Minggu Epifani II
Minggu, 13 Januari 2013
Bacaan Alkitab Amsal
2 : 1 – 8
1 Hai
anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam
hatimu,
2
sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan
hatimu kepada kepandaian,
3 ya,
jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada
kepandaian,
4
jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti
mengejar harta terpendam,
5 maka
engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat
pengenalan akan Allah.
6 Karena
Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan
kepandaian.
7 Ia
menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang
tidak bercela lakunya,
8 sambil
menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.
Saudara – Saudara
yang terkasih,
Anda tentu dapat dengan mudahnya
mengerti isi dan maksud serta pembicaraan orang lain apabila anda sendiri
membuka diri untuk mendengarnya dengan hati. Mendengar dengan hati tanpa emosi
adalah cara terbaik yang Tuhan karuniakan sehingga dapat mengerti, baik pikiran
mau pun perasan orang tersebut. Itu adalah hikmat. Hikmat adalah anugerah ilahi
yang besar manfaatnya bagi kita untuk mempraktekkan kehidupan yang benar, baik
dan kudus.
Kitab amsal menjadi dasar yang
menuntun kita pada pengenalan akan Allah sekaligus memahami sebagai mitra hidup
dan bukan musuh atau lawan yang harus ditaklukkan akibat ambisi diri. Hikmat
menjadi penting karena memberi pengertian, dan pengertian melahirkan
pengetahuan serta pengetahuan menghasilkan kepandaian. Hikmat, dengan demikian,
memiliki kekuatan tidak saja dari segi manfaat yang dihasilkan, tetapi juga
untuk tujuan kehidupan itu sendiri. Namun pesan penting yang disampaikan disini
adalah, hikmat itu memberi pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai
bagi orang yang tidak bercela lakunya juga adil dan setia.
Jika pesan ini ditempatkan dalam
konteks interaksi sosial ditengah pergaulan masyarakat, maka hikmat memiliki
kekuatan mendoroang setiap orang percaya untuk berperilaku benar dan baik serta
kudus. Realitas kehidupan sehari-hari dipenuhi oleh banyaknya godaan dan rayuan
untuk hidup aman dan tenang serta bersenang-senang. Salah sekali pun tetap
dinikmati, sebab kenikmatannya selalu dirindukan dan disukai, tetapi banyak
orang lupa kesenangan duniawi itu ada batasnya. Akan tiba saatnya semua
kenikmatan itu pudar bahkan musnah seiring dengan usia atau kuasa atas jabatan dan
kekayaan yang tidak dimiliki lagi. Penyesalan pun tiba tetapi sudah tiada guna.
Nah kekuatan hikmat justru memperlengkapi orang kudus dengan moral yang tinggi
untuk tetap bersikap jujur, setia dan adil.
Hikmat juga memberi pengertian untuk
menilai dan mengevaluasi diri sehingga tahu mana yang benar, bermanfaat dan
berkenan kepada Tuhan dan mana yang tidak. Kepandaian intelektual atau
pengetahuan akal budi saja jika tidak dilandasi kejujuran, kesetiaan dan
keadilan, hanya menghasilkan hidup aman sesaat namun mengalami kesesatan yang
berujung pada penderitaan yang panjang. Mengapa? Karena kecenderungan hidup
yang sudah tercemar dengan kenikmatan duniawi sulit keluar malah terus
dinikmati sekali pun tahu itu salah. Contoh konkrit tentang ini bagaimana
seseorang sulit keluar dari lingkaran Narkoba. Sudah menjadi mata rantai yang
tidak terputus mulai dari npencipta, pengedar sampai ke pemakai narkoba. Semua
sama-sama menikmatinya.
Pesan moral firman Tuhan ini adalah
bagaimana setiap umat Kristen/warga jemaat mampu menghasilkan kualitas
spiritual (pengenalan akan Tuhan) yang dijabarkan dalam kualitas moralnya
(hidup jujur, benar, adil, setia) serta kualitas perilaku (etika) yang santun,
cerdas dan bermatabat. Sadarilah keterbatasan atau kekurangan dalam diri,
jangan sampai membatasi usaha yang baik untuk tetap kosisten mengasihi Tuhan
dan sesama. Karena itu citrakanlah diri dengan berlaku hidup benar, baik dan
kudus berdasarkan hikmat Tuhan. Tuhan memberkati saudara ….. SGD | GPIB | A.W/JS |
KITAB AMSAL
Penulis: Yang utama adalah Raja Salomo, tetapi Agur,
Raja Lemuel, dan lainnya juga memberi kontribusi.
Waktu Penulisan: Antara 1000 dan 700 SM. Akan tetapi, sebagian
besar dari kitab Amsal ini ditulis oleh Salomo pada tahun 931 SM. (Kitab ini
belum disempurnakan menjadi bentuk seperti saat ini sampai beberapa tahun
kemudian).
Rentang Waktu: Tidak diketahui, namun terutama selama
tahun-tahun masa hidup Salomo.
Judul Kitab: Judul kitab ini dalam bahasa Ibrani berarti
“Amsal Salomo”.
Latar Belakang: Salomo naik takhta menggantikan Daud ayahnya
untuk menjadi raja atas Israel. Setelah memohon hikmat dari Allah, ia begitu
diberkati sehingga banyak orang datang dari negeri yang jauh untuk belajar
darinya. Kumpulan peribahasa bijak merupakan bagian dari pengajaran ini. Kitab
Amsal merupakan kumpulan dari seperempat bagian dari 3000 amsal dan 1005 lagu yang
ditulis Salomo.
Tempat Penulisan: Kemungkinan di Yudea.
Ditujukan Kepada: Terutama kepada anak-anak muda.
Isi: Amsal merupakan campuran dari peribahasa bijak
mengenai kebenaran rohani dan akal sehat. Amsal-amsal ini memberi instruksi
mengenai semua aspek hidup manusia yang mungkin ada, seringkali dengan
menunjukkan perbedaan yang menyolok antara pandangan orang tak beriman yang
bodoh dengan pandangan beriman dari orang bijak. Kebenaran ini memberi nasihat
yang membantu untuk mencegah maupun memperbaiki gaya hidup yang tidak beriman.
Amsal ini mudah untuk dilakukan, tanpa batas waktu, dan ideal untuk dihafalkan.
Kitab ini berakhir dengan sebuah pandangan dari dekat tentang kualitas dari
wanita yang beriman dalam hubungannya dengan suami, anak-anak, dan orang-orang
di sekitarnya (pasal 31).
Kata Kunci: “Hikmat”, “Kebodohan”. Kemampuan untuk hidup
dengan kebenaran yang dilakukan sehari-hari diteliti dengan cermat disini.
“Hikmat” ini menolong kita untuk membedakan antara baik dan jahat, benar dan
salah, dan sudut pandang Ilahi atau manusiawi. “Permulaan hikmat adalah takut
akan Tuhan” (9:10), tetapi “perempuan bebal cerewet … tidak berpengalaman ia
dan tidak tahu malu” (9:13).
Tema: Hikmat yang sejati tidak dapat diperoleh di luar
Allah. Allah meminta kita menyerahkan bahkan aspek paling tidak penting dari
hidup kita ke dalam kekuasaan-Nya sebagai Allah.
Kita seharusnya tidak
bersandar pada pengertian kita sendiri, melainkan pada kebenaran yang Allah
ajarkan kepada kita. Allah akan memimpin langkah-langkah kita. Orang beriman
menjadi sukses dalam hidup karena ketaatan pada Firman dan jalan-jalan Allah.
Allah ingin kita berbahagia. Allah telah menyediakan kebahagian bagi kita jika
kita takut, percaya, dan taat kepada-Nya.
Garis Besar:
1.
Tujuan dan tema Amsal. 1:1-6
2.
Perbandingan yang menyolok antara hikmat dan
kebodohan. 1:7-9:18
3.
Amsal-amsal Salomo. 10:1-24:34
4.
Amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan oleh orang-orang
Raja Hizkia. 25:1-29:27
5.
Peribahasa Agur. 30:1-33
6.
Peribahasa Raja Lemuel. 31:1-31
Tidak ada komentar :
Posting Komentar