Berapa kali biasanya
seorang pemuda membaca Alkitab? Mengapa seorang pemuda membaca Alkitab? Apa
yang didapatkan dari bacaan tersebut? Jika seseorang pernah membaca Alkitab di
dalam kehidupannya maka apa manfaat yang dirasakan dari kegiatan tersebut? Jika
suatu saat Alkitab dilarang untuk digunakan di negara ini apakah hal tersebut
akan membuat umat Kristen kecewa dan marah? Mengapa? Bagaimana cara seorang pemuda
membaca Alkitab di dalam konteks kekinian Indonesia?
Pertanyaan-pertanyaan di
atas merupakan hal-hal yang menjadi pertanyaan penting di masa sekarang yang
serba modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita
tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa banyak sekali anak muda Kristen terutama
yang berada di kota-kota besar yang sudah mulai tidak lagi kelihatan di gereja.
Ada berbagai alasan mengapa jumlah kehadiran para pemuda tersebut berkurang di
antaranya adalah karena tata ibadah yang monoton dan cara penyampaian firman
yang terkadang sangat membosankan bagi para pemuda tersebut. Tidak jarang
pesan-pesan yang disampaikan di dalam penyampaian firman Tuhan tidak kena
mengena dengan kehidupan mereka sehingga para pemuda merasa tidak tertarik
untuk mendengarkan apa yang hendak disampaikan di berbagai kebaktian yang
mereka hadiri. Banyak gereja yang saya hadiri terutama di konteks-konteks Barat
yang tidak lagi mempunyai para pemuda di dalamnya. Lalu bagaimana dengan
keadaan kita sendiri di Indonesia? Tidak bisa kita pungkiri bahwa keadaan
gereja-gereja di Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan yang ada
di Barat. Banyak pemuda yang masih menghadiri kebaktian-kebaktian utama dan
kategorial yang diadakan oleh setiap gereja. Namun pertanyaannya adalah berapa
banyak di antara anak-anak muda tersebut yang hadir di gereja setiap minggunya
yang benar-benar mengambil waktu khusus untuk membaca dan memahami Alkitab?
Berapa banyak di antara mereka yang ketika membaca Alkitab dapat memahami apa
yang dibaca tersebut? Bagaimana caranya seseorang dapat membaca Alkitab dan
memahaminya secara efektif?
Di dalam tulisan ini saya
akan menguraikan secara singkat tentang bagaimana membaca Alkitab khususnya
Perjanjian Lama di dalam konteks Indonesia. Saya akan mengawali dengan
menjelaskan tentang apa pentingnya seorang muda membaca dan menafsirkan kitab
suci. Saya akan melanjutkan dengan penjelasan tentang langkah-langkah yang
harus dipelajari di dalam membaca kitab suci. Hal ini saya lakukan dengan
memperkenalkan sebuah metode sederhana yang dapat dipakai oleh siapa saja untuk
membaca kitab suci yaitu metode narasi. Tulisan ini akan saya akhiri dengan
mengajak para pemuda untuk berlatih tentang bagaimana membaca sebuah teks
Alkitab Perjanjian Lama dengan menggunakan metode narasi.
A. Pentingnya Membaca Kitab Suci
Seseorang
dapat menjadi Kristen dengan berbagai cara. Ada yang memeluk agama Kristen
setelah ia menjadi dewasa. Ada yang memeluk agama ini melalui pernikahan tetapi
kebanyakan memeluk agama ini karena kedua orang tuanya mewariskan agama
tersebut kepadanya. Namun, janganlah kita mengira bahwa ketika kita menjadi
pemeluk agama Kristen maka kita secara otomatis menjadi orang-orang yang
memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi di dalam mengikut Yesus. Kemampuan
spiritual memang telah ada di dalam diri setiap orang ketika ia lahir namun
kemampuan itu harus diasah dan dikembangkan dengan baik agar dapat bertumbuh
dengan suburnya. Di dalam Kekristenan kita mengenal seorang tokoh Kristen yang
bernama Marthin Luther. Ia adalah seorang tokoh reformator yang mengumandangkan
semboyan “Sola Scriptura” yang artinya kembali kepada Alkitab. Artinya,
seseorang hanya dapat menumbuhkembangkan kehidupan spiritualnya ketika ia
membiarkan dirinya untuk kembali kepada Alkitab sebagai firman Allah. Di dalam
Alkitab, ia dapat belajar tentang Tuhan yang diimaninya. Ia dapat belajar
tentang berbagai cara untuk menghadapi berbagai kondisi di dalam kehidupannya.
Ia dapat belajar tentang cara untuk hidup dengan sesamanya di dunia ini.
Singkatnya, dengan kembali ke Alkitab maka seorang muda dapat mengetahui
tentang bagaimana cara untuk hidup secara baik di dunia ini. Oleh karena itu,
adalah penting bagi seorang muda untuk mau meluangkan sedikit dari waktunya
setiap hari untuk membuka Alkitabnya, membacanya dan kemudian berusaha memahami
arti dari apa yang dibacanya tersebut di hari itu.
Namun, pertanyaan yang
sering saya dengar adalah tentang bagaimana caranya membaca dan memahami firman
Tuhan? Apakah seorang muda juga berhak untuk menafsirkan teks Alkitab yang
dibacanya? Ataukah ia harus menunggu pendetanya yang melakukannya untuknya?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah bahwa setiap orang muda berhak dan bahkan
harus belajar untuk membaca dan memahami firman Tuhan secara mandiri. Ia tidak
boleh menunggu siapapun untuk menafsirkannya untuk dirinya. Ketika di dalam
proses penafsiran ia menemui kesulitan maka di situlah ia dapat meminta bantuan
dari orang yang lebih tahu dari dirinya untuk membantunya misalnya pendetanya atau
majelis-majelis di gerejanya. Untuk itu pada kesempatan ini saya akan
mengemukakan tentang beberapa langkah sederhana di dalam membaca dan
menafsirkan kitab suci.
B. Membaca Alkitab Perjanjian Lama
Sebelum
mencoba untuk menafsirkan kita suci maka ada baiknya jika kita memahami bahwa Alkitab
adalah merupakan kumpulan-kumpulan teks yang harus ditafsirkan agar dipahami
karena tidak setiap teks memiliki arti yang langsung disampaikan kepada kita.
Semua teks ditulis pada konteks waktu tertentu dengan latar belakang sejarah
yang mempengaruhinya serta ditujukan kepada komunitas tertentu sehingga penting
sekali bagi kita untuk memahami semampu kita tentang unsur-unsur yang
mempengaruhi pembentukkan sebuah teks. Namun Alkitab adalah sebuah misteri yang
kompleks yang menarik untuk disingkap. Kita akan mengawalinya dengan memahami
tentang apa itu Alkitab Perjanjian Lama (PL). Adapun pembahasan akan saya
batasi pada PL saja karena itu merupakan bidang yang saya tekuni.
Perjanjian Lama (PL) adalah
laporan para penulis Alkitab tentang bagaimana Tuhan berinteraksi/berhubungan
dengan dunia dan khususnya dengan orang Israel. PL secara keseluruhan bukanlah
sebuah narasi atau cerita yang berkesinambungan. PL adalah sebuah antologi
yaitu koleksi tulisan-tulisan yang diproduksi dan dikumpulkan di dalam
tahapan-tahapan yang berlangsung lebih dari beribu-ribu tahun. Antologi itu
berisi apa yang kita sebut buku-buku atau kitab dan buku-buku itu dibagi menjadi
pasal-pasal dan ayat-ayat. Sebagai sebuah antologi, PL adalah sebuah kumpulan
yang diseleksi. Orang Israel memiliki banyak tulisan yang lain yang disebutkan
di dalam Alkitab tetapi tidak bertahan. Contohnya: “Kitab Peperangan-peperangan
Tuhan” (Bilangan 21:14).
Tidak seperti antologi di
dalam literature lainnya, PL tidak disusun berdasarkan kapan mereka ditulis
melainkan oleh sistem-sistem sebagai berikut:
- Kronologi narasi yaitu
dua belas kitab pertama atau lebih melaporkan kembali peristiwa-peristiwa
tentang penciptaan dunia hingga pada awal abad ke-6 BCE. Meskipun demikian
bukan berarti bahwa buku-buku tersebut ditulis pertama. Kitab Kejadian
misalnya yang berada pada awal PL ditulis pada masa yang lebih kemudian
pasal-pasal dan kitab-kitab yang mengikutinya.
- Kitab-kitab PL diatur
secara tematikal. Setiap komunitas mempunyai cara tersendiri untuk
mengatur penyusunan daftar urutan kitab-kitab yang ada termasuk menentukan
kitab yang mana yang harus dimasukkan di dalam daftar yang ada.
Istilah yang digunakan untuk menyebut
daftar kitab-kitab yang membentuk Alkitab adalah KANON. Kata ini berasal dari
bahasa Yunani yang berarti sebuah batang yang digunakan untuk mengukur
seperti penggaris . Dengan demikian KANON dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah
di fix-kan secara pasti dengan aturan tertentu. Ada tiga bagian dari Alkitab
Ibrani: Taurat (kitab Hukum)/Torah, kitab Para Nabi (Neviim) dan
Tulisan-tulisan (Ketubim). Ketiga bagian ini disingkat dengan istilah TANAKH.
Adapun lima kitab Taurat
terdiri dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Kitab-kitab ini
berbicara tentang penciptaan hingga kematian Musa di akhir kitab Ulangan. Kata
Taurat berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “Pengajaran” atau “hukum.”
Sementara itu kitab Para Nabi terdiri dari dua bagian yaitu Nabi-nabi awal:
Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja yang merupakan kesinambungan dari
cerita Taurat karena diawali persis setelah kematian Musa dengan penunjukan
Allah akan Yosua sebagai pengganti Musa dan laporan tentang sejarah bangsa
Israel di tanah perjanjian, mulai dari masuknya Israel ke Kanaan di bawah
pimpinan Yosua hingga pada kehilangan tanah perjanjian akibat penyerbuan Ba
bilonia tahun 586 BCE. Sementara itu bagaian yang kedua disebut kitab Nabi-nabi
Kemudian. Kitab-kitab ini dinamakan sesuai dengan nama-nama para nabi yang juga
terbagi menjadi Nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil. Nabi-nabi besar adalah
kitab-kitab yang lebih panjang seperti Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel.
Sementara kitab-kitab nabi kecil adalah dua belas kitab yang lebih pendek yaitu
mulai dari Hosea hingga Maleaki. Pemberian nama para nabi sendiri menghubungkan
cerita sejarah dengan nubuat sehingga membuat sejarah tidaklah merupakan suatu
laporan langsung namun merupakan pandangan Tuhan yang ditafsirkan oleh penerima
pesan atau para nabi. Bagian kitab yang terakhir disebut Kitab-kitab tulisan
mengandung berbagai buku yang ditulis di dalam berbagai aliran. Kitab-kitab ini
terdiri dari: 1) Cerita sejarah: Kitab Tawarik mencakup rentang kronologi
sejarah yang sama dengan Taurat dan kitab-kitab Nabi awal yang disimpulkan dengan
kepulangan dari pembuangan di Babilonia di paruh kedua abad k-6 BCE.; kitab
Ezra-Nehemia melanjutkan cerita ini, menghubungkan sejarah orang Yahudi di abad
ke-6 dan ke-5 BCE; 2) Kitab-kitab Tulisan juga mengandung apa yang disebut
fiksi sejarah yang terdapat di dalam kitab Ruth, Ester, dan Daniel; kitab puisi
seperti Mazmur, Amsal, Kidung Salomo, dan Ratapan; refleksi-refkelsi dari
kondisi manusia di dalam kitab Ayub yang hampir semuanya berupa puisi dan juga
Pengkhotbah.
Adapun kronologi sejarah PL dapat
digambarkan di dalam tabel berikut ini:
GARIS BESAR PERIODE SEJARAH
ISRAEL KUNO
WAKTU
|
1250-1000
SZB (Abad ke-13-11)
|
1000-930
(Abad ke-10)
|
930-800 (Abad ke-10-9)
|
800-700
(Abad ke-8)
|
700-586
(Abad ke-7 dan awal abad ke-6)
|
586-538
(Abad ke-6)
|
538-332
(Abad ke-6 - ke-4)
|
332-63
(Abad ke-4 – ke-1)
|
Peristiwa
Utama (Sesuai urutan kurun waktu)
|
Penyebaran
desa-desa di wilayah perbukitan.
Munculnya
suku “Israel”
Kepemimpinan
Saul
|
Pembentuk-an
kerajaan Daud
Yerusalem
sebagai ibukota Yehuda/Is-rael
Daud
dan Salomo
|
Pemben-tukan
kerajaan Israel Utara
Kemuncu-lan
dan kejatuhan dinasti Omri
|
Domina-si
dan penghan-curan ke-rajaan Utara oleh Asiria
Penaklu-kan
Yehuda oleh Asiria
|
Kemundu-ran
kekuasaan Asiria
Diberlaku-kannya
reformasi Yosia
Kemundu-ran
Yehuda akibat kekuasaan Babilonia
Arus
pembua-ngan yang pertama
|
Penghan-curan
Yerusalem dan bait Allah
Arus
pembua-ngan kedua dan ketiga para elite ke Babilonia
|
Kemenangan
Persia, kembali dari pembuangan, pembangu-nan kembali bait Allah
Nehemia
membangun kembali tembok Yerusalem
Penceraian
istri-istri yang berasal dari bangsa asing di bawah pengawasan Ezra dan
peninggian Taurat
|
Masa
kepe-
mimpin-
an
Yunani
Krisis
peng-
Yunani-an
Kerajaan
Hasmo-
nean
|
Tulisan
Utama (dan tradisi lisan)
|
(Tidak
ada tulisan, hanya tradisi-tradisi lisan tentang keluaran, para leluhur yang
licik/menipu)
|
Mazmur-mazmur
raja dan Zion
Sejarah
lampau para leluhur menurut sumber J
Kitab
Perjanjian
Kidung
Agung
Pengkhotbah
|
Cerita
Yakub
Cerita
Yusuf
Cerita
Keluaran – padang gurun
Nyanyian
Deborah
|
Nubuat
bagi kerajaan utara oleh Amos dan Hosea
Nubuat
bagi kerajaan selatan oleh Mikah dan Yesaya
|
Edisi
awal oleh Deutero-nomistic history
(Ulangan-2
Raja) yang dimulai dari Ulangan-reformasi Yosia)
Nahum
Zefanya
Nubuat
awal dari Yeremia
|
Deuteronomistik
History pada masa pembua-ngan
Ratapan
Yehezkiel
dan Yesaya kedua
Sejarah
penciptaan hingga Israel non-P
Sejarah
penciptaan hingga Israel menurut sumber P
|
Hagai
Zakharia
Nehemia
Pembangunan
Kembali bait
Allah/cerita Ezra
Yesaya ketiga
Pemazmur
|
Bagian
awal Enok
Ben
Sira
Ezra-Nehemia
1-2
Tawarik
Daniel
|
Ide
dan tema baru yang utama
|
Teologi
keterpilihan
|
Teologi
Raja/Zion
|
|
|
Penyem-bahan
ekslusif kepada Yahweh yang dipaksakan oleh Yosia
|
Monoteis-me
|
Fokus
terhadap Bait Allah dan Taurat
|
Yudais-me
|
C.
Membaca Alkitab dengan Metode Narasi
Hendaklah
setiap orang mengingat bahwa pekerjaan menafsir adalah pekerjaan yang biasanya
identik dengan mereka yang belajar secara khusus metode penafsiran di sekolah
khusus untuk mendidik calon pendeta. Namun belakangan ini telah ditemukan
berbagai metode yang dapat digunakan oleh para pemuda untuk membaca dan
menafsirkan kitab suci secara mandiri. Karena keterbatasan waktu maka pada
kesempatan ini saya hanya akan membahas salah satu metode yang digunakan yaitu
metode narasi. Metode ini merupakan metode favorit saya karena metode ini
adalah “congregational friendly” artinya sangat dekat dan mudah diakses oleh
siapa saja terutama jemaat. Analisa narasi adalah analisa yang bertujuan untuk
membaca sebuah teks secara dekat dengan memperhatikan kata-kata kunci
yang ada di dalam bacaan pasal alkitab yang anda gumuli, struktur, bahasa,
repetisi dll dari pasal tersebut, menggarisbawahi karakterisasi, plot cerita,
dan sudut pandang/point of view yang disajikan di dalam teks. Hal-hal yang
perlu dipersiapkan untuk melakukan metode inipun sangat mudah yaitu teks kitab
suci, pensil warna/spidol/stabilo dan diri anda sendiri.
Adapun
langkah-langkah untuk melakukan analisa narasi adalah dengan memperhatikan:
a. Perkembangan plot
- Di mana awal dan akhir dari narasi?
Bagaimana anda menandainya? Apakah narasi ini adalah bagian dari cerita yang lebih
luas?
- Apa saja peristiwa-peristiwa/
adegan yang terjadi? Siapa yang ada di setiap adegan? Bagaimana proses transisi di antara
setiap adegan?
- Apa saja problem/konflik yang
menggerakkan plot? Apa saja konflik yang diperkenalkan seiring
dengan plot yang berlangsung?
- Di mana krisis atau sesuatu yang
dianggap sebagai turning point (sesuatu yang mengubah jalan cerita)? Apa
yang terjadi di bagian penyelesaian?
- Apakah harapan-harapan yang diberikan
oleh cerita kemudian dipenuhi, dilanggar, bahkan berubah?
- Apakah ada gap di dalam cerita?
Apakah narator menghilangkan sesuatu? Apakah penghilangan itu mengatakan
sesuatu kepada kita tentang plot atau karakter?
- Apakah jalan cerita dirusak
(dintervensi) oleh penjelasan, kesimpulan atau pandangan dari narator?
Apakah narator memasukkan tanggapannya yang mengkonfirmasi atau
mengkontradiksikan elemen-elemen di dalam cerita?
b.
Karakterisasi
- Apa deskripsi langsung dari
karakter yang diberikan oleh narator?
- Apa yang karakter katakan tentang
diri mereka melalui percakapan di dalam hati? Apa yang mereka katakan
tentang diri mereka yang mereka katakan secara keras?
- Apa yang dikatakan tentang
karakter oleh karakter-karakter yang lain? Apa yang deskripsi tidak langsung ini katakan
tentang sang pendeskripsi atau yang dideskripsikan?
- Bagaimana dialog
pengkarakterisasian dari tokoh-tokoh utama? Siapa yang berbicara di dalam
cerita? Siapa yang tidak? Apakah perkataan mereka dapat dipercaya, yang dikonfirmasi oleh tokoh yang lain, oleh
narator atau peristiwa?
c.
Point of view/sudut pandang
- Melalui pandangan/mata
siapa/penceritaan siapa kita melihat setiap adegan?
- Di dalam pandangan narator yang
omniscient/tahu segalanya, apakah kita mendengar pikiran-pikiran terdalam dari
setiap/salah satu karakter?
- Apakah pandangan dari suatu
karakter secara terus-menerus diingkari di hadapan pembaca?
- Berapa jumlah pandangan,
sekalipun singkat, yang kita lihat? Apakah ada tanda-tanda di antara pandangan-pandangan yang
berbeda misalnya hinne/lihatlah!
d. Waktu
- Di adegan yang manakah waktu
berjalan lambat atau cepat di dalam cerita? Apakah waktu berpindah
cepat/melombat di antara transisi setiap adegan?
- Bagaimana setiap peristiwa
dihubungkan dengan pemwaktuan di dalam cerita? Apakah ada indikasi tentang
masa lalu atau masa depan?
e. Repetisi/pengulangan
1.
Apakah
repetisi muncul di dalam bagian tertentu di dalam cerita – kata-kata, frase, peristiwa atau adegan?
2.
Apakah
repetisi menekankan tentang pentingnya karakter atau ide atau tema di dalam cerita?
3.
Apakah
ada tema tertentu yang digunakan oleh cerita seperti adegan “perintah-pelaksanaan-laporan” atau
“nubuat-penenuhan-laporan”? Jika ada, apakah elemen yang diulangi, mengkonfirmasi, mengubah,
mengkontradiksikan, tanggapan yang telah ada di pidato/peristiwa/elemen
sebelumnya? Apa yang hal ini bisa katakan tentang plot, karakter dan pandangan
yang ada di cerita ini?
Setelah
semua langkah dilakukan maka yang dapat dilakukan adalah menentukan paling
sedikit tiga tema besar yang dapat diambil dari teks yang dianalisa tersebut.
Misalnya:
Teks ini menekankan tiga tema
yaitu….
Teks ini membahas tiga tema yaitu….
Ada tiga hal yang dapat dipelajari
dari teks ini yaitu ….
Setiap
tema tersebut harus disertai bukti. Misalnya:
Tema yang pertama adalah tentang
kasih setia Tuhan kepada manusia yang tidak berkesudahan.
Bukti-bukti
di dalam teks yang dapat mendukung pernyataan ini adalah:
- Pada teks terdapat repetisi pada
kata kasih yang muncul selama 8 kali (sebutkan bagian-bagian yang
menyebutkan.
- Pada teks terdapat
pengkarakterisasian sosok Tuhan yang penuh kasih, dll.
D. Membaca Alkitab di dalam Konteks Kekinian
Indonesia
Setelah
melakukan penafsiran terhadap terhadap teks maka langkah akhir yang dilakukan
oleh pembaca adalah menghubungkan analisa narasi ini dengan keterangan awal
tentang latar belakang PL yang telah diberikan pada bagian sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan penghubung adalah seperti demikian:
- Siapa yang menulis atau
mengatakan hal-hal yang terdapat di dalam teks?
- Kapan teks tersebut ditulis atau
dikatakan?
- Di mana kejadian yang diungkapkan
di dalam teks berlangsung?
- Situasi atau peristiwa apa yang
mendorong terjadi suatu peristiwa yang terjadi ataudi dalam teks?
- Mengapa orang-orang di dalam teks
melakukan apa yang dilakukan atau mengatakan apa yang dikatakan?
Setelah menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut maka akhirnya tibalah saatnya kita melakukan
refleksi terhadap bacaan tersebut dan menghubungkan dengan kehidupan kita
sendiri dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
- Bagaimana
caranya saya sebagai orang Indonesia menerapkan apa yang saya pelajari di dalam
kehidupan saya?
- Apakah
ada sikap/sifat yang perlu saya ubah?
- Apakah
ada tindakan-tindakan yang harus saya lakukan atau saya hindari?
- Apakah
ada contoh yang harus saya tiru?
- Apakah
saya harus mengaku sesuatu kepada Allah?
- Apakah
ada janji yang harus saya berikan kepada Allah?
Guna mengetahui cara kerja
metode ini maka marilah kita membaca dan menafsirkan bersama-sama 2 Samuel
13:1-22 tentang cerita Amnon dan Tamar.
(Pembinaan PeLKaT Gerakan Pemuda di Wisma Nangun Kerti Bedugul-Bali)