bacaan (Kis 7 : 59-60)
† Stefanus adalah martir pertama dalam dunia kekristenan. Martir pertama di era awal pertumbuhan gereja. Stefanus merupakan orang yang berani mati demi mempertahankan iman percayanya kepada Tuhan Yesus. Siapa sebenarnya Stefanus? Dalam Kis. 6:5 dikatakan bahwa mereka, jemaat mula-mula, “memilih Stefanus, seorang yg penuh iman dan Roh Kudus.” Itulah kenyataannya, dalam melakukan tugas pelaya-nannya sebagai seorang diaken, Stefanus adalah seorang yang penuh iman dan Roh Kudus. Dalam Kis 6:8 dikatakan bahwa Stefanus “mengadakan banyak mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.”
©, tapi, pelayanan yang sungguh-sungguh bermutu, tulus, serta penuh kasih dari Stefanus justru menyulut sikap antipati dari warga Yahudi yang tidak mengakui Yesus sebagai Mesias. Nah, karena mereka, orang-orang Yahudi tersebut, tidak dapat mengalahkan Stefanus dlm bersoal jawab, karena dia dipenuhi hikmat dari Roh Kudus. Mereka merancang untuk menjebak Stefanus dengan menyebarluaskan fitnah. Dlm Kis 6:11 dikatakan “Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan, kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa.” Di dalam masyarakat Yahudi, Musa merupakan salah seorang Nabi besar yang sangat dihormati. Nah, kebohongan ini terus-menerus disebarluaskan dika-langan masyarakat Yahudi sehingga menimbulkan opini (pendapat) negatip terhadap pelayanan Stefanus. Bahkan akhirnya Stefanus diseret dan dibawa ke hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin), untuk mempertanggung jawabkan semua yang dituduhkan kepadanya, walaupun sebenarnya dia tidak pernah melakukannya.
† Lalu bagaimana sikap Stefanus menghadapi semua tuduhan yg ditujukan kepadanya? Apakah ia takut dan gentar? Apakah ia mundur dan berubah sikap utk menghindari amarah masyarakat Yahudi? Alkitab menceritakan bahwa Dia sama sekali tidak takut. Stefanus dengan sikap berani, tegar dan penuh semangat bersaksi di hadapan Mahkamah Agama. Dia bersaksi tentang Kasih Tuhan yang berkehendak me-manggil bangsa Israel untuk diselamatkan, tetapi terus-menerus ditolak oleh ummat.
©, ketika Stefanus berkata (dalam Kis 7:56), “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”, mereka sangat marah. Bagi mereka ungkapan itu meru-pakan suatu penghujatan besar terhadap Allah. Hukuman atas perbuatan menghujat Allah adalah dirajam dengan batu sampai mati.
† Ada 3 hal penting yg dapat kita ambil dari peristiwa yg dialami oleh Stefanus :
1) Kita melihat rahasia keberanian daripada Stefanus. Rahasianya ialah bhw dibalik semua yang dilakukan orang-orang (Yahudi) itu terhadapnya, dia melihat Tuhan yg sedang menantikannya. 2) Kita melihat Stefanus mengikuti teladan Tuhan. Sebagaimana Yesus berdoa utk pengampunan bagi orang2 yg menganiaya-Nya (Luk 23:34), demikian juga Stefanus. Ada satu kejadian dimana seoarang terpidana mati, George Wishart, ketika hendak menjalani eksekusi, sang algojo merasa ragu-ragu. Wishart menghampiri si algojo dan menciumnya. Dia berkata, “Lihatlah, inilah tanda bahwa saya mengampuni engkau.” Dari sini kita dapat menarik pelajaran bahwa setiap orang yang mengikut Yesus akan men-dptkan kekuatan utk melakukan segala sesuatu yang secara manusia tdk mungkin dilakukan disepanjang hidupnya. 3) Bagi Stefanus, semua kekejaman yg mengerikan yang dialaminya berakhir dalam satu kedamaian. Kedamaian yang datang kepada seseorang yang telah melakukan kebenaran, walaupun hal itu membuatnya terbunuh.
† Di akhir bacaan kita tadi (ayat 60) ditunjukkan kepercayaan yg sangat teguh dari Stefanus terhadap Kristus. Keteladanan Kristus membuatnya mampu mengampuni orang2 yg telah berbuat jahat kepadanya. Dia bahkan memohon kepada Allah dlm doanya agar melepaskan umat yg menganiayanya (hingga mati) dari dosa perbuatan mereka. Doa yang sama juga pernah dilakukan oleh Yesus bagi (3) orang2 yg telah menyalibkan-Nya (Luk 23:34). Menurut Calvin, tokoh pembaharu gereja, itu merupakan sebuah doa yg penuh dengan belas kasih. Jadi mereka yang memiliki integritas sebagai anak-anak Tuhan akan melihat pengalaman Stefanus sebagai bagian yang menguatkan, dimana ketika penderitaan itu datang, bahkan seakan tidak ada lagi harapan selain maut akan menjemput, maka katakanlah “Ya Yesus, terimalah rohku.”
† Dimana kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin bisa bersaksi seperti apa yg telah dilakukan oleh Stefanus. Tetapi komitmen yang kuat, bahwa Kristus adalah Juru Selamat hidup kita, harus selalu kita junjung tinggi. Kesaksian utk menyebarluaskan Injil Kristus, berita keselamatan, bagi orang-orang disekitar kita, dapat dilakukan dengan selalu berbuat hal-hal yang baik. Walaupun Stefanus berhasil mereka bunuh, tapi Injil Kristus tetap bertumbuh merambah semua tempat di duna ini. Lalu bagaimana dgn kita? Apakah kita tidak dapat mengikuti pelayanan Stefanus? Pelayanan dari Rasul-rasul yang hidup lebih dulu dari kita di zaman sekarang ini? Tentu situasi dan kondisinya sdh banyak berubah. Namun tantangan dan rintangan tetap masih ada. Lalu apa yg bisa kita perbuat. Ok. Mungkin kita hanya orang kecil, tak punya kedudukan atau nama. Hanya seorang ibu RT, pensiunan. Bukan seorang penatua/diaken/ pengurus Bidang Pelayanan Kategorial. Kita hanya seorang biasa saja. (4) Tapi, kalau dalam hidup ini kita berfungsi sebagai penyalur Injil Yesus, entah itu dengan senyuman, sapaan yg lemah lembut, uluran tangan, pertolongan, penghiburan, bantuan, pendamaian atau lainnya, maka sebenarnya kita adalah bgn dari sebuah proyek besar, yaitu ikut serta dalam pekerjaan Yesus utk mendatangkan dan (5) memberlakukan Kerajaan Allah di bumi. Ingatlah selalu janji Tuhan (Mat. 28:20); “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasasampai kepada akhir zaman”.