MENCINTAI, MENERIMA, MEMBINA

Kidung Agung 4: 8-15
Jumat, 15 Jul 2011

Perikop kita menunjukkan bagaimana sang mempelai laki-laki menyapa mempelai perempuan. Ada dua kali sapaam menggunakan kata 'pengantinku'. Tapi ada tiga kali sapaan menggunakan kata 'dinda pengantinku'. Penulis mau menunjukkan pandangan pengantin laki-laki terhadap pengantin perempuan. Bahwa pengantin perempuan memang pengantinnya. Tetapi pasti pengantin perempuan lebih muda daripada pengantin laki-laki.
 Dalam hubungan itulah maka pengantin perempuan dipanggil dinda. Dinda setara dengan adik yang pasti berarti lebih muda. Orang yang lebih muda, pasti lebih kurang pengalaman hidupnya dan karenanya rentan terhadap pengaruh zaman. Kadang-kadang ini bisa berakibat pada perilaku yang sembrono. Tapi dengan tuntunan yang baik pasti yang muda ini akan berkembang pesat dan menjadi arif dalam menghadapi kehidupan. Beginilah cara Tuhan memandang Gereja-Nya. Gereja selalu dihargai dan dicintai Tuhan Allah selayaknya mempelai perempuan dicintai oleh mempelai laki-laki. Gereja juga selalu rentan terhadap pengaruh zaman. Namun tetap saja Gereja ini dicintai oleh Tuhan. Orang-orang yang lebih muda memang lebih rentan terhadap pengaruh zaman dan karena itu bisa saja khilaf. Tapi mereka tetap saja dicintai oleh Tuhan. Ini yang penting.
Hari ini kita merayakan HUT Pelayanan Kategorial Gerakan Pemuda. Orang-orang muda, adalah masa depan Gereja. Gereja harus mencintai, menerima, dan membina orang-orang muda ini dengan segala kekurangan dan kelemahan mereka. Sebab pada diri mereka sendiri mereka juga tidak ingin tetap ada dalam kekurangan dan kelemahan. Suatu gerak maju baik dari orang muda, baik dari Gereja secara keseluruhan akan memungkinkan kita memiliki orang-orang terbaik, kuat dan tangguh di masa depan. Selamat Ulang Tahun Pelkat GP.
KJ. 355:3
Doa: Agar Tuhan memberkati pelayanan pelkat GP sebagai dasar bagi kiprah Pemuda Gereja dalam masyarakat

"CINTA, CANTIK, CITA"

Bacaan : Kidung Agung 1: 2-6.

“… karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu…”  (ay. 2b,3a)
Orang bisa bertanya, apa makna rohani nas ini. Yang terbaca hanya yang lahiriah belaka, yang lumrah ketika orang jatuh cinta. Yang wanita menyatakan dirinya cantik, walaupun hitam kulitnya. Hitam karena teriknya matahari, katanya, ketika disuruh menjaga kebun anggur (ay.5-6). Ia tidak menyembunyikan kekagumannya terhadap pria yang didambakannya. Kata-kata sanjungan atas sosok dan penampilan pria terucapkan. Cita rasa tercetus serta merta karena hubungan cinta.
Karena cinta terjalin hubungan antara dua insan. Hubungan yang istimewa itu adalah bagian dari pada hidup, yang menjadi cikal bakal kehidupan baru. Ketika Adam dipertemukan dengan pendampingnya, seorang perempuan, tercetus gejolak cintanya: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki” (Kej. 2:33). Perempuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari laki-laki. Ia menjadi sesama yang melekat dan dekat pada diri laki-laki. Tuhan sudah menetapkan bahwa kehidupan ini selalu dalam kebersamaan, bukan dalam keseragaman.
Tidak dapat dihindari perjumpaan antar sesama dalam kebersamaan hidup yang begitu majemuk. Acapkali orang merasa lebih aman dan tenteram pada kehidupan yang serba seragam dengan latarbelakang yang sama. Sesama dalam cita rasa itu biasanya  dimaksudkan ‘orang-orang sebangsa’ dengan budaya dan agama yang sama (baca Imamat 19:18).
Ketika Yesus mengutip nas dari Imamat dan menyebutnya ‘hukum yang kedua’. Tidak ada pemahaman di dalamnya bahwa sesama itu orang yang berlatarbelakang sama. Bahkan musuh pun adalah sesama (Mat.5:44), cita rasa yang begitu akrab antara Kristus dan jemaat digambarkan oleh Paulus, laksana hubungan kasih antara suami dan isteri. Kasih adalah  sendi hidup yang tertuju kepada sesama, tanpa menuntut balas jasa (Yoh.3:16). Di bukit Golgota Ia wujudkan kasih itu sepenuhnya.

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA