DISURUH DAN DITUGASKAN


Bacaan Kisah Para Rasul 11 : 19 – 30
PENGANTAR
Pokok pikiran Kisah Para Rasul dapat dikatakan tentang bagaimana murid-murid menyaksikan Kristus, khususnya pada Kis 1 : 8. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, ... Ayat ini menunjukkan bagaimana saksi-saksi Kristus diutus, diberi perlengkapan rohani dan daerah-daerah pemberitaan Injil. Di samping itu dalam kitab ini perkembanganInjil yang diberitakan serta diringkaskan dengan, “Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Dalam Kisah Para Rasul 2 – 7 kesaksian itu dilakukan di Yerusalem. Dalam Kisah Para Rasul 8 – 12 dilakukan di Yudea dan Samaria. Dan dalam Kisah Para Rasul 13 – 28 dilakukan sampai ujung bumi.
Secara garis besar Kisah Para Rasul terdiri dari dua bagian. Bagian pertama pasal 1 s/d  12 dan bagian kedua pasal 13 s/d 28. Pada bagian yang pertama kesaksian berpusat di Yerusalem dan pada bagian kedua di Antiokhia dan sekitarnya. Dengan demikian kita dapat melihat bagaimana proses perkembangan Injil dari Yerusalem dan di kalangan orang-orang Yahudi kemudian tersebar atau meluas kepada bangsa-bangsa lain. Hal ini oleh karena esensi dari berita Injil itu sendiri, yaitu bahwa keselamatan bagi bangsa segala bangsa. Namun tingkat penyebarannya yang luas tidak lepas adanya tekanan dan penganiayaan terhadap para pengikut Kristus.
PEMAHAMAN PERIKOP
Pada waktu itu penganiayaan dan penderitaan terhadap orangKristen mula-mula semakin hebat. Namun, justru karena hal itu penyebaran orang-orang Kristen ke berbagai tempat makin meluas (19). Mereka yang melarikan diri dari penganiayaan pada saat Stefanus mati, kemudian tersebar ke kota-kota di Libanon, Siprus, Asia Kecil. Salah satu tempat yang diangkat oleh Penulis adalah Antiokhia. Di sana mereka menjadi saksi tentang Yesus. Akan tetapi mereka membatasi kesaksian mereka, hanya kepada kaum Helenistik yang berlatar belakang Yahudi. Kemudian berkembang kepada non-Yahudi (Yunani) yang dilakukan oleh orang-orang Siprus dan orang Kirene. Yang berbicara secara langsung kepada orang-orang Yunani dan orang-orang bukan Yahudi/Yunani lainnya dan sejumlah orang menjadi percaya.
Kemudian Jemaat di Yerusalem mendengar hal itu. Mereka mengutus Barnabas untuk membina jemaat baru di Antiokhia tersebut. Barnabas, seorang pemimpin yang baik dan berkualitas. Hal pertama yang dilakukan ketika sampai di Antiokhia ialah mengingat Paulus. Ia melihat adanya potensi yang luar biasa di dalam diri Paulus. Akan sangat disesalkan jika potensi itu diabaikan. Maka dapat dipahami bagaimana   Jemaat Yerusalem telah mengirim seorang pelayan terbaik mereka kepada jemaat baru di Aniokhia. Secara tersirat di sinilah Saulus (Paulus) berlatih melayani, mengajar  dan dipersiapkan, dan kelak disebut disebut sebagai rasul yang memberitakan Injil bagi orang-orang non Yahudi.
Hal menarik, di Jemaat Aniokhia adalah kesediaan mereka memberi yang terbaik bagi orang lain. Saat itu Yerusalem adalah kota besar. Pusat peradaban. Sedangkan Anthiokhia adalah  sisa puing-puing kota yang penuh dengan berhala (36AD terjadi gempa besar yang beruntun, menyebabkan  kota Antiokhia hancur, dan banyak orang mengungsi). Dalam keberadaan mereka juga yang sulit, namun tetap memberikan bantuan kepada jemaat Yerusalem yang dikabarkan mengangalami bencana kelaparan.  Dalam keberadaan mereka juga yang sulit, namun tetap memberikan bantuan kepada Yerusalem yang dikabarkan mengalami bencana kebakaran. Jadi pada perikop, Kis. 11 : 19 – 30, kita dapat melihat bagaimana pembentukkan gereja yang terbuka unruk segala bangsa. Kita juga memahami bagimana  gereja mulai mengembang sayapnya Kita juga khususnya kepada orang-orang bukan yahudi, termasuk kita pada masa kini.
PEMAHAMAN TEKS.
Setelah Stefanusdibunuh, penyiksaan orang Kristen dimulai. Banyak orang Kristen lalu melarikan diri ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia (ay. 19). Di Antiokhia mereka menyebarkan injil ke orang-orang Yunani, dan sejumlah besar orang menjadi percaya. Akan tetapi mereka membatasi kesaksian mereka, hanya kepada kaum Helenistik yang berlatar belakang Yahudi. Penganiayaan tidak menghentikan semangat Kristen memberitakan Injil kepada orang Yahudi (19). Di antara yang memberitakan injil, ternyata sudah ada orang sebelum mereka yang juga memberitakan Injil kepada orang Yunani, dan pelayanan ini pun diberkati Tuhan (ay. 20-21).
Saat jemaat di Yerusalem mendengar itu, mereka mengutus Barnabas untuk membina jemaat baru di Antiokhia tersebut (ay. 23). Kita mengenal karakter Barnabas dari kesaksian yang diberikan mengenai dia (4:36), dan bagaimana kasih kebapakannya menjadi penghubung antara para Rasul dan Saulus (9:27). Dalam bacaan ini penulis menyaksikan bahwa Barnabas adalah seorang yang saleh, yang menaikkan doa di antara jemaat dan memberitakan Injil dengan kepenuhan Roh    Kudus (ay. 24). Ia menyadari panggilannya untuk membina dan menuntun orang-orang yang baru percaya itu, kepada kedewasaan iman dengan penuh kasih.
Dalam pelayanannya di Antiokhia, Barnabas sebagai guru Paulus menyempatkan diri dan menjemput Paulus untuk melayani bersama, karena melihat adanya potensi dan karunia dalam diri Paulus untuk melayani. Saat itu Barnabas adalah penginjil yang baik dan setia, serta memiliki hubungan baik dengan para rasul. Dengan demikian dipahami bagaimana Jemaat Yerusalem telah mengirimkan orang terbaik kepada jemaat baru di Antiokhia untuk melayani (ay. 25-26).
Barnabas sangat bersukacita ketika ia melihat kehidupan yang baru di dalam jemaat di Antiokhia. Ia bersukacita bersama dengan mereka yang dilahirkan kembali. Artinya Pemberian Label  “Kristen” di jemaat ini memberikan  suatu identitas baru bagi kelompok ini yang semakin memisahkan mereka dari pola ibadah dan ritual agama Yahudi, sehingga mereka bisa terus berada di dalam kepenuhan Kristus. Identitas yang dilekatkan dan dikenal itu memberikan arah dan tujuan hidup yang dinamis bagi Kerajaan Allah.
Kemudian pada Ayat 27 – 30 diceritakan  adanya beberapa nabi dari Yerusalem datang dan menubuatkan bencana kelaparan di seluruh dunia. Dan jemaat mula-mula di Antiokhia     memutuskan untuk mengumpulkan sumbangan dan mengirimkannya kepada jemaat di Yudea. Padahal Antiokhia baru saja mengalami bencana alam yang hebat. Bahkan raja mereka terpaksa mengungsi ke kemah-kemah sirkus karena gempa gempa itu. Di tengah kehancurkan itu, mereka tetap mau menyumbang untuk sesama. Mereka yang kotanya hancur justru mau menyumbang untuk Yudea (Yerusalem dan Sekitarnya) yang membangunnya lebih baik kondisinya. Ini menunjukkan bagaimana mereka menyadari sebagai bagian dari persekutuan   dan yang penuh dengan kasih terhadap sesama.  
URAIAN KHOTBAH
Melalui Kisah 11:19 – 30 memberikan gambaran bagi kita tentang gereja mula-mula yang teguh sebagai cerminan bagi kita saat ini. Ada beberapa ciri khas yang menonjol dari gereja mula-mula yang dapat kita pelajari, yaitu : Pertama,   :    Gereja, gereja yang bergumul. Oleh karena adanya penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dibunuh. Mereka tersebar sampai di Fenesia, Siprus dan Antiokhia:    namun mereka memberitakan injil kepada orang Yahudi saja pada awalnya (Kisah 11:19). Penganiayaan yang dialami oleh gereja mula-mula   merupakan salah satu bentuk tantangan yang ada pada saat itu  tetapi tantangan itu tidak membuat mereka meninggalkan imannya. Sebaliknya semakin banyak orang menjadi percaya dan bertobat justru karena perlakuan tidak manusiawi dari orang-orang yang tidak  mengenal Tuhan.  Kita harus menjadi gereja yang siap menghadapi setiap tantangan. Sebab tantangan tidak akan dapat menghambat pertumbuhan        orang percaya, justru malah mengembangkan dan menumbuhkan kehidupan beriman.
Kedua,  Gereja yang bersaksi. Dalam Kisah 11 : 20-21 diungkapkan bagaimana pemberitaan Injil disampaikan bukan hanya kepada orang-orang Yahudi tetapi juga kepada orang-orang Yunani. Mereka memberitakan Injil, dan berkata bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan oleh karena penyertaan Tuhan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan (Isah 11:20-21). Maka dapat dipahami bagaimana penyertaan Tuhan dalam pelayanan di tengah aniaya yang dihadapi. Meski secara phisik didera habis-habisan, mereka tetap menyaksikan Injil. Sesungguhnya kita juga dipanggil untuk menjadi saksi-Nya dalam segala situasi yang kita hadapi.
Ketiga, Gereja yang menjadi berkat. Oleh karena adanya bahaya kelaparan yang dihadapi, maka murid-murid di Antiokhia memutuskan untuk mengumpulkan sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea (Kisah 11:28-29). Kita tahu bahwa Jemaat Antiokhia memberi bantuan dalam kondisi mereka juga yang mengalami kehancuran, namun tetap sedia menolong dan memberi bantuan Jemaat di Yudea yang membutuhkan. Inilah contoh orang-orang yang mengasihi. Mereka mau menolong sesama meskipun keadaan mereka hancur.  
Dengan demikian kita memahami keberadaan kita sebagai gereja yang hadir di tengah-tengah masyarakat, yaitu menjadi gereja yang senantiasa bergumul, bersaksi dan menjadi berkat. Gereja tidak hanya mewujudkan persekutuannya sebagai umat Allah, namun dalam persekutuannya dengan Allah (Communion) kita disuruh atau diberi tugas oleh Allah (commission). Maka komuni dan komisi menjadi bagian penting dari kehadiran Gereja. Demikianlah keberadaan GPIB sebagai gereja yang mewujudkan pelayanannya tidak hanya membawa umat dalam persekutuan dengan Allah, namun menyadari tugas yang diberikan, juga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan umat dan masyarakat sekitar, sebab demikianlah kita ber-PELKES tidak bisa menutup mata, bahkan harus melakukan sesuatu terhadap sesama yang membutuhkan.  
A.S.P/MAJI/SGDK/edisi45

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA