Pemahaman Reformed terhadap Alkitab dimulai dengan
pengakuan terhadap kedaulatan Allah atas
segala hal, termasuk atas keselamatan kita. Salah satu ajaran inti di dalam Alkitab, yang
berkali-kali digemakan, seperti suatu tema utama dari suatu simfoni, yaitu
bahwa kita diselamatkan sepenuhnya oleh anugerah, melalui karya Roh Kudus yang penuh kuasa,
berdasarkan karya sempurna Juruselamat kita, Yesus Kristus.
Namun
demikian, pada waktu yang sama, Alkitab juga mengajarkan bahwa Allah
menyelamatkan kita bukan sebagai boneka tetapi sebagai pribadi-pribadi, dan
oleh karenanya kita pastilah bersikap aktif di dalam keselamatan kita. Alkitab,
dengan cara yang misterius, menggabungkan kedaulatan Allah dan tanggung jawab
kita dalam proses keselamatan. Kita dapat mengasihi-Nya hanya karena Dia
terlebih dahulu mengasihi kita. Karena itu, semua pujian haruslah ditujukan
hanya bagi Dia semata.
Pembenaran
Marthin
Luther menyebut doktrin pembenaran oleh iman ini sebagai “artikel yang
menentukan berdiri atau runtuhnya gereja.” Terkandung dalam pernyataan ini
adalah pemikiran bahwa jika gereja memelihara doktrin ini dengan benar, maka
gereja secara mendasar akan benar di dalam semua ajarannya yang lain, tetapi
jika gereja tidak setia kepada doktrin ini, maka gereja akan salah di semua ajarannya
yang lain. Dengan keyakinan yang sama, Calvin menyatakan bahwa doktrin
pembenaran adalah “engsel utama yang padanya agama berputar,”.
Ajaran-ajaran Alkitab tentang Pembenaran
Ayat di Perjanjian Lama yang paling menonjol dalam
kaitannya dengan pembenaran adalah Kejadian 15:6. Penulis kitab Kejadian mengatakan, “Lalu
percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan [ suatu bentuk dari
kata kerja chashabh] hal itu kepadanya
sebagai kebenaran.” Paulus mengutipnya di dalam Roma 4:3 dan 22 dan Galatia 3:6
untuk menunjukkan bahwa Abraham, bapa orang percaya, dibenarkan oleh iman dan
bukan oleh perbuatan. Yakobus juga menggunakan Kejadian 15:6 (Yak. 2:23) dalam
merujuk kepada pembenaran atas Abraham, meskipun tujuan Yakobus mengutip bagian
ini berbeda dari tujuan Paulus.
Meskipun kelihatannya seperti terdapat kontradiksi antara
Paulus dan Yakobus, tetapi sebenarnya di antara keduanya terdapat kesatuan yang
mendasar dan mendalam. Paulus pasti sepakat dengan Yakobus bahwa hanya iman
yang hidup yang membenarkan. Baik Paulus maupun Yakobus pasti akan menyetujui
pernyataan Calvin ini: “Oleh karena itu, hanya iman saja yang membenarkan, akan
tetapi iman yang membenarkan itu bukanlah iman yang tanpa perbuatan.
Pembenaran di dalam Pengakuan-pengakuan
Iman Reformed
A.
Katekismus
Heidelberg (1563)
Katekismus ini, yang ditulis atas perintah Fredrick III, Elektor Jerman
dan Palatinate, oleh Zacharias Ursinus seorang profesor dari Universitas
Heidelberg, dan Caspar Olevianus, pengkhotbah istana, telah dikenal sebagai
pengakuan iman Reformed yang paling pastoral dan personal. Uraiannya tentang
pembenaran yang diberikan di Pertanyaan dan Jawaban 60.
B.
Pengakuan Iman
Belanda (1561)
Pengakuan iman ini ditulis oleh
Guido de Bres, seorang pengkhotbah di geraja-gereja di Belgia, sebagai suatu
ringkasan dari kepercayaan orang-orang Kristen Reformed yang sedang mengalami
penganiayaan oleh pemerintahan Katolik Roma. Pernyataannya tentang pembenaran
dapat ditemukan di dalam dua artikel. Dari Artikel 22 dan artikel 23.
C.
Pengakuan Iman
Westminster (1647)
Sebuah pengakuan iman kaum Calvinis Puritan, yang ditulis oleh 131 pendeta
dan 30 orang Kristen awam di Westminster Abbey di London. Pengakuan Iman ini
merupakan yang terakhir dari pengakuan iman Reformed yang Klasik.
Konsep Pembenaran
Pembenaran
dapat didefinisikan sebagai tindakan anugerah dan yudisial Allah yang dengannya
Dia menyatakan orang-orang berdosa yang percaya sebagai benar berdasarkan
kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada mereka, mengampuni semua dosa
mereka, mengadopsi mereka sebagai anak-anak-Nya, dan memberikan kehidupan kekal
kepada mereka.
Kita akan melihat sejumlah pengamatan berikut :
1.
Doktrin
pembenaran mempresuposisikan adanya pengakuan atas realitas dari murka Allah.
2.
Pembenaran
merupakan suatu tindakan deklaratif atau
yudisial dari Allah dan bukan
merupakan suatu proses.
3. Pembenaran
diterima hanya diterima oleh iman,
dan tidak pernah merupakan bagi perbuatan kita (Roma 3:28).
4.
Pembenaran
berakar dalam kesatuan dengan Kristus.
5.
Pembenaran
didasarkan kepada karya substitusi
(penggantian) Kristus bagi kita.
6.
Pembenaran
meliputi pengimputasian kebenaran Kristus
kepada kita.
7.
Di dalam
pembenaran, kasih karunia dan keadilan
Allah dinyatakan bersama-sama.
8.
Pembenaran memiliki
sisi negatif dan positif.
9.
Pembenaran
memiliki implikasi eskatologis.
10. Walaupun
pembenaran tidak pernah boleh dipisahkan
dari pengudusan, tetapi kedua berkat ini berbeda.
Sisi Negatif dan Positif dari Pembenaran
Hal ini akan membuat kita bertanya: Dosa mana yang diampuni
di dalam pembenaran – apakah hanya dosa yang dilakukan di masa lalu sampai masa
sekarang ( termasuk kesalahan karena dosa asal), atau juga dosa yang dilakukan
di masa yang akan datang? Sejumlah teolog Reformed merasa keberatan atas
pemikiran bahwa semua dosa-dosa yang dilakukan oleh orang percaya di masa yang
akan datang diampuni di saat pembenaran atas dirinya, karena kuatir pangajaran
ini akan menyebabkan moralitas yang longgar dan kemalasan dalam melawan dosa.
Karena alasan inilah maka sejumlah teolog mengajarkan bahwa pembenaran bukan
merupakan tindakan tunggal, melainkan suatu tindakan yang harus terus menerus
diulang setiap kali seorang berdosa mengakui dosanya.
Poin ini memiliki nilai penting karena permasalahan yang
sulit dalam hubungan antara pembenaran dan pengakuan dosa kita. Jika kita
dibenarkan satu kali untuk selamanya, mengapa kita masih harus mengakui
dosa-dosa kita? Di sisi lainnya, jika kita perlu mengakui dosa kita setiap hari,
apakah hal ini mengimplikasikan bahwa dosa-dosa yang kita lakukan di masa yang
akan datang tidak termasuk di dalam pembenaran kita?
Akan tetapi pembenaran meliputi labih dari sekadar
pengampunan dosa; pembenaran juga mencakup sisi positifnya, yaitu pengadopsian
kita menjadi anak-anak Allah dan penganugerahan hak atas hidup kekal. Dalam
hubungannya dengan hal ini, kita harus melihat dua aspek karya Kristus bagi
kita, yang umumnya disebut ketaatan Kristus yang aktif dan pasif.
Pengadopsian Kita menjadi Anak-anak Allah
Katekismus Singkat Westminster mendefinisikan adopsi
sebagai : “Adopsi merupakan satu tindakan dari anugerah bebas Allah, yang mana
dengannya kita terima sebagai salah satu anak Allah, dan memiliki hak atas
semua hak-hak istimewa anak-anak Allah.” Katekismus Heidelberg membedakan
antara pengadopsian kita sebagai anak-anak Allah dengan keperanakan Kristus;
“Hanya Kristus yang yang adalah Anak Allah yang kekal dan natural; tetapi kita
adalah anak-anak Allah oleh adopsi, melalui anugerah, demi Kristus.”
Manfaat-manfaat apa yang muncul dari pengadopsian kita
menjadi anak-anak Allah? (1) Sekarang kita memiliki hak untuk
datang menghadap takhta anugerah dengan keberanian (Ibr. 4:16; 1 Yoh. 5:14). (2)
Kita menikmati berkat perlindungan dan pemeliharaan Allah (Mat. 6:25-34; 1 Ptr.
5:7). (3) Kesulitan-kesulitan yang masih harus kita lalui bukan lagi
merupakan hukuman atas dosa-dosa kita, melainkan disiplin dari Bapa (Ibr.
12:5-11). (4) Kita dimeteraikan oleh Roh Kudus dan dengan
demikian dijaga oleh kuasa Allah (2Kor. 1:22; Ef. 1:13; 4:30).
Hak Atas Kehidupan Kekal
Dengan demikian, hak atas kehidupan kekal yang telah
didapatkan Kristus bagi kita dan dikaruniakan kepada kita di dalam pembenaran
kita, sama seperti berkat pengadopsian menjadi anak-anak Allah, merujuk kepada
masa kini dan masa yang akan datang. Secara kualitatif, kita memiliki hidup
kekal kini dan di sini, saat kita menganal Allah di dalam anugerah-Nya yang
ajaib dan mengalami persekutuan yang begitu kaya dengan-Nya di dalam
kepercayaan dan pelayanan kepada-Nya, di dalam doa dan pujian.
Hubungan Iman dengan Pembenaran
Jadi, apa yang menjadi dasar bagi pembenaran kita? John
Stott, misalnya, mengatakan bahwa dasar itu adalah darah Kristus, yang
menekankan ketaatan dalam penderitaan Kristus. John Murray menegaskan bahwa
yang menjadi dasar adalah ketaatan Kristus, dengan demikian memberikan
penekanan kepada ketaatan Kristus terhadap hukum Taurat. Mungkin yang terbaik
adalah mengatakan, seperti Louis Berkhof, bahwa dasar bagi pembenaran kita adalah
kebenaran Kristus yang sempurna, yang dimaksudkan adalah keseluruhan karya yang
Kristus lakukan bagi kita di dalam menderita hukuman yang harus dijatuhkan atas
dosa kita, dan secara sempurna menaati hukum Taurat bagi kita. Kebenaran yang
sempurna ini, yang diimtasikan atau diperhitungkan kepada kita ketika kita
melalui iman menjadi satu dengan Kristus, adalah dasar yang memadai secara
total bagi pembenaran kita.
Materi
22 Tentang Pembenaran Kita oleh Iman kepada Yesus Kristus.
Tinjauan Buku
Judul : Diselamatkan oleh Anugerah
Karangan : Anthony A. Hoekema.
Cetakan : Mei 2010
Penerbit :
Momentum