dirinya untuk membantunya misalnya pendetanya atau majelis-majelis di gerejanya. Untuk itu pada kesempatan ini saya akan mengemukakan tentang beberapa langkah sederhana di dalam membaca dan menafsirkan kitab suci.

B.  Membaca Alkitab Perjanjian Lama

            Sebelum mencoba untuk menafsirkan kita suci maka ada baiknya jika kita memahami bahwa Alkitab adalah merupakan kumpulan-kumpulan teks yang harus ditafsirkan agar dipahami karena tidak setiap teks memiliki arti yang langsung disampaikan kepada kita. Semua teks ditulis pada konteks waktu tertentu dengan latar belakang sejarah yang mempengaruhinya serta ditujukan kepada komunitas tertentu sehingga penting sekali bagi kita untuk memahami semampu kita tentang unsur-unsur yang mempengaruhi pembentukkan sebuah teks. Namun Alkitab adalah sebuah misteri yang kompleks yang menarik untuk disingkap. Kita akan mengawalinya dengan memahami tentang apa itu Alkitab Perjanjian Lama (PL). Adapun pembahasan akan saya batasi pada PL saja karena itu merupakan bidang yang saya tekuni.
Perjanjian Lama (PL) adalah laporan para penulis Alkitab tentang bagaimana Tuhan berinteraksi/berhubungan dengan dunia dan khususnya dengan orang Israel. PL secara keseluruhan bukanlah sebuah narasi atau cerita yang berkesinambungan. PL adalah sebuah antologi yaitu koleksi tulisan-tulisan yang diproduksi dan dikumpulkan di dalam tahapan-tahapan yang berlangsung lebih dari beribu-ribu tahun. Antologi itu berisi apa yang kita sebut buku-buku atau kitab dan buku-buku itu dibagi menjadi pasal-pasal dan ayat-ayat. Sebagai sebuah antologi, PL adalah sebuah kumpulan yang diseleksi. Orang Israel memiliki banyak tulisan yang lain yang disebutkan di dalam Alkitab tetapi tidak bertahan. Contohnya: “Kitab Peperangan-peperangan Tuhan” (Bilangan 21:14).
Tidak seperti antologi di dalam literature lainnya, PL tidak disusun berdasarkan kapan mereka ditulis melainkan oleh sistem-sistem sebagai berikut:
  1. Kronologi narasi yaitu dua belas kitab pertama atau lebih melaporkan kembali peristiwa-peristiwa tentang penciptaan dunia hingga pada awal abad ke-6 BCE. Meskipun demikian bukan berarti bahwa buku-buku tersebut ditulis pertama. Kitab Kejadian misalnya yang berada pada awal PL ditulis pada masa yang lebih kemudian pasal-pasal dan kitab-kitab yang mengikutinya.
  2. Kitab-kitab PL diatur secara tematikal. Setiap komunitas mempunyai cara tersendiri untuk mengatur penyusunan daftar urutan kitab-kitab yang ada termasuk menentukan kitab yang mana yang harus dimasukkan di dalam daftar yang ada.
Istilah yang digunakan untuk menyebut daftar kitab-kitab yang membentuk Alkitab adalah KANON. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti sebuah batang yang digunakan untuk mengukur seperti  penggaris . Dengan demikian  KANON dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah di fix-kan secara pasti dengan aturan tertentu. Ada tiga bagian dari Alkitab Ibrani: Taurat (kitab Hukum)/Torah, kitab Para Nabi (Neviim) dan Tulisan-tulisan (Ketubim). Ketiga bagian ini disingkat dengan istilah TANAKH.
Adapun lima kitab Taurat terdiri dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Kitab-kitab ini berbicara tentang penciptaan hingga kematian Musa di akhir kitab Ulangan. Kata Taurat berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “Pengajaran” atau “hukum.” Sementara itu kitab Para Nabi terdiri dari dua bagian yaitu Nabi-nabi awal: Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja yang merupakan kesinambungan dari cerita Taurat karena diawali persis setelah kematian Musa dengan penunjukan Allah akan Yosua sebagai pengganti Musa dan laporan tentang sejarah bangsa Israel di tanah perjanjian, mulai dari masuknya Israel ke Kanaan di bawah pimpinan Yosua hingga pada kehilangan tanah perjanjian akibat penyerbuan Ba bilonia tahun 586 BCE. Sementara itu bagaian yang kedua disebut kitab Nabi-nabi Kemudian. Kitab-kitab ini dinamakan sesuai dengan nama-nama para nabi yang juga terbagi menjadi Nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil. Nabi-nabi besar adalah kitab-kitab yang lebih panjang seperti Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel. Sementara kitab-kitab nabi kecil adalah dua belas kitab yang lebih pendek yaitu mulai dari Hosea hingga Maleaki. Pemberian nama para nabi sendiri menghubungkan cerita sejarah dengan nubuat sehingga membuat sejarah tidaklah merupakan suatu laporan langsung namun merupakan pandangan Tuhan yang ditafsirkan oleh penerima pesan atau para nabi. Bagian kitab yang terakhir disebut Kitab-kitab tulisan mengandung berbagai buku yang ditulis di dalam berbagai aliran. Kitab-kitab ini terdiri dari: 1) Cerita sejarah: Kitab Tawarik mencakup rentang kronologi sejarah yang sama dengan Taurat dan kitab-kitab Nabi awal yang disimpulkan dengan kepulangan dari pembuangan di Babilonia di paruh kedua abad k-6 BCE.; kitab Ezra-Nehemia melanjutkan cerita ini, menghubungkan sejarah orang Yahudi di abad ke-6 dan ke-5 BCE; 2) Kitab-kitab Tulisan juga mengandung apa yang disebut fiksi sejarah yang terdapat di dalam kitab Ruth, Ester, dan Daniel; kitab puisi seperti Mazmur, Amsal, Kidung Salomo, dan Ratapan; refleksi-refkelsi dari kondisi manusia di dalam kitab Ayub yang hampir semuanya berupa puisi dan juga Pengkhotbah.
Adapun kronologi sejarah PL dapat digambarkan di dalam tabel berikut ini:

 GARIS BESAR PERIODE SEJARAH ISRAEL KUNO

WAKTU
1250-1000 SZB (Abad ke-13-11)
1000-930 (Abad ke-10)
930-800  (Abad ke-10-9)
800-700 (Abad ke-8)
700-586 (Abad ke-7 dan awal abad ke-6)
586-538 (Abad ke-6)
538-332 (Abad ke-6 - ke-4)
332-63 (Abad ke-4 – ke-1)
Peristiwa Utama (Sesuai urutan kurun waktu)
Penyebaran desa-desa di wilayah perbukitan.

Munculnya suku “Israel”

Kepemimpinan Saul

Pembentuk-an kerajaan Daud

Yerusalem sebagai ibukota Yehuda/Is-rael

Daud dan Salomo
Pemben-tukan kerajaan Israel Utara

Kemuncu-lan dan kejatuhan dinasti Omri
Domina-si dan penghan-curan ke-rajaan Utara oleh Asiria

Penaklu-kan Yehuda oleh Asiria
Kemundu-ran kekuasaan Asiria

Diberlaku-kannya reformasi Yosia

Kemundu-ran Yehuda akibat kekuasaan Babilonia

Arus pembua-ngan yang pertama
Penghan-curan Yerusalem dan bait Allah

Arus pembua-ngan kedua dan ketiga para elite ke Babilonia
Kemenangan Persia, kembali dari pembuangan, pembangu-nan kembali bait Allah

Nehemia membangun kembali tembok Yerusalem

Penceraian istri-istri yang berasal dari bangsa asing di bawah pengawasan Ezra dan peninggian Taurat
Masa kepe-
mimpin-
an Yunani

Krisis peng-
Yunani-an

Kerajaan Hasmo-
nean
Tulisan Utama (dan tradisi lisan)
(Tidak ada tulisan, hanya tradisi-tradisi lisan tentang keluaran, para leluhur yang licik/menipu)
Mazmur-mazmur raja dan Zion

Sejarah lampau para leluhur menurut sumber J

Kitab Perjanjian

Kidung Agung

Pengkhotbah


Cerita Yakub

Cerita Yusuf

Cerita Keluaran – padang gurun

Nyanyian Deborah

Nubuat bagi kerajaan utara oleh Amos dan Hosea

Nubuat bagi kerajaan selatan oleh Mikah dan Yesaya
Edisi awal oleh Deutero-nomistic history
(Ulangan-2 Raja) yang dimulai dari Ulangan-reformasi Yosia)

Nahum

Zefanya

Nubuat awal dari Yeremia
Deuteronomistik History pada masa pembua-ngan

Ratapan

Yehezkiel dan Yesaya kedua

Sejarah penciptaan hingga Israel non-P

Sejarah penciptaan hingga Israel menurut sumber P
Hagai

Zakharia

Nehemia

Pembangunan
Kembali bait Allah/cerita Ezra

Yesaya ketiga

Pemazmur
Bagian awal Enok

Ben Sira

Ezra-Nehemia

1-2 Tawarik

Daniel
Ide dan tema baru yang utama
Teologi keterpilihan
Teologi Raja/Zion


Penyem-bahan ekslusif kepada Yahweh yang dipaksakan oleh Yosia
Monoteis-me
Fokus terhadap Bait Allah dan Taurat
Yudais-me

C. Membaca Alkitab dengan Metode Narasi
            Hendaklah setiap orang mengingat bahwa pekerjaan menafsir adalah pekerjaan yang biasanya identik dengan mereka yang belajar secara khusus metode penafsiran di sekolah khusus untuk mendidik calon pendeta. Namun belakangan ini telah ditemukan berbagai metode yang dapat digunakan oleh para pemuda untuk membaca dan menafsirkan kitab suci secara mandiri. Karena keterbatasan waktu maka pada kesempatan ini saya hanya akan membahas salah satu metode yang digunakan yaitu metode narasi. Metode ini merupakan metode favorit saya karena metode ini adalah “congregational friendly” artinya sangat dekat dan mudah diakses oleh siapa saja terutama jemaat. Analisa narasi adalah analisa yang bertujuan untuk membaca sebuah teks secara dekat dengan memperhatikan kata-kata kunci yang ada di dalam bacaan pasal alkitab yang anda gumuli, struktur, bahasa, repetisi dll dari pasal tersebut, menggarisbawahi karakterisasi, plot cerita, dan sudut pandang/point of view yang disajikan di dalam teks. Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk melakukan metode inipun sangat mudah yaitu teks kitab suci, pensil warna/spidol/stabilo dan diri anda sendiri.
     Adapun langkah-langkah untuk melakukan analisa narasi adalah dengan memperhatikan:
a.  Perkembangan plot
  1. Di  mana awal dan akhir dari narasi? Bagaimana anda menandainya? Apakah narasi ini  adalah bagian dari cerita yang lebih luas?
  2. Apa saja peristiwa-peristiwa/ adegan yang terjadi? Siapa yang ada di setiap adegan?  Bagaimana proses transisi di antara setiap adegan?
  3. Apa saja problem/konflik yang menggerakkan plot? Apa saja konflik yang diperkenalkan seiring dengan plot yang berlangsung?
  4. Di mana krisis atau sesuatu yang dianggap sebagai turning point (sesuatu yang mengubah jalan cerita)? Apa yang terjadi di bagian penyelesaian?
  5.  Apakah harapan-harapan yang diberikan oleh cerita kemudian dipenuhi, dilanggar,   bahkan berubah?
  6. Apakah ada gap di dalam cerita? Apakah narator menghilangkan sesuatu? Apakah penghilangan itu mengatakan sesuatu kepada kita tentang plot atau karakter?
  7. Apakah jalan cerita dirusak (dintervensi) oleh penjelasan, kesimpulan atau pandangan dari narator? Apakah narator memasukkan tanggapannya yang mengkonfirmasi atau mengkontradiksikan elemen-elemen di dalam cerita?
b. Karakterisasi
  1. Apa deskripsi langsung dari karakter yang diberikan oleh narator?
  2. Apa yang karakter katakan tentang diri mereka melalui percakapan di dalam hati? Apa yang mereka katakan tentang diri mereka yang mereka katakan secara keras?
  3. Apa yang dikatakan tentang karakter oleh karakter-karakter yang lain? Apa yang  deskripsi tidak langsung ini katakan tentang sang pendeskripsi atau yang dideskripsikan?
  4. Bagaimana dialog pengkarakterisasian dari tokoh-tokoh utama? Siapa yang berbicara di dalam cerita? Siapa yang tidak? Apakah perkataan mereka dapat dipercaya, yang  dikonfirmasi oleh tokoh yang lain, oleh narator atau peristiwa?
c. Point of view/sudut pandang
  1. Melalui pandangan/mata siapa/penceritaan siapa kita melihat setiap adegan?
  2. Di dalam pandangan narator yang omniscient/tahu segalanya, apakah kita mendengar  pikiran-pikiran terdalam dari setiap/salah satu karakter?
  3. Apakah pandangan dari suatu karakter secara terus-menerus diingkari di hadapan pembaca?
  4. Berapa jumlah pandangan, sekalipun singkat, yang kita lihat? Apakah ada tanda-tanda  di antara pandangan-pandangan yang berbeda misalnya hinne/lihatlah!
d.  Waktu
  1. Di adegan yang manakah waktu berjalan lambat atau cepat di dalam cerita? Apakah waktu berpindah cepat/melombat di antara transisi setiap adegan?
  2. Bagaimana setiap peristiwa dihubungkan dengan pemwaktuan di dalam cerita? Apakah ada indikasi tentang masa lalu atau masa depan?
e.  Repetisi/pengulangan
1.    Apakah repetisi muncul di dalam bagian tertentu di dalam cerita – kata-kata, frase,  peristiwa atau adegan?
2.    Apakah repetisi menekankan tentang pentingnya karakter atau ide atau tema di  dalam cerita?
3.    Apakah ada tema tertentu yang digunakan oleh cerita seperti  adegan “perintah-pelaksanaan-laporan” atau “nubuat-penenuhan-laporan”? Jika ada, apakah elemen yang diulangi, mengkonfirmasi, mengubah, mengkontradiksikan, tanggapan yang telah ada di pidato/peristiwa/elemen sebelumnya? Apa yang hal ini bisa katakan tentang plot, karakter dan pandangan yang ada di cerita ini?
            Setelah semua langkah dilakukan maka yang dapat dilakukan adalah menentukan paling sedikit tiga tema besar yang dapat diambil dari teks yang dianalisa tersebut. Misalnya:
            Teks ini menekankan tiga tema yaitu….
            Teks ini membahas tiga tema yaitu….
            Ada tiga hal yang dapat dipelajari dari teks ini yaitu ….
Setiap tema tersebut harus disertai bukti. Misalnya:
            Tema yang pertama adalah tentang kasih setia Tuhan kepada manusia yang tidak berkesudahan.
Bukti-bukti di dalam teks yang dapat mendukung pernyataan ini adalah:
  1. Pada teks terdapat repetisi pada kata kasih yang muncul selama 8 kali (sebutkan bagian-bagian yang menyebutkan.
  2. Pada teks terdapat pengkarakterisasian sosok Tuhan yang penuh kasih, dll.
D.  Membaca Alkitab di dalam Konteks Kekinian Indonesia
            Setelah melakukan penafsiran terhadap terhadap teks maka langkah akhir yang dilakukan oleh pembaca adalah menghubungkan analisa narasi ini dengan keterangan awal tentang latar belakang PL yang telah diberikan pada bagian sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan penghubung adalah seperti demikian:
  • Siapa yang menulis atau mengatakan hal-hal yang terdapat di dalam teks?
  • Kapan teks tersebut ditulis atau dikatakan?
  • Di mana kejadian yang diungkapkan di dalam teks berlangsung?
  • Situasi atau peristiwa apa yang mendorong terjadi suatu peristiwa yang terjadi ataudi dalam teks?
  • Mengapa orang-orang di dalam teks melakukan apa yang dilakukan atau mengatakan apa yang dikatakan?
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka akhirnya tibalah saatnya kita melakukan refleksi terhadap bacaan tersebut dan menghubungkan dengan kehidupan kita sendiri dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

  • Bagaimana caranya saya sebagai orang Indonesia menerapkan apa yang saya pelajari di dalam kehidupan saya?
  • Apakah ada sikap/sifat yang perlu saya ubah?
  • Apakah ada tindakan-tindakan yang harus saya lakukan atau saya hindari?
  • Apakah ada contoh yang harus saya tiru?
  • Apakah saya harus mengaku sesuatu kepada Allah?
  • Apakah ada janji yang harus saya berikan kepada Allah?

Guna mengetahui cara kerja metode ini maka marilah kita membaca dan menafsirkan bersama-sama 2 Samuel 13:1-22 tentang cerita Amnon dan Tamar.
(Pembinaan PeLKaT Gerakan Pemuda di Wisma Nangun Kerti Bedugul-Bali)
Ira D. Mangililo, PhD[1]

[1] Dosen Perjanjian Lama di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA