Terkadang kita berpikir bahwa hidup sebagai umat Tuhan membuat kita tidak bebas dalam melakukan segala sesuatu. Terlalu banyak rambu-rambu yang harus dipatuhi, menyebabkan kita takut bertindak. Kita mau lakukan 'begini, salah; begitu, juga salah. Maju kena, mundur juga kena.' Akibat ketidakbebasan tersebut maka kita sering kalah dalam berbagai persaingan untuk meraih kesuksesan dan kelimpahan bagi hidup kita. Sehingga jika dibanding dengan kehidupan orang-orang yang bukan umat Tuhan maka tampak bahwa hidup sebagai umat Tuhan kurang berlimpah dari mereka. Hal ini menimbulkan dua sikap. Pertama, ada umat Tuhan yang putus asa dan pasrah menerima keadaan hidupnya yang miskin; tidak mau berusaha atau bekerja karena dianggap percuma saja. Kedua, realitas kehidupan yang kian sulit membuat umat Tuhan berani melanggar rambu-rambu aturan atau larangan firman Tuhan dan melakukan kesalahan agar bisa berhasil dan memiliki kelimpahan hidup.
Mazmur 107 secara keseluruhan merupakan refleksi iman atas berbagai pengalaman hidup orang beriman yang diamati oleh pemazmur. Melalui pengalaman hidup yang beraneka warna itu pemazmur ingin menyatakan bahwa dalam situasi gelap dan susah serta penuh derita yang dialami, Tuhan tidak akan pernah membiarkan umat-Nya binasa. Asalkan mereka berseru-seru kepada Tuhan.
Ayat 38 merupakan kesimpulan dari satu bagian dari pengalaman hidup beriman (ay 33-37). Di dalamnya dinyatakan bahwa kehidupan setiap orang ada dalam tangan Tuhan dan bahwa Tuhan sanggup merubah segala sesuatu. Orang-orang yang sekarang terlihat bahagia dalam hidupnya karena tanah atau lahan kerjanya subur sehingga usahanya berhasil, pada waktunya akan sedih. Tanah dan lahan mereka yang berair dan subur akan menjadi tanah tandus dan gersang, sehingga tidak menghasilkan. Tuhan akan merubah keadaan hidup mereka karena dalam kelimpahan dan kebahagiaan hidup, mereka melakukan banyak kejahatan. Sebaliknya, orang-orang beriman yang sekarang terlihat sedih, susah dan lapar karena tanah dan lahannya kering dan gersang akan kembali bersukacita dan bahagia. Tuhan akan merubah padang gurun menjadi kolam air dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air. Mereka akan membuat kebun-kebun anggur. Apa pun yang mereka tanam dan tabur akan berbuah dan berhasil. Mereka akan membangun kota untuk ditempati dan hidup dengan sejahtera karena melakukan kebaikan dan kebenaran serta selalu berseru-seru dan bersyukur kepada Tuhan. Hal ini dipahami sebagai berkat Tuhan bagi umat-Nya: "Diberkati-Nya mereka... dan hewan-hewan mereka tidak dibuat-Nya berkurang." (ay 38)
Tuhan memberkati umat-Nya dengan memberi mereka pertambahan sangat banyak, baik orang maupun hewan. Artinya, kehidupan sebagai umat Tuhan tidaklah statis dan pasif, tetapi aktif dan kreatif; selalu ada pertambahan dan peningkatan. Hidup yang terus bertambah dan meningkat di dalam Tuhan pada akhirnya akan berlimpah. Masalahnya, kelimpahan yang kita miliki di dalam Tuhan, terkadang kita pahami hanya sebatas materi. Padahal melimpah sukacita dan syukur adalah juga suatu kelimpahan.
Tuhan yang memberkati dan membuat hidup kita berlimpah; bukan kita. Setiap kita hanya bisa bekerja dan berusaha dengan sekuat tenaga dan akal kita. Tetapi Tuhan yang menentukan apakah pekerjaan itu berhasil atau tidak. Di tempat kering yang dianggap tidak bisa membuat hidup kita bahagia. Tetapi jika berusaha dan bekerja dengan berseru-seru kepada Tuhan maka Tuhan akan bertindak. Tempat kering akan berubah menjadi tempat yang basah sehingga memungkinkan kita mengalami kelimpahan hidup. Karena itu, mari serahkan setiap langkah dan laku kita kepada Tuhan dan bertindaklah sesuai firman-Nya. Maka hidup kita pasti berlimpah.
Ayat 38 merupakan kesimpulan dari satu bagian dari pengalaman hidup beriman (ay 33-37). Di dalamnya dinyatakan bahwa kehidupan setiap orang ada dalam tangan Tuhan dan bahwa Tuhan sanggup merubah segala sesuatu. Orang-orang yang sekarang terlihat bahagia dalam hidupnya karena tanah atau lahan kerjanya subur sehingga usahanya berhasil, pada waktunya akan sedih. Tanah dan lahan mereka yang berair dan subur akan menjadi tanah tandus dan gersang, sehingga tidak menghasilkan. Tuhan akan merubah keadaan hidup mereka karena dalam kelimpahan dan kebahagiaan hidup, mereka melakukan banyak kejahatan. Sebaliknya, orang-orang beriman yang sekarang terlihat sedih, susah dan lapar karena tanah dan lahannya kering dan gersang akan kembali bersukacita dan bahagia. Tuhan akan merubah padang gurun menjadi kolam air dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air. Mereka akan membuat kebun-kebun anggur. Apa pun yang mereka tanam dan tabur akan berbuah dan berhasil. Mereka akan membangun kota untuk ditempati dan hidup dengan sejahtera karena melakukan kebaikan dan kebenaran serta selalu berseru-seru dan bersyukur kepada Tuhan. Hal ini dipahami sebagai berkat Tuhan bagi umat-Nya: "Diberkati-Nya mereka... dan hewan-hewan mereka tidak dibuat-Nya berkurang." (ay 38)
Tuhan memberkati umat-Nya dengan memberi mereka pertambahan sangat banyak, baik orang maupun hewan. Artinya, kehidupan sebagai umat Tuhan tidaklah statis dan pasif, tetapi aktif dan kreatif; selalu ada pertambahan dan peningkatan. Hidup yang terus bertambah dan meningkat di dalam Tuhan pada akhirnya akan berlimpah. Masalahnya, kelimpahan yang kita miliki di dalam Tuhan, terkadang kita pahami hanya sebatas materi. Padahal melimpah sukacita dan syukur adalah juga suatu kelimpahan.
Tuhan yang memberkati dan membuat hidup kita berlimpah; bukan kita. Setiap kita hanya bisa bekerja dan berusaha dengan sekuat tenaga dan akal kita. Tetapi Tuhan yang menentukan apakah pekerjaan itu berhasil atau tidak. Di tempat kering yang dianggap tidak bisa membuat hidup kita bahagia. Tetapi jika berusaha dan bekerja dengan berseru-seru kepada Tuhan maka Tuhan akan bertindak. Tempat kering akan berubah menjadi tempat yang basah sehingga memungkinkan kita mengalami kelimpahan hidup. Karena itu, mari serahkan setiap langkah dan laku kita kepada Tuhan dan bertindaklah sesuai firman-Nya. Maka hidup kita pasti berlimpah.