PESAN NATAL 2016


Para Presbiter GPIB dan Warga GPIB beserta Saudara-saudari sekalian yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.


Natal atau Kelahiran Tuhan Yesus Kristus datang dalam kesederhanaan bahkan di tengah ketertindasan yang melanda umat manusia saat itu. Tak ada kemewahan sedikit pun bagi kelahiran bayi Yesus itu, namun tiba-tiba “Kemuliaan bagi Allah dan damai sejahtera di bumi, di antara orang yang berkenan kepada-Nya”, demikian sukacita Natal menggema di malam yang gelap yang tiba-tiba menjadi benderang oleh kehadiran bala tentara sorga itu.



Kita semua tertunduk berdoa bagi Saudara-saudara kita di Pidie Aceh dan sekitarnya yang mengalami gempa bumi hebat yang menyebabkan korban lebih dari seratus jiwa dan pelbagai penderitaan akibat gempa itu dan gempa susulan. Jemaat-jemaat GPIB di Banda Aceh, Sumatera Utara sampai ke seluruh wilayah pelayanan GPIB pada Natal ini, saya serukan memberikan Persembahan Khusus Natal bagi restorasi keberadaan di Pidie sampai Bireuen, pesisir utara Aceh dan sekitarnya. Kita berdoa bagi keluarga Marbun yang putrinya Intan Olivia menjadi korban bom di Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda. Kita juga perlu berdoa bagi anak-anak SD korban penusukan di Sabu Barat, NTT dan keluarga mereka.



Majelis Sinode GPIB dalam menyambut Natal 2016 menyampaikan Tiga Seruan penting, yakni Pertobatan, Perdamaian dan Pembaruan!.



I. BERTOBATLAH !

Empat Minggu Adven telah kita lalui. Empat lilin telah kita nyalakan sebagai tanda menyambut hadirnya Sang Terang Dunia, Yesus Kristus yang mengusir semua kegelapan dunia ini. Langkah pertama untuk menyambut Sang Terang Dunia adalah : Pertobatan !



METANOIA, berarti Pertobatan, Perubahan Cara Berpikir atau Mindset atau Paradigma.

    Pertobatan dari Perbuatan Korup, sengaja menggunakan kekuasaan untuk kepentingan diri dan kelompok, nafsu serakah yang melahirkan kemiskinan, ketidak-adilan, radikalisme dan kerusakan lingkungan.

    Bertobat berarti meninggalkan semua bentuk kekerasan, teror dan pemaksaan kehendak serta kebencian berlatar belakang sosial maupun agama, terus menghembuskan beda mayoritas dan minoritas, mengabadikannya menjadi realitas tak terjaminnya kesetaraan dan keadilan bagi semua. Keberagaman adalah berkat Allah bagi kita semua dalam mengawal kesatuaan Bangsa Indonesia di negera tercinta Republik Indonesia.

    Pertobatan berarti meninggalkan kebiasaan mengatas-namakan agama melakukan kekerasan, menyebar ketakutan karena teror dan perusakan serta tiadanya toleransi dan tepo-seliro sebagai sesama warga Negara dan Bangsa Indonesia. Pertobatan berarti penuh kesadaran tidak menghembuskan apa lagi sengaja menghadirkan Persoalan dan Pertikaian SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) dalam bentuk apa pun di semua Wilayah NKRI ini.



II. Bersyukurlah atas PENDAMAIAN, bangunlah PERDAMAIAN.

    Pendamaian/Rekonsiliasi adalah Dasar Perdamaian. Umat Kristiani sadar bahwa “Tatkala kita masih seteru, kita diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak- Nya,Yesus Kristus. Kini kita boleh bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.(Roma 5:10).Pendamaian, adalah dasar bagi perdamaian. Berdasarkan pendamaian kita dapat melangkah ke arah perdamaian. Hanya orang yang diperdamaikan dengan Allah akan mampu melangkah membangun perdamaian dengan dirinya, sesama dan lingkungan.Bangunlah Perdamaian!. GPIB harus melakukan pendidikan pendamaian/rekonsiliasi dan perdamaian sehingga setiap warga menjadi pembawa dan pembangun rekonsiliasi dan perdamaian. Semua umat beragama harus menjadi Duta dan Agen Rekonsiliasi dan Perdamaian sebagai bagian dari umat beragama GPIB menolak semua unsur kekerasan dan pelecehan atas manusia.

    Tiadakan kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dan diskriminasi karena cacat fisik terhadap anak-anak dan perempuan dan mereka yang lemah baik secara fisik, bahkan human trafficking yang berujung pada sex abuse dan pelacuran.GPIB mendorong moratorium terhadap pengiriman TKW ke luar negeri, eksploitasi anak dan perempuan di daerah miskin.

    Akhiri peperangan yang menghancurkan dan membunuh ribuan orang termasuk anak-anak, di Suriah dan Irak, Afrika juga tekanan atas Palestina melalui upaya diplomasi di Dewan Keamanan PBB serta ASEAN. Atasi masalah Migran, Rohingya, serta bahaya eskalasi ancaman dan kenyataan perang di kawasan Asia, Afrika dan Eropa.



III. LAKUKAN PEMBARUAN DALAM SEMUA ASPEK KEHIDUPAN.

    Pembaruan budi, roh dan pikiran.

    Rasul Paulus menyatakan:”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”(Roma 12:2). Pembaruan budi kita. METAMORFO, berarti mengalami Perubahan mindset kita, atau paradigma kita, cara pikir dan pandang yang mendewakan akal budi, materi dan kebebasan tanpa batas. Milikilah pikiran Kristus.Bangun dan gunakan Etika dan Etiket dalam membangun kehidupan bebangsa dan bernegara.

    Pembaruan adalah bentuk Pernyataan Kasih melalui Program dan Proyek PELKES yang diperlukan oleh Masyarakat. Kita harus teruskan makna Natal kepada Sesama (Roma 13:8; Gal.5:14) melalui ekspresi kebudayaan dan kesenian, drama, tari, puisi, seni lukis, cipta dan lantunan gita pembebasan dan persatuan, suatu gempita budaya pluralisme/Bhineka Tunggal Ika dan kesejahteraan serta kelestarian alam lingkungan.

    Pembaruan Tanggungjawab sebagai Warga Negara yang bertanggungjawab, yang meliputi keteguhan berideologi, mempertahankan dan menaaati serta memelihara dan melestarikan Pancasila, UUD 1945 dalam kebhinekaan dengan bingkai NKRI.



Selamat Natal 2016, Selamat Mengakhiri Tahun 2016, serta Selamat Memasuki Tuhun Baru, 2017 bagi Bapak, Ibu, Saudara-saudari semua!.

Immanuel, Tuhan beserta bangsa Indonesia dan kita semua!.



Salam Kasih MAJELIS SINODE GPIB

Ketua Umum: Pdt. Drs. P. Kariso Rumambi, M.Si

Ketua I: Pdt. Marthen Leiwakabessy, S.Th.

Ketua II: Pdt. Drs. Melkisedek Puimera, M.Si

Ketua III: Pdt. Ny. Maureen Suzanne Rumeser-Thomas, M.Th.

Ketua IV: Pen. Drs. Adrie Petrus Hendrik Nelwan

Ketua V: Pen. Mangara Saib Oloan Pangaribuan, SE.

Sekretaris Umum: Pdt. Jacoba Marlene Joseph, M.Th.

Sekretaris I:Pdt.Ny.EllyDominggasPitoy-deBell,S.Th.

Sekretaris II: Pen. Ny. Sheila Aryani Salomo, SH.

Bendahara: Pen. Ronny Hendrik Wayong, SE.

Bendahara I: Dkn. Eddy Maulana Soei Ndoen, SE.

YESUS MENGHAPUS SEGALA AIR MATA


Bacaan Kitab Wahyu 21 : 1 – 8
PENGANTAR
Kitab Wahyu ditulis untuk menguatkan dan meneguhkan iman jemaat-jemaat Kristen (tujuh jemaat) di Asia Kecil yang sedang menghadapi penghambatan dan penindasan besar. Di Tengah kemilau dan gemerlapnya kehidupan di tujuh kota yang terkenal tersebut, jemaat-jemaat Kristen hadir sebagai persekutuan kecil, minoritas, di tengah mayoritas penduduk yang non Kristen. Tantangan dan hambatan yang dihadapi jemaat, di satu sisi adalah perilaku hidup bebas, pesta pora, kemabukan, pencabulan dan penyembahan berhala. Di sisi lain, pemberlakuan aturan dan tuntutan kepada seluruh penduduk dalam wilayah kekuasaan Romawi untuk menyembah kaisar dewa atau tuhan.
Kesetiaan jemaat untuk tetap beriman kepada Tuhan Yesus dan memberlakukan pola hidup saleh, adil, benar, jujur, menyebabkan mereka dibenci dan dimusuhi. Jemaat Kristen dianggap ‘yang lain’ sehingga harus ditindas dan disingkirkan. Ketidaksediaan untuk mengakui dan menyembah kaisar sebagai tuhan menyebabkan jemaat Kristen makin dikejar-kejar untuk ditindas dan dihancurkan. Para tokoh dan pemuka jemaat yang vocal menyuarakan perlawanan, ditangkap, dibuang, bahkan dibunuh. Salah satunya adalah penatua Yohanes, penulis kitab Wahyu, yang dibuang di pulau Patmos. Beberapa warga jemaat yang tidak kuat menghadapi tekanan dan penindasan tersebut akhirnya meninggalkan imannya kepada Kristus.
Tujuan penulisan kitab Wahyu adalah menguatkan iman dan pengharapan jemaat Kristen kepada Yesus Kristus, juga mengajar mereka untuk tetap tekun dan setia? Sebab Tuhan Yesus akan segera datang untuk menghancurkan para musuh jemaat, termasuk penguasa lalim, dan membawa kelepasan dan keselamatan bagi seluruh jemaat.
MEMAHAMI TEKS DALAM KONTEKS
Penulis menyajikan suatu visi atau penglihatan masa depan tentang suatu proses penciptaan kembali yang Tuhan lakukan terhadap langit dan bumi. Langit dan bumi lama, termasuk penguasa lalim telah berlalu, diganti dengan langit dan bumi baru, yang di dalamnya Tuhan memerintah. Tuhan turun dari sorga dan menghadirkan wilayah kekuasaan-Nya, yakni Yerusalem baru yang diperuntukkan bagi jemaat-Nya di bumi. Di Yerusalem baru, jemaat sebagai pengantin perempuan akan berhias menyambut kedatangan pengantin laki-laki, yakni Yesus Kristus (ayat 1-2).
Kehadiran Allah dan pemerintahan-Nya di tengah-tengah manusia melalui kemah-Nya yang dibentangkan menunjukkan kesediaan Allah untuk menaungi dan menolong jemaat Kreisten yang tetap setia beriman. Allah juga mengikat perjanjian kekal dengan jemaat-Nya. Allah pun berjanji untuk menghapus segala air mata, ratap tangis, perkabungan dan dukacita bahkan maut pun dilenyapkan (ayat 3-4). Perjanjian kekal yang telah diikat dengan jemaat-Nya membuat Allah terus bertindak untuk membaharui bumi ciptaan-Nya, secara khusus kehidupan jemaat-Nya yang sangat tersiksa dan menderita (ayat 6).
Yohanes diminta untuk menuliskan semua penglihatan dan perkataan yang didengarnya sebagai bukti atas tindakan Allah yang membaharui alam semesta dan kehidupan jemaat-Nya sedang terjadi. Tuhan Allah menjadi pangkal dan tujuan dari pembaharuan yang dilakukan-Nya dari awal sampai akhir. Jemaat terhisab di dalam seluruh karya Allah yang membaharui dan menyelamatkan. Di bumi yang baru tersebut, mereka yang haus akan diberi minum, yang menang akan mendapat bagiannya yang membahagiakan, yakni keselamatan kekal sebagai anak-anak Allah (ayat 7). Sebaliknya, mereka yang tidak setia, penakut, yang tidak percaya, berlaku keji, pembunuh, orang sundal, tukang sihir, penyembah berhala dan pendusta, akan mendapat bagian kebinasaan dan kematian kekal.
KHOTBAH
Kita bersyukur karena dibimbing Tuhan sampai di hari terakhir tahun 2016. Beberapa jam ke depan, kita akan memasuki tahun baru, 2017. Sejenak kita menoleh atau kilas balik perjalanan hidup di tahun 2016, kita dengan yakin dapat berkat: Kalau bukan Tuhan yang membimbing, kita pasti sudah binasa. Beratnya tekanan, perjalanan yang berliku-liku, naik gunung, turun lembah, bahkan terkadang jurang yang dipenuhi batu-batu terjal dan tajam menjalani pengalaman hidup. Sehingga kita pun harus melaluinya dengan penuh derita, susah, sedih dan air mata. Terkadang kita kuat dan mampu tegak berdiri untuk melangkah dan melewati semua kesulitan dengan baik. tetapi kadang pula kita lemah, jatuh dan terjatuh lagi. Air mata mnejadi makanan sehari-hari, siang dan malam. Kehidupan kita seolah menjadi tertawaan orang-orang disekitar. Iman, pengharapan dan kasih kita tergerus oleh dukacita, kecewa dan marah karena merasa seoalah Tuhan tidak menolong.
Susah, derita dan air mata karena beriman kepada Yesus Kristus, tidak berakhir dengan sia-sia. Itulah yang kita alami di malam akhir tahun. Di sini, kita berdiri dan memandang ke depan, menerobos kelamnya susah dan derita yang masih terus membayang. Dengan sangat yakin kita bisa berkata bahwa Yesus Kristus yang telah datang ke dunia, dan yang telah kita sambut di dalam hati, Dia akan membuat segala sesuatu baru di dalam seluruh hidup dan aktifitas kita.
Visi zaman baru yang meliputi langit dan bumi, bahkan kota Yerusalem merupakan karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus bagi setiap kita yang setia beriman kepada-Nya. Di dalam zaman baru tersebut, Allah di dalam Yesus Kristus hadir dan memerintah sebagai penguasa utama; mengatasi penguasa dunia. Ia akan membaharui alam semesta, termasuk kehidupan seluruh umat manusia. Kemah (kerajaan) dan pemerintahan-Nya meliputi semua manusia di dunia, khusus mereka yang menjadi umat-Nya karena terikat dalam perjanjian baru dan kekal dengan-Nya. Di dalam kerajaan dan pemerintahan-Nya tidak ada lagi air mata, perkabungan, dukacita, ratap tangis bahkan maut. Segala sesuatu yang lama telah berlalu dan yang baru telah datang.
Yesus telah datang. Ia adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Kehadiran-Nya untuk meng-akhiri yang lama dan meng-Awali yang baru dalam hidup kita. Bersama Tahun lama, 2016 yang akan berakhir ini, kita pun akhiri semua yang lama dalam hidup. Dan bersama Yesus, kita siap memasuki Tahun Baru 2017, sebagai umat baru yang tetap terikat dalam perjanjian-Nya dan mengalami pemerintahan-Nya yang menjadikan kita sebagai pemenang di zaman baru. SELAMAT. A.F/asp|GPIB|SGDK|20161231

YESUS BINTANG PENUNTUN JALAN HIDUP



Bacaan : Kitab Matius 2: 1 – 6
PENGANTAR
Injil Matius ditulis dan ditujukan kepada jemaat Kristen yang berlatar belakang Yahudi.
Orang-orang Yahudi selalu menganggap/mengakui diri sebagai anak-anak / keturunan Abraham secara lahiriah, dan Abraham adalah Bapa leluhur mereka. Orang-orang Yahudi juga masih selalu menganggap Daud sebagai raja idaman. Mereka tetap memiliki pengharapan mesianis; bahwa raja/mesias dari keturunan Daud masih akan datang untuk memerintahdan memulihkan kerajaan Israel. Ini menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi belum mengakui Yesus sebagai Mesias/Raja dari keturunan Daud.
Injil Matius ditulis untuk meyakinkan jemaat Kristen bahwa Yesus adalah keturunan Abraham. Yesus juga adalah Mesias/Raja dari keturunan Daud; Yang Diurapi; Anak Allah. Hal ini tampak dalam kisah kehidupan-Nya; sejak kelahiran, pelayanan, penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Itu sebabnya, penginjil secara sadar memulai tulisannya dengan menyajikan silsilah Yesus, anak Abraham, anak Daud.
Dengan cara demikian, jemaat mau diingatkan dan diyakinkan bahwa mereka tidak perlu menunggu mesias yang lain. Karena Mesias yang dinantikan dari keturunan Daud telah datang, yaitu Yesus. Jemaat Kristen juga diingatkan supaya tidak membiarkan orang-orang Yahudi tertentu memengaruhi dan menarik mereka kembali kepada Yudaisme yang terus menanti kedatangan Mesias dari keturunan Daud.
MEMAHAMI TEKS DALAM KONTEKS
Teks bacaan kita dimulai dengan tempat Yesus Lahir, yaitu di Betlehem, di tanah Yehuda. Betlehem (Rumah Roti), pada zaman dulu disebut Efrat atau Efrata. Betlehem adalah rumah atau kota Daud (1 Samuel 16:1; 20:6). Hal ini menjelaskan bahwa Yesus adalah Raja dari keturunan
Daud; sebagaimana telah dinubuatkan oleh nabi Mikha. “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, daripadamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (Mikha 5:1)
Teks kita juga menyebut nama raja yang berkuasa pada saat Yesus lahir, yaitu Herodes; seorang keturunan Idumea (Edom), yang di-Yahudi-kan. Ia sangat berjasa kepada Roma dalam peperangan melawan Palestina. Sehingga menjadi gubernur pada tahun 47 sM dan mendapat gelar raja pada tahun 40 sM dan memerintah sampai tahun 4 sM. Herodes adalah raja yang keras, kejam dan selalu curiga. Ia tidak segan membunuh orang-orang lain, bahkan anggota keluarganya sendiri, jika dianggap dan dicurigai ingin mengambil kedudukan dan kuasanya. Meskipun kejam dan tirani, tetapi Herodes selalu berusaha menyenangkan dan mengambil hati orang-orang Yahudi dengan membangun Bait Allah, meringankan pajak, menyediakan pangan. Tujuannya agar orang-orang tidak berontak melawan dia, tetapi selalu patuh dan mendukung pemerintahnya.
Dengan mengisahkan demikian, penginjil ingin mempertentangkan antara Yesus, raja Yehuda dari keturanan Daud yang sesungguhnya dengan Herodes, raja Yehuda yang bukan dari keturunan Daud. Yesus adalah  raja damai dipertentangkan dengan Herodes sebagai raja tirani dan kejam.
Kisah selanjutnya menampilkan kedatangan orang-orang majus dari Timur, ke Yerusalem. Mereka adalah orang-orang pintar dan bijak yang bisa melihat tanda-tanda di langit melalui bintang dan meramalkan kejadian yang akan datang. Karena itu, ketika melihat bintang raja terbit di langit, mereka yakin bahwa seorang raja Yahudi telah lahir. Seorang raja yang besar dan penuh kuasa. Oleh karena itu, mereka rela meninggalkan negeri dan pekerjaan, menempuh perjalanan jauh dan datang ke Yerusalem. Mereka yakin bahwa Yesus sebagai raja orang-orang Yahudi telah lahir di Yerusalem. Sebab Yerusalem adalah pusat kekuasaan politik dan keagamaan orang-orang Yahudi. Herodes juga bertempat tinggal di dalam kompleks Yerusalem. Mereka tidak tahubahwa Yesus lahir di Betlehem. Tetapi dengan cara hadir di Yerusalem dan bertanya-tanya, “Di mana Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah-Nya” para majus telah memberitakan tentang kelahiran Yesus, raja dari keturunan Daud kepada Herodes dan orang-orang di Yerusalem.
Berita ini membuat Herodes terkejut, gusar, gelisah dan marah karena takhta dan kedudukannya terancam oleh raja yang baru lahir. Hal ini mengemparkan seluruh Yerusalem karena takut terhadap tindakan kejam yang akan diambil Herodes. Namun, sebelum bertindak, Herodes berusaha mencari informasi dari para imam, farisi dan ahli Taurat tentang kapan dan di mana raja orang Yahudi dilahirkan. Herodes pun mengetahui bahwa Yesus, raja orang Yahudi, lahir di Betlehem.
KHOTBAH
Tahun ini Hari Natal bertepatan dengan Hari Minggu. Banyak warga gereja mungkin kecewa dan mengeluh karena hari libur Natal berkurang. Namun jika kita merenung bahwa Yesus Kristus, Tuhan atas waktu, bahkan Dia sebagai sang Waktu telah menciptakannya demikian maka sesungguhnya ada hikmat yang bisa kita peroleh. Sehingga perayaan Natal tahun ini mesti menjadi perayaan besar sarat makna bagi perjalanan hidup kita.
Hari Natal adalah hari  Lahir Yesus Kristus. Allah mengambil rupa manusia dan lahir sebagai seorang bayi yang polos, miskin dan hina. Hari Minggu adalah hari kebangkitan Yesus Kristus dari kematian; mengalahkan segala kuasa dunia; baik dunia orang hidup, maupun dunia orang mati. Jadi, jika dua Hari Raya ini dirayakan bersamaan maka maknanya jelas, bahwa Yesus Kristus lahir untuk menjadi pemenang. Apa dan bagaimana pun keadaan ketika Ia lahir, tidak menghalangi atau merintangi-Nya untuk meraih kemenangan. Bahwa kemenangan yang diraih bukan tanpa pengorbanan, tetapi justru dengn pengorbanan besar. Bahwa kemenangan Yesus Kristus merupakan kemenangan Allah, bahkan kemenangan seluruh ciptaan; kemenangan gereja dan orang percaya atas kuasa dosa yang merusak dan mematikan. Oleh karena itu, perayaan Hari Natal tahun ini mesti menjadi moment kelahiran baru bersama Yesus Kristus. Sehingga, kita pun akan mengalami kemenangan di setiap langkah dan jalan serta seluruh karya-layan hidup kita, meskipun banyak tantangandan rintangan menghadang.
Mencapai kemenangan tanpa tantangan, rintangan dan hambatan iman adalah kemenangan murahan. Kemenangan sejati akan diraih jika kita berjuang dalam hidup melawan kekuatan-kekuatan dunia yang kejam dengan memandang pada Yesus, sang Bintang Penuntun jalan hidup. Sebab hanya Yesus yang mampu menuntun sampai ke tujuan akhir, yaitu kemenangan sejati. Mseperti para majus yang rela meninggalkan tempat tingal dan menmpuh perjalanan jauh karena melihat bintang raja terbit di Timur. Bintang itu menuntun mereka sampai ke Yerusalem, pusat kekuasaan politik dan keagamaan. Di tengah situasi yang mencekam, karena berita tentang kelahiran Yesus, raja orang Yahudi disampaikan kepada Herodes, para majus tidak takut. Mereka sangat yakin bahwa kekuatan yang terpancar dari bintang yang mereka lihat akan menarik dan menuntun mereka sampai tujuan, yakni berjumpa dengan Yesua. Keinginan dan motivasi mereka tulus murni untuk menyembah Yesus, sang Raja Damai, membuat mereka mampu melewati setia hambatan dalam ketidaktahuan dengan tenang.
Tidak sedikit dari kita telah sampai di tujuan pencarian dalam hidup. Ada yang sesuai rencana-rencana yang kita susun di awal melangkah. Tetapi mesti diakui bahwa ada lebih banyak yang tidak kita rencanakan sebelumnya, itulah yang kita capai. Itulah mujizat karena kita menjalani kehidupan dan melakukan seluruh aktifitas kita dengan memandang pada Yesus. Karena itu, kita tidak perlu berbangga diri atas semua pencapaian diri. Kita tidak perlu resah, kecewa dan berkeluh karena Hari Natal bertepatan dengan hari Minggu. Sebaliknya, kita tetap tenang dan tetap mengarahkan pandangan dan visi hidup kita selanjutnya kepada Yesus, sang  Bintang Penuntun Jalan Hidup. Jalani setiap jejak hidup dengan motivasi yang tulus dan murni, yakni sebagai sebuah model penyembahan kepada Yesus. Dengan demikian, kita akan mampu mengatasi dan melewati setiap rintangan dan hambatan sebesar apa pun.
Yesus adalah “Bintang” yang menerangi dan menuntun jalan hidup kita menuju masa depan yang pasti cerah. Mari terima Yesus di hati kita dan serahkan hidup kita dibimbing dan dituntun oleh-Nya serta dapat bersaksi tentang nama-Nya bagi semua orang, termasuk para penguasa. A.F/asp|GPIB|SGDK|20161225

YESUS: Sang Penyelamat dan IMANUEL


Bacaan Matius 1 : 18 – 25

Latar Belakang Singkat Injil Matius.

Menulis injilnya sesuadah injil Markus sekitar tahun 80-90 Sebelum Zaman Bersama (SZB). Matius berhadapan dengan kenyataan orang-orang Yahudi yang percaya Yesus sebagai Kristus. Kata Kristus adalah bahasa Yunani atau Mesias dalam bahasa Ibrani dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Raja. Bangsa Yahudi yang disingkirkan itu dinilai tidak murni lagi. Mereka dianggap sudah tidak setia lagi kepada hukum dan agama Yahudi yang merupakan tradisi bangsa Yahudi turun temurun sejak nenek moyang mereka yang ditarik sampai ke Abraham. Bangsa Yahudi beranggapan bahwa Mesias belum datang, sedangkan para pengikut Yesus percaya bahwa Yesus itulah Mesias yang dinanti-nantikan bangsa Yahudi. Perbedaan inilah yang membuat bangsa Yahudi menganggap para pengikut Yesus tidak murni lagi. Mereka tercemar dengan ajaran itu sehingga mereka perlu diisolasi.

Tantangan terhadap identitas ke Yahudian mereka menyebabkan mereka berada dalam krisis identitas. Apakah mereka masih bangsa Yahudi, ataukah mereka sudah tidak lagi. Masalah kemurnian ini penting bagi bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi beranggapan bahwa mereka adalah bahwa mereka adalah Umat (am) Tuhan sedangkan bangsa-bangsa lainnya, asing (goyim). Karena itu kehilangan status sebagai umat Tuhan itu sangatlah menyedihkan bagi mereka, karena bangsa Yahudi pengikut Yesus ini sama dengan goyim.

Sehubungan dengan permasalahan identitas Yahudi inilah Matius menuliskan Injilnya tentang Yesus Kristus. Dapat dipahami kalau dalam situasi seperti itu, Matius menekankan dengan sangat keberadaan Yesus bukan sebagai penyesat agama Yahudi, bahkan menegaskan kebenaran keYahudian yang sejati. Oleh karena itu dapat dipahami kalau dalam pemahamannya atas Yesus Kristus sehubungan dengan tradisi bangsa Yahudi, terutama Taurat, ia menolak pemahaman seolah Yesus hendak menjungkirbalikkan Taurat. Dalam Matius 5:17-48 jelas sekali Matius menggambarkan sikap Yesus yang tidak bertentangan dengan Taurat, bahkan mendukungnya, kalau tidak dapat dikatakan memurnikannya.

Yesus juga digambarkan sebagai yang mengeritik perilaku bangsa Yahudi yang tidak melakukan Taurat secara sempurna, bahkan cenderung menunjukkan gejala kemunafikan, seolah suci dan benar, padahal sebenarnya tidak (Matius 23).

Dengan kritik itu, Matius ingin membesarkan hati para pengikut Kristus untuk tidak berkecil hati ketika mereka dituduh tidak murni lagi. Mereka bahkan patut bangga bahwa Yesus, Mesias mereka itu bahkan lebih murni dari bangsa Yahudi yang dikatakan munafik lewat berbagai cara beragama mereka seperti berdoa yang panjang-panjang, di jalan-jalan, dsbnya.

GARIS BESAR KHOTBAH

Sebenarnya, ketidakbersihan bangsa Yahudi itu sudah digambarkan Matius bahkan sejak pasal 1 seperti dalam silsilah Yesus (Matius 1:1-17). Disitu diringkaskan dari sejarah bangsa Israel dan Yahudi bahwa garis keturunan mereka juga tidak sepenuhnya murni dan bersih. Paling sedikit ada empat nama perempuan yang  dalam Alkitab Perjanjian Lama cerita tentang mereka tidak menyenangkan. Mereka adalah Tamar, Rut, Rahab, dan istri Uria. Nama-nama yang diungkit Matius dalam silsilah itu menyebabkan orang Yahudi yang merasa dirinya kudus dan murni itu patut mengerenyitkan dahinya. Keempat perempuan itu dalam perjanjian lama digambarkan sebagai perempuan-perempuan yang tidak murni seperti yang diklaim oleh bangsa Israel itu. Mereka bahkan dihubungkan dengan hal-hal yang “kotor” alias tidak sempurna. Tamar adalah sosok yang digambarkan keturunannya dengan menjalankan peran sebagai seorang pelacur. Rut adalah seorang Moab, orang asing (Goyim) yang tidak layak digauli umat Tuhan (am), bahkan terkutuk karena kematian suaminya. Rahab sudah jelas adalah pelacur yang menyelamatkan juru intai bangsa Israel. Dan terakhir istri Uria yang diperistrikan Daud karena cara-cara yang tidak terpuji dengan upaya sehingga memungkinkan suaminya Uria dibunuh. Itu sejarah bangsa Yahudi yang dianggap suci dan murni.

Dalam Injilnya Matius ingin bertanya, apakah yang dapat dibanggakan dengan kesucian dan kemurnian itu dengan adanya empat perempuan itu?

Perempuan terakhir yang disebut Matius dalam injilnya di pasal 1 adalah Maria. Berbeda dengan empat perempuan lainnya, Maria tidak punya cerita “kotor”. Ia bahkan   hamil oleh Roh Kudus. Begini cara Matius menggambarkannya “ternyata ia mengandung    dari Roh Kudus,sebelum mereka hidup sebagai suami istri”. Matius 1:18b. Kalau keempat perempuan lainnya dihubungkan dengan konotasi yang “kotor” sebagai perempuan, Maria dalam hubungannya berasal dari Ro Kudus. Keperempuanannya malah disucikan. Jadi Yesus yang disebut Kristus, atau Mesias, yang dipercayai para pengikut-Nya yang Yahudi itu tidak salah. I a berasal dari keturunan yang kudus. Ia adalah yang diurapi  Tuhan, berasal dari Tuhan.

Apakah para pengikut Yesus harus malu mempercayainya sebagai Mesias, sebagai Tuhan perlu rendah diri dengan pengakuannya itu? Matius mengatakan tidak! Pilihan itu tidak salah. Pilihan itu benar karena pilihan itu adalah suci, karena keberadaan Yesus, anak Maria itu adalah keberadaan yang kudus, keberadaan karena pekerjaan Roh Kudus.

Itu pulalah kesaksian Paulus sendiri dalam 1 Korintus 12:3b “dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan,” selain oleh Roh Kudus.”
Merayakan hari kelahiran Yesus dengan demikian adalah perayaan tentang kesucian, kekudusan Tuhan dan setiap orang yang percaya kepada-Nya.  Itulah ciptaan, perjanjian baru antara Tuhan dengan umat-Nya. Tuhan yang suci dan kudus itu telah hadir bersama umat-Nya sehingga umat-Nya tidak perlu merasa ragu karena kesendirian. Tuhan yang suci dan kudus itu telah hadir bersama umat-Nya yang dinilai tidak suci lagi hanya karena percaya kepada Yesus sebagai Kristus. JT/20161224/SGDK-GPIB

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA