Bacaan :
II Yoh 1 : 7 - 11
PENDAHULUAN
1. Latar belakang : Menurut tradisi, surat ini ditulis oleh Yohannes dari Efesus pada sekitar tahun 90 M. Pada tahun itu belum ada pembakuan mengenai ajaran, organisasi dan jabatan gereja. Hal ini menjadi peluang bagi sejumlah pengajar keliling untuk menyampaikan pengajaran mereka yang ternyata bertentangan dengan pengajaran Alkitab mengenai Yesus Kristus. Dalam kerangka itu Yohanes mengingatkan umat, agar tidak dipengaruhi oleh orang-orang itu.
2. “banyak penyesat telah muncul”, ay.7
Penyesat-penyesat yang dimaksud adalah para pengajar keliling yang menyampaikan tentang ajaran yang salah mengenai Yesus. Mereka tidak mengakui mengenai kemanusiaan Yesus. Mereka disebut sebagai penyesat dan antiKristus.
3. “waspadalah”, ay.8. Hal berwaspada ini, ditujukan kepada umat Tuhan, agar mereka tidak tersesat karena pengaruh oleh para penyesat itu. Yohannes langsung memberi penilaian teerhadap sikap mereka itu. Lalu penulis menasihatkan, agar bagi orang-orang seperti itu perlu disikapi dengan tegas.
4. Rangkuman
Bacaan ini mau mengingatkan, agar berhati-hati dengan para pengajar sesat dan anti Kristus, agar umat bersikap secara tegas dengan memberikan sanksi sosial bagi mereka dan agar supaya umat Tuhan terus menerus disesatkan oleh ajaran-ajaran yang tidak sehat.
5. Pengalaman
a. Ajaran gereja tentu sangat penting, karena hal tersebut dijadikan dasar dari sikap gereja, tetapi tak jarang orang juga mengabaikannya.
b. Dalam gereja kemungkinan terjadi konflik selalu tersedia, hal tersebut tak jarang menuju pada perpecahan gereja. Tetapi gereja yang dewasa akan memakai konflik justru untuk kemajuan dan pengembangan.
c. Bagaimana gereja menyikapi terhadap ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran gereja.
6. Refleksi
Pada masa sekarang ini gereja juga menghadapi berbagai-bagai tantangan, baik dari dalam maupun luar. Sebagai suatu institusi gereja, ajaran gereja menjadi sangat penting. Diatas ajaran gereja tersebut dibangun sistem dan mekanisme kerja. Contohnya : Masing-masing anggota gereja protestan, pentakosta dan katolik mempunyai ajarannya sendiri dan karena itu bentuk kebaktiannya berbeda-beda satu dengan yang lain. Tantangan kita sebagai gereja-gereja di Indonesia adalah bagaimana menampakkan keesaan gereja itu? Apalagi masih terus terjadi, bahwa gereja yang satu merebut anggota gereja yang lain. Sedangkan tantangan dari luar ialah penghambatan pembangunan rumah-rumah ibadah sebagai sarana pembinaan umat.
Lalu bagaimana gereja harus menyikapi dalam keadaan demikian?
Pertama, masing-masing anggota gereja harus mendalami ajaran-ajarannya yang bersumber pada alkitab. Pendalaman yang dimaksud bukan hanya meliputi pengetahuan saja, tetapi juga dalam hal pengkhayatan dan pemberlakuan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ditemukan, bahwa orang tidak cukup memahami dengan baik ajaran gereja dan agamanya sendiri. Hal ini bisa menjadi potensi untuk menyesatkan atau memperbesar kesesatan.
Kedua, perlunya ditumbuhkan terus menerus sikap saling menghargai dalam perbedaan. Karena adalah tidak mungkin untuk menyeragamkan ajarann gereja, sedangkan dalam alkitab sendiri sudah menunjukkan kepada kita adanya keanekaragaman teologi didalamnya. Hal tersebut jangan dilihat sebagai kelemahan, tetapi suatu kekayaan alkitabiah. Yang harus dilihat ialah, agar semua gereja tertuju kepada penyembahan dan kemuliaan Allah dan mendatangkan damai sejahtera bagi manusia dan lingkungan hidupnya. Ketiga, kehidupan gereja harus senantiasa tertuju kepada Kristus, sebagai Kepala Gereja. Betapapun perbedaan dan bahkan penyimpangan itu terus terjadi, tetapi gereja harus menghindari terjadinya bentuk-bentuk kekerasan fisik dalam gereja. Dalam ajaran gereja bentuk kekerasan fisik hanya dapat dilakukan oleh pemerintah, sesuai dengan wewenang yang diberikan Tuhan kepadanya. Hanya dengan cara demikian, dapat kita setia terhadap Kristus.
Keempat, dalam keanekaragaman nilai, perlu dikembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang saling menguatkan dan membangun. Dengan cara itu potensi-potensi keanekaragaman itu tidak perlu dihindari.