Bacaan :HAKIM-HAKIM 18 : 14-21
Saudara terkasih ....
"...
dan mengambil patung pahatan efod, terafim dan patung tuangan itu,
berkatalah imam itu kepada mereka: 'Berbuat apakah kamu ini...'?" (ay.
18)
Berdasarkan
informasi yang disampaikan 5 orang utusan, berangkatlah 600 orang suku
Dan yang diperlengkapi senjata menuju Lais. Mereka sampai di rumah
Mikha. Ke-5 utusan itu menyampaikan kepada rombongan bahwa di dalam
rumah Mikha itu ada tempat sembahyang (kuil) dengan perlengkapannya.
Mereka pun berkata : "Oleh sebab itu insafilah apa yang akan kamu
perbuat." Ini merupakan isyarat untuk perampokan. Dengan dikawal 600
orang diperlengkapi senjata kelima orang itu mengambil semua
perlengkapan peribadahan tanpa izin. Yonathan imam di kuil itu hanya
melihat anggota rombongan lain pun masuk dan mengambil efod, terafim dan
patung tuangan. Imam itu menegur mereka dan berkata "apa yang kamu
buat"? Imam diminta tutup mulut. Bagaimana mungkin untuk tidak diam
menghadapi rombongan 600 orang bersenjata. Imam diminta ikut dengan
mereka menjadi imam, dan imampun setuju.
Perampok
marak terjadi pada masa sekarang, baik yang dilakukan di dalam rumah,
di kendaraan umum, ditengah jalan. Yang menyedihkan adalah perampokan
sarana ibadah. Dan pembacaan hari ini kita mengerti beberapa hal tentang
perampokan.1. Perampokan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tekanan hidup yang berat.
2. Perampokan dilakukan karena manusia tidak lagi menghargai norma-norma agama dan aturan-aturan yang berlaku.
3. Perampokan dilakukan sebab ada kesempatan untuk itu.
4. Perampokan dilakukan oleh komplotan orang-orang yang bersenjata, yang tidak sama sekali peduli terhadap korbannya.
Apapun tantangan atau pergumulan hidup yang kita alami sebagai orang percaya kita tidak boleh merampok. Sebagai orang percaya kita dipanggil untuk berbagi dan memberi. Memilih Diaken dan Penatua adalah memilih orang-orang yang jujur, yang mau berbagi kepada sesama bukan orang-orang yang kemudian mengambil milik Tuhan.