Bacaan : 1 Korintus 2 : 6 – 16
PENGANTAR
Kota Korintus terletak di sebuah
daratan sempit yang memiliki pelabuhan di bagian timur dan bagian barat.
Korintus pada waktu itu, bisa dikatakan merupakan kota yang sangat duniawi
sebab ada banyak pengaruh dari berbagai budaya. Penduduk kota ini memiliki
tradisi yang kuat dalam hal penyembahan berhala, khususnya dewi cinta yang
bernama Afrodite. Surat Paulus ini antara lain berisi berbagai pergumulan yang
terus dihadapi jemaat Korintus berhadapan dengan berbagai pengaruh gaya hidup
di kota besar.
Paulus
pernah mengunjungi Korintus dan tinggal beberapa lama di sana dalam rangka
pemberitaan Injil. Sekarang, ia tidak lagi bersama-sama mereka, namun ia
berusaha untuk tetap menjaga hubungan yang baik dengan mereka, oleh sebab itu
ia tekun menulis surat ini kepada mereka.
Ia
sempat mendengar dari beberapa sahabat yang datang mengunjunginya tentang
situasi dan kondisi yang cukup tegang dalam jemaat Korintus saat itu, bahkan
sampai-sampai timbul “perselisihan” yang dapat mengancam keutuhan persekutuan. Rasul
Paulus sedih karena ternyata ada beberapa jemaat yang masih meragukan
kerasulannya. Ia mencoba meyakinkan mereka lewat suratnya ini. Ia juga
menjelaskan beberapa hal di sekitar kehidupan perkawinan dan tentang
makanan-makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Akhirnya, ia menyampaikan
rencananya untuk kembali lagi ke Korintus dan tinggal beberapa lama dengan
mereka.
PENJELASAN NATS
Ayat 6 – 9: Hikmat yang
disebutkan rasul Paulus di sini adalah suatu “rahasia Allah”. Hikmat ini
terbagi atas dua jenis. Pertama, ia tidak serupa dengan hikmat dunia – dan oleh
karenanya ditolak oleh Paulus. Kedua, ia hanya diberitakan di kalangan orang
yang “sempurna” (Filipi 3:5), yaitu yang menerima Roh Kudus. Rasul Paulus
memahami bahwa hikmat itu pada hakekatnya berasal dari Allah, sehingga oleh
hikmat itulah iman menjadi sempurna. Hikmat itu belum nampak pada orang-orang
yang sudah dewasa dan matang imannya, hikmat membuat imannya itu menjadi
semakin “sempurna”.
Jemaat di Korintus pada waktu itu
suka sekali dengan hikmat dunia. Padahal dunia ini hidup di luar aturan Allah
dan tidak menuruti kehendak-Nya sehingga hikmat yang seperti itu sebetulnya
tidak berguna bagi orang Kristen. Hikmat seperti itu dimiliki oleh raja-raja di
dunia ini dan bertentangan dengan hikmat Allah. Sebaliknya, hikmat Allah tidak
dikenal oleh para penguasa dunia, sebab sekiranya mereka mengenalnya, mereka
tentu tidak akan menyalipkan Yesus.
Hikmat Allah itu hanya disediakan
bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Kasih kepada Allah itu ialah “kunci” yang dapat membuka “rahasia Allah”. Dunia
dengan para penguasanya yang angkuh dan lalim, tidak mengenal ‘kasih’ sehingga
mereka kelak akan binasa.
Ayat 10-16 : Hikmat Allah hanya
dapat diperoleh sebagai karunia (pemberian) dari Allah saja. Oleh sebab itu ia dikaruniakan
oleh Roh Allah kepada orang percaya. Kepada orang yang ‘sempurna’, Allah sudah
menyatakan rahasia hikmat-Nya dengan Roh-Nya. Di dalam Roh-Nya tidak sesuatu
pun yang tersembunyi karena Roh itu menyelidiki segala sesuatu. Menurut rasul
Paulus, Allah hanya dapat dikenal oleh Roh-Nya saja. Orang yang percaya
dianugerahi Roh Allah, yang mengatasi dunia ini dan para penguasanya. Roh Allah
menjadi pembuka jalan kepada kedalamn pengenalan akan Allah.
Makna yang terkandung di dalam
Roh Allah itu ialah, bahwa orang Kristen dapat mengenal karunia Allah. Hikmat
ialahi itu hanya dapat dikatakan oleh orang yang mempunyai Roh. Hanya dengan
perkataan yang dikaruniakan oleh Roh saja, kita dapat berkata-kata tentang
hikmat.
Menurut pengajaran rasul Paulus,
Roh Allah itu sama dengan Roh Kudus. Oleh karena Roh Kristus, kita dapat
mengenal kehendak Allah dan hikmat-Nya. Allah Bapa, Kristus (Anak) dan Roh
Kudus merupakan Allah yang menyatakan diri sebagai Pencipta (Allah Bapa),
Penyelamat (Yesus Kristus) dan penolong, Penuntun atau Penghibur (Roh Kudus).
Jadi ketiganya bekerja sama – saling terkait, satu dengan yang lain, saling
melengkapi dan saling meneguhkan.
PENERAPAN
Mungkin untuk memudahkan kita
memahami hal ini, mari kita perhatikan “matahari”. Pertama, matahari itu
memiliki cahaya yang sangat terang sehingga dengan cahaya itu manusia dapat
mematikan semua lampu dalam rumah ketika matahari bersinar terang lagi, siang
bahkan hingga sore hari. Tetapi pada malam hari itu, lampu-lampu perlu
dinyalakan karena cahaya matahari sudah tidak ada lagi. Kedua, matahari juga
mempunyai bentuk yaitu bulat, sehingga dari kecil kita menggambarkan matahari
itu selalu bulat dan tidak segitiga atau kotak. Ketiga, matahari memiliki
panasyang luar biasa sehingga kita dapat menjemur pakaian, kasur, bantal,
karpet dan lain-lain sehingga kering. Dari satu benda yang disebut matahari
kita mengenal 3 komponen yaitu : cahaya, bentuk dan panas. Ketiga hal ini melekat pada satu benda yang disebut
Matahari dan ketiganya tidak terpisahkan, tetapi dapat dibedakan satu dengan
lainnya. Demikian pula halnya dengan
Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, ketiganya berbeda tetapi ketiganya Esa.
URAIAN KHOTBAH
Saudara-sauSaudara-sauSaudara-saudara yang kekasih di
dalam Tuhan Yesus Kristus, hari ini kita memasuki minggu Trinitas. Apa artinya
minggu Trinitas? Minggu Trinitas adalah minggu pertama sesudah Pentakosta yang
di dalamnya Gereja diajak untuk menghayati kembali makna Allah yang Esa atau
Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Adapun simbol yang digunakan pada
hari minggu Trinitas ini adalah Segitiga (Triquetra) dengan warna dasar putih yang menjadi simbol dari
Ketritunggalan. Bila kita perhatikan, ada tiga buah lekukan yang tidak
terputus, saling bersambung – yang menyatakan kekekalan dari Allah itu sendiri.
Pemahaman tentang Allah
Tritunggal memang tidak mudah dimengerti dengan menggunakan “akal pikiran”
manusia. Hal seperti ini hanya dapat dimengerti dengan “iman” . di dalam iman,
hikmat Allah bekerja sehingga kita akhirnya yakin bahwa benar, Allah telah
datang ke dalam dunia ini dalam wujud manusia yaitu Yesus Kristus. Yesus
Kristus, Anak Allah yang hidup itu telah menyatakan kehendak Allah bagi manusia
dan mengajarkan manusia untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya agar manusia
memperolah pengampunan, penebusan dan keselamatan. Tanpa iman kepada Yesus
Kristus, kita tidak akan memperoleh keselamatan (Yohanes 14:6). Untuk mengimani
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita membutuhkan tuntunan kuasa Roh
Kudus yang membuka hati dan pikiran kita agar mengerti dan percaya bahwa
Kristus telah datang mengobarkan diri-Nya, mati di kayu salib Golgota demi
keselamatan kita.
Bagi orang dunia, kematian
Kristus di kayu salib adalah sebuah lambang kesalahan dan kebodohan. Bagaimana
mungkin seorang yang disebut “Anak Allah”, matinya sangat memalukan, seperti
halnya seorang penjahat – mati di tiang gantungan? Tetapi bagi kita, yang
percaya justru kematian seperti itulah yang dengan jelas menunjukkan: di satu
sisi, besarnya kasih Allah bagi kita yang berdosa ini dan di sisi lain : betapa kejam dan hinanya kita di
hadapan Allah sehingga dengan sadar “membunuh” seorang yang tidak bersalah.
Namun Dia tetap mengasihi kita, bagaimana pun keberadaan kita. Terpujilah Allah
Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus sekarang dan selama-lamanya. Amin.
S.P.D/hlt/SGDK/Edisi45