Catatan Tentang Pemahaman Iman GPIB



Payung Teologi Untuk Mengeja-wantahkan Gereja Missioner
(Pdt.S.Th. Kaihatu. M.Th)
Pemahaman Iman adalah statement atau deklarasi Iman.  Bukan Pengakuan Iman. Pengakuan Iman merupakan jawaban atas pergumulan Gereja secara ekumenis di masa lalu. Pemahaman Iman adalah pernyataan dari sudut pandang iman yang menjawab tantangan yang dihadapi GPIB di masa kini. Maka boleh kita katakana bahwa Pemahaman Iman merupakan semacam addendum terhadap pengakuan Iman. Karenanya sekalipun Pemahaman Iman berbeda dari Pengakuan Iman, namun keduanya tidak bisa dipisahkan. Pemahaman Iman suatu Gereja sekurang kurangnya memiliki tiga referensi yakni Allah Tritunggal, Gereja, dan Dunia yang menjadi konteks Gereja. Pemahaman Iman merupakan respon gereja terhadap penyataan diri Allah yang diekspresikan lewat tanggung jawab untuk setia mematuhi kehendak Allah.
Lewat Pemahaman Iman warga Gereja menjelaskan bagi diri mereka sendiri tentang siapa diri mereka, apa yang mereka percayai dan apa yang harus mereka lakukan. Lewat Pemahaman Iman juga Gereja bukan hanya memuji dan melayani Tuhan atau sekedar memperjelas jati diri mereka, melainkan juga menjelaskan bagi dunia siapa mereka, apa yang mereka poercayai dan akui. Maka Pemahaman Iman juga memiliki signifikasi teologis dan ekklesiologis, tetapi juga social politis.
Jadi pemahaman iman lebih lokal sifatnya dan lebih temporer juga. Pemahaman Iman sangat bisa berobah sementara Pengakuan Iman sudah baku. Persamaan kedua istilah ini adalah bahwa keduanya dirumuskan dari keyakinan Iman dan berlandaskan pada Alkitab. Pemahaman Iman GPIB telah berproses sejak tahun 1982 dan akan terus berproses seiring perkembangan kebutuhan kontekstual.
Kerangka Isi
Kerangka isi Pemahaman Iman GPIB mencakup tujuh pokok, yakni:
1. Keselamatan.
2. Gereja
3. Manusia
4. Alam dan Sumber Daya
5. Negara dan bangsa
6. Masa depan
7. Firman Allah
Kerangka pemahaman Iman dimulai dengan pokok tentang ‘Keselamatan’. Keselamatan merupakan karya nyata Allah yang sangat sentral sejak kejatuhan manusia kedalam dosa lewat Umat Israel, ini menjadi berita pokok baik dalam perjanjian Lama maupun kerjanjian Baru dalam diri Yesus Kristus. Dan tiap tindakan Allah, baik itu penyertaan, teguran atau apa saja, sebenarnya bertujuan pada penyelamatan manusia. Termasuk kedatangan Allah kedalam dunia ini dalam Yesus Kristus, yang melahirkan adanya Gereja.
Gereja lahir sebagai buah dari tindakan Allah yang menyelamatkan itu. Manusia menyambut uluran kasih Allah yang menyelamatkan itu dengan rasa syukur dan memberitakannya kemana mana. Buahnya adalah terbentuknya kumpulan orang orang yang dipanggil Allah keluar dari kegelapan dosa kepada terang-Nya yang ajaib. Inilah yang kita kenal sebagai Gereja. Sebuah persekutuan yang melampaui semua batas manusiawi, apakah itu geografis maupun budaya. Gereja dipakai oleh Allah sebagai alat untuk meneruskan tindakan keselamatan itu bagi dunia. Sasaran Tuhan Allah adalah menyelamatkan dunia. Bukan hanya menyelamatkan gereja. Karena itu Gereja hanya menjadi gereja, apabila gereja itu menempatkan dirinya sebagai alat Tuhan Allah -melalui berbagai cara- untuk memberitakan keselamatan bagi dunia. Keselamatan dunia ini tidak bisa mulai dengan focus lain, kecuali manusia.
Manusia menjadi pokok ketiga, karena karena secara konkrit, manusialah yang berperan dalam memberlakukan tindakan penyelamatan dari Allah yang dihayati dalam persekutuan gereja. Manusia direnungkan secara baru dalam persekutuan Gereja itu. Sebab keselamatan menggugah manusia untuk merenungkan siapa dirinya yang sesungguhnya. Penghayatan tentang keselamatan membuat manusia menjadi titik sentral dalam tindakan keselamatan itu sendiri, termasuk menyelamatkan alam lingkungannya.
Alam dan Sumber Daya adalah fasilitas kehidupan bagi manusia. Salah mengelolanya akan mendatangkan malapetaka bagi manusia sendiri. Sebagai gambar Allah, manusia ditempatkan dalam alam lingkungan hidupnya. Dengan demikian manusia diberikan tanggung jawab dalam mengelola alam sebagai sumber kehidupan yang diberikan Allah bagi manusia.
Alam dan sumber daya menjadi pokok keempat karena dosa berakibat pada kerusakan alam, termasuk sumber daya penopang kehidupan. Manusia berada dalam hubungan yang sangat erat dengan alam dan sumber daya yang ada. Hal ini memang dulu tidak disadari, tetapi sekarang makin disadari kepentingannya. Alam dan sumber daya menjadi penopang kehidupan manusia dan sesamanya. Kepentingan untuk mengatur hubungan antara manusia memunculkan hadirnya tatanan masyarakat yang berujung pada kehadiran negara dan bangsa.
Negara dan bangsa menjadi pokok kelima, bukan karena manusia menjadi satu titik dalam alam, melainkan karena sejak awal, manusia ada dalam hubungan dengan sesamanya. Kalau manusia berada dalam hubungan yang tidak harmonis dengan sesamanya, maka akan ada ketidak-harmonisan dalam alam juga. Salah satu bentuk ketidak harmonisan itu adalah penyalah-gunaan kedaulatan manusia ketika mengusahakan kesejahteraan. Ini yang justru padaakhirnya merusak masa depan, baik manusia maupun alam secara keseluruhan.  Manusia bukan hanya hidup sendiri tetap dalam kebersamaan. Manusia tidak pernah berhenti berusaha untukmencapai kesejahteraan bersama. Negara dan bangsa adalah wadah kebersamaan dimana citacita kesejahteraan bersama itu bisa menjadi kenyataan.
Masa depan menjadi pokok keenam, karena pada dasarnya segala yang diperjuangkanmanusia, termasuk keselamatan, selalu mengarahkan manusia ke ‘depan’. Semua usaha bersama ini dilihat dalam kerangka menyongsong masa depan. Gereja termasuk dalam kerangka menyongsong Masa Depan ini. Orientasi ke depan ini membuat manusia mengevaluasi hari kemarin, berusaha hari ini, tetapi mengatur rencana untuk hari esok. Tetapi justru ketika orang mengatur rencana untuk hari esok, maka orang juga mengalami realitas bahwa hari esok punya rahasia sendiri. Ketika mengalami rahasia inilah maka orangmembutuhkan Firman Allah. Sebab tidak ada yang rahasia bagi Allah.

Firman Allah menjadi pokok ketujuh. Tetapi ini samasekali tidak boleh berarti kita memahaminya sebagai ‘urutan paling bawah’. Kita harus memahaminya sebagai kunci pembuka dari satu lingkaran mata rantai. Sebab dalam Firman Allah itulah terletak kunci daripokok yang pertama sampai dengan pokok yang keenam. Dan kalau kunci itu mau dilihat konkritnya secara fisik, maka itu adalah pribadi Yesus Kristus. Penyongsongan terhadap masa depan itu dipedomani oleh Firman Allah. Sebab dalam Firman itulah kehendak Allah dinyatakan. Firman yang hidup itu adalah Yesus Kristus sendiri. Hal inilah yang mau dikabarkan oleh Gereja melalui Alkitab yang menjadi pusat pemberitaan Gereja.
Pemahaman Iman berbeda dari Pengakuan Iman sekalipun isinya sangat berhubungan. Istilah Pengakuan Iman digunakan untuk menunjuk kepada pengakuan yang sifatnya oikumenis. Istilah pemahaman iman digunakan untuk menunjuk pada penjabaran sikap gereja, terhadap masaalah masaalah yang dihadapinya Sudah ada banyak gereja yang memiliki Pemahaman Imannya sendiri, sebagai reaksi Gereja itu terhadap masaalah masalah yang dihadapinya. Inilah juga yang dilakukan oleh GPIB. Karena itu bisa dimengerti, mengapa ‘kerangka’Pemahaman Iman GPIB berbeda dengan kerangka Pengakuan Iman. Kerangka Pemahaman Iman GPIB lebih mirip dengan hal sama pada Gereja Gereja Reformasi.
Pemahaman Iman dalam arti praktis, adalah ‘theologia’ dari gereja. Karena itu maka Visi dan Missi serta Tata Gereja dari satu Gereja, sebetulnya merupakan derivasi dan diukur dari rumusan Pemahaman Imannya. Urutannya menjadi theology, missiologi dan ekklesiologi. Oleh karena itu maka bicara tentang kebijakan umum pelayanan gereja, atau pembaharuan tata gereja, adalah hal yang tidak mungkin kalau tidak didahului dengan pembahasan Pemahaman Iman.

Tidak ada komentar :

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA