(Memahami panggilan dan pengutusan Tuhan
untuk melayani-Nya)
1.
Pengantar
Gereja adalah
persekutuan orang percaya yang dipanggil ke luar dari kegelapan masuk ke dalam
terang Tuhan yang ajaib untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia (I Ptr. 2:9). Dalam sejarah perjalanannya gereja dipakai Tuhan untuk
melaksanakan maksud dan kehendak-Nya yaitu memberitakan perbuatan-perbuatanNya
yang besar. Perbuatan-Nya yang besar adalah karya penyelamatan-Nya yang sudah
dimulai sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa. Para Nabi di dalam Perjanjian
Lama telah melaksanakannya dan memuncak pada diri Yesus Kristus. Berita
keselamatan itu kemudian dilanjutkan oleh para Rasul, kemudian juga oleh gereja
perdana dan terus berlanjut sampai kini bahkan sampai kesudahan alam.
Berita keselamatan
yang terkandung di dalam Perjanjian Lama menunjuk akan datangnya Juru selamat.
Nubuat itu digenapi dalam Perjanjian Lama dengan datangnya Yesus Kristus ke
dalam dunia. Kedatangan-Nya membuat semua yang percaya kepada-Nya beroleh
keselamatan di dalam Dia. Hubungan yang terputus dengan Allah terjalin kembali
sehingga segala sesuatu yang semula rusak dipulihkan kembali. Semuanya kini ada
dalam suasana penuh damai sejahtera. Syalom Allah hadir kembali di dalam dunia.
Allah menghendaki
agar hal itu terus berlaku di dalam dunia. Yesus Kristus menjadikan syalom
Allah menjadi kenyataan lewat karya hidup-Nya dan pengorbanan-Nya. Karya Yesus
yang agung itulah yang harus dilanjutkan oleh Gereja agar "damai
sejahtera" (syalom Allah) terus berlaku di dalam dunia. Gereja dipanggil
dari dalam dunia dan diutus ke dalam dunia untuk melanjutkan karya
penyelamatan-Nya. Sebuah lagu di dalam buku nyanyian Kidung Jemaat (KJ 257)
mengungkapkan bahwa "gereja bukanlah gedungnya; bukalah
pintunya, lihat di dalamnya, gereja adalah...orangnya". Itu
berarti seluruh warga gereja dipanggil dan diutus untuk melanjutkan karya
penyelamatan Allah dengan menjadikan pelayanan Yesus sebagai pola dan model
utamanya. Melanjutkan karya penyelamatan-Nya berarti memberi diri untuk
melayani Tuhan melalui pelayanan untuk sesama.
Melayani Tuhan adalah
sesuatu yang istimewa. Menjadi istimewa karena yang dilayani adalah Tuhan
sendiri. Dia maha suci sedangkan kita penuh dosa. Dia maha mulia sedangkan kita
hina-dina. Dia berkuasa di sorga dan di bumi sedangkan kita penuh keterbatasan.
Namun, untuk melaksanakan dan melanjutkan karya penyelematan-Nya, Ia melibatkan
manusia. Sebagaimana Yesus diutus Bapa-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya maka
Ia juga mengutus kita untuk melaksanakan kehendak-Nya (Yoh. 20:21).
Tidak semua orang
mempunyai kesempatan atau diberi kesempatan istimewa seperti itu. Dari kisah
yang ada di dalam Perjanjian Lama kita dapat melihat ada sejumlah tokoh yang
"dipakai" TUHAN, baik selaku pemimpin umat (Musa dan Harun), selaku
Hakim (a.l. Gideon), selaku Nabi (a.l. Yesaya, Yeremia, Mikha dll). Di dalam
Perjanjian Baru dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus memilih (hanya) 12 orang dari
sekian banyak orang. Kemudian juga Tuhan memanggil dan mengutus Paulus yang
juga melibatkan Barnabas, Silwanus, Timotius dll.
Pada intinya semua
yang Tuhan pilih dipanggil untuk melayani Dia, yaitu untuk melaksanakan
kehendak-Nya. Kesempatan untuk melayani Tuhan itulah yang menjadikan panggilan
ini menjadi sesuatu yang istimewa. Bukan orang yang dipilih
itu yang istimewa tetapi menjadi orang yang diberi kesempatan untuk melayani
Tuhan, itulah yang istimewa. Berarti, titik berat keistimewaannya
ada pada "pelaksanaannya" bukan pada "siapa pelaksananya".
Yang istimewa adalah pelayanan itu sendiri bukan diri kita. Namun demikian,
sebagai orang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, patutlah kita memberi
diri untuk melanjutkan karya penyelamatan Allah melalui Gereja-Nya. Kitapun
hendaknya memberi pernyataan yang sama seperti yang disampaikan Yesaya: ini
aku, utuslah aku (Yes. 6:8)
2.
Panggilan dan
Pengutusan: Belajar dari tokoh-tokoh Alkitab
Sejumlah pelajaran
iman dapat kita petik dari tokoh-tokoh Alkitab dalam mereka "dipanggil dan
diutus" untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Beberapa contoh dikemukakan di bawah ini:
a. Abraham
Dari kitab Kejadian
12 - 22 digambarkan tentang perjalanan hidup Abraham (Abram). TUHAN
memanggilnya ke luar dari negerinya (Ur Kasdim) dan dari sanak saudaranya untuk
menuju suatu tempat yang ia sendiri tidak ketahui. TUHAN hanya mengatakan agar
Abram pergi ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu (2:1). Perjalanan yang
dituntun TUHAN mengantarnya sampai di
Kanaan. Ternyata itulah tanah yang semula TUHAN janjikan kepadanya (12:7).
Selanjutnya dikisahkan tentang keturunannya yang akan mewarisi tanah Kanaan
itu. Bukan Eliezer (orang Damsyik), bukan pula Ismael (anaknya dari Hagar)
tetapi Ishak (anaknya dari Sara).
TUHAN memanggil dan
mengutus Abram/Abraham dengan maksud dan tujuan tertentu. Ia menghendaki adanya
suatu bangsa di kawasan tertentu yang akan menjadi umat-Nya. Kawasan itu adalah
"Kanaan", tanah yang dijanjikan-Nya sejak semula kepada
Abram/Abraham. Bangsa yang akan menjadi umat-Nya adalah keturunan Abraham dari
Sara, yaitu Ishak dan keturunannya. Dengan demikian, kita memahami bahwa
Abram/Abraham dipanggil TUHAN untuk menghadirkan umat-Nya dan ia diutus untuk
ke tanah Kanaan untuk pada saatnya mewujudkan rencana-Nya atas tanah yang
dijanjikan-Nya.
b.
Yusuf
Anak bungsu
Yakub/Israel ini dikisahkan sngat dibenci oleh kaka-kakaknya. Kebencian itu
bermula karena Yusuf menceritakan mimpinya yang ditafsirkan bahwa
kakak-kakaknya suatu hari kelak akan sujud menyembah kepadanya. Kebencian itu
memuncak dengan adanya kesepakatan diantara mereka untuk menjual Yusuf kepada
saudagar yang membawanya ke Mesir. Kisah berlanjut di mana Yusuf harus mendekam
di penjara karena difitnah oleh iateri Potifar. Di penjara ia menafsirkan mimpi
raja Firaun yang sangat berguna bagi
Mesir. Ia pun diangkat menjadi penguasa Mesir. Ketika terjadi kelaparan di
seluruh bumi, keluarga Yusuf di Kanaan berusaha membeli gandum di Mesir.
Berjumpalah mereka denga Yusuf. Yusufpun meyuruh seluruh keluarganya datang ke
Mesir. Semula kakak-kakaknya takut mengingat apa yang pernah mereka lakukan
dulu. Tetapi Yusuf berkata: "janganlah bersusah hati dan janganlah
menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara
kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu" (Kej. 45:5).
c. Musa dan Harun
Musa dan Harun tampil
dalam pentas sejarah penyelamatan Allah dalam kaitan rencana Allah untuk
membebaskan umatNya dari perbudakan Mesir. Sekaligus juga untuk menggenapi
janjiNya agar umatNya berdiam di tanah yang dijanjikanNya. Semula Musa diangkat
anak oleh puteri Firaun (Kel. 2:10). Melihat bangsanya yang mengalami
perbudakan yang berat di Mesir ia terpanggil untuk membelanya. Ketika ada orang
Mesir yang memukul orang Ibrani ia kemudian membunuh orang Mesir itu. Kemudian
Musa lari ke Midian karena Firaun mengikhtiarkan untuk membunuhnya. Di sanalah
TUHAN memanggilnya untuk maksud membebaskan umatNya dengan mengutusnya
menghadap Firaun (Kel. 3:10). Musa merasa tidak mampu untuk melaksanakan
rencana TUHAN itu bahkan ia mengatakan bahwa ia tidak pandai bicara (Kel.
4:10).
Namun demikian TUHAN
tetap pada pilihannya untuk memanggil dan mengutus Musa melaksanakan
rencana-Nya. Dalih Musa atas ketidakmampuannya berbicara diatasi oleh TUHAN
dengan menghadirkan Harun, kakaknya, sebagai penyambung lidahnya (Kel.
4:16).Musapun diutus TUHAN kembali ke Mesir untuk melaksanakan panggilannya
membawa orang Israel ke luar dari Mesir menuju Kanaan.
Kisah Yunus
memberikan gambaran yang berbeda atas panggilan dan pengutusan TUHAN. TUHAN
sangat prihatin terhadap keadaan manusia yang ada di Niniwe karena kejahatan
mereka begitu besar. TUHAN ingin supaya Niniwe bertobat. Ia memanggil Yunus
untuk melaksanakan kehendakNya itu dengan mengutusnya ke Niniwe. Yunus tidak
bersedia dan bermaksud melarikan diri ke Tarsis dengan menumpang sebuah kapal
(Yunus 1:1-3). TUHAN tetap pada rencanaNya. Pelayaran Yunus terhadang oleh
angin ribut yang mebuat Yunus harus dibuang ke laut. Yunus pun diterkam ikan
besar yang kemudian memuntahkannya ke darat. TUHAN kembali mengutus Yunus ke
Niniwe. Sekali ini Yunus berangkat dan terjadi pertobatan besar di Niniwe atas
pemberitaan firman yang disampaikannya.
e. Murid-murid Yesus
Ke dua belas murid
Yesus dipilihNya secara langsung. Ia menjumpai mereka secara pribadi. Markus
3:13-14 mengemukakan hal itu dengan sangat gamblang. KalimatNya berbunyi:
".... Ia memanggil orang-orang yang dikehendakiNya........untuk diutusNya
memberitakan Injil..."
Orang-orang yang dipanggilNya terdiri
dari berbagai latar belakang, antara lain nelayan dan pemungut cukai. Mereka
bukanlah orang-orang terpandang bahkan ada yang dianggap sebagai orang berdosa.
Sekalipun mereka ikut dalam perjalanan Yesus, motivasi mereka pun berbeda-beda.
Itu nampak ketika mereka justru membicarakan siapa yang terbesar diantara
mereka di saat-saat Yesus tengah bersiap menghadapi penderitaanNya (Mrk. 9:34).
Agak aneh memahami pilihan Yesus atas Petrus. Yesus yang selalu berbicara dan
mengajarkan tentang kasih memilih Petrus yang berkarakter temperamental. Yang
paling kontroversial adalah pilihanNya atas Yudas, seorang yang dapat
dikategorikan sebagai seorang "oportunis".
Begitu beragamnya
murid-murid pilihan-Nya. Namun pilihan itu tentu dimaksudkan agar rencana dan
kehendakNya dapat terlaksana. Tidak mungkin Yesus tidak mengenal kepribadian
dan karakter mereka masing-masing. Namun demikian Ia memilihnya juga.
f. Paulus
Semula ia bernama
Saulus, seorang yang berpendidikan tinggi (murid guru besar Gamaliel di
Tiranus) dan pemuka agama Yahudi dari golongan Farisi. Kebenciannya terhadap
para pengikut Yesus membuat ia tega menyiksa dan menganiaya mereka. Untuk
tujuan itu pula ia sampai pergi ke Damsyik. Dalam perjalanannya ke Damsyik ia
dijumpai dan disapa oleh Tuhan Yesus. Saulus yang gagah perkasa dibuat buta
oleh Tuhan sehingga hatus dituntun masuk ke Damsyik (Kis. 9:1-8). Tuhan
memanggil Saulus untuk menjadi alatNya dengan mengutus dia secara khusus
"untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan
orang-orang Israel" (Kis. 9:15). Namanya pun diubah menjadi Paulus.
g. Para Perempuan
Melalui
pelayanan-Nya, Tuhan Yesus membuat sejumlah perempuan tergerak untuk ikut ambil
bagian dalam pelayanan. Lukas 8:2-3 di mana disebutkan "Maria yang disebut Magdalena (yang
telah dibebaskan dari 7 roh jahat), Yohana isteri Khuza (bendahara Herodes),
dan banyak perempuan lai melayani Yesus dengan kekayaan mereka".
3.
Pelajaran iman atas panggilan dan pengutusan Tuhan pada tokoh-tokoh Alkitab
a. Kewenangan untuk memanggil dan mengutus seseorang
ada pada Tuhan sendiri. Alasan pemilihannya tidak pernah diungkapkan secara
jelas. Yang pasti Tuhan memiliki maksud dan tujuan tertentu atas pilihan-Nya
yaitu agar rencana dan kehendak-Nya terlaksana (contoh: Abraham).
b. Orang yang dipilih Tuhan patut menerimanya
sekalipun merasa dirinya banyak kekurangan (contoh: Musa). Pada saatnya Tuhan akan melengkapi
dan memberikan kemampuan.
c. Tuhan memandang seseorang dari perspektif
hidupnya di masa depan. Orangnyang dipilih Tuhan harus membuka diri untuk diubah oleh Tuhan.
Sehingga masa lalunya yang buruk diubahkan Tuhan untuk menjalani hidup di masa depan
yang mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya (contoh: Paulus).
d. Tidak seorangpun dapat menolak apabila dirinya
telah dipilih Tuhan. Usaha kita untuk menghindarkan diri pasti akan gagal.
Tuhan akan menggunakan segala cara untuk menjadikan pilihan-Nya terwujud. Upaya
untuk terus menolaknya akan membawa dampak tersendiri (contoh: Yunus).
e. Motivasi yang benar merupakan dasar yang sangat penting dalam
menyambut panggilan Tuhan untuk melayani-Nya. Motivasi yang keli(Mrk.
9:34) membuat persekutuan melayani mengalami disorienta (ketidakjelasan arah),
perselisihan di antara sesama pelayan yang berdampak negatif terhadap
persekutun hidup berjemaat. Padahal panggilan melayani pada dasarnya adalah
untuk membangun jemaat dan memuliakan nama Tuhan.
f. Tuhan memanggil dan mengutus seseorang dalam
situasi dan kondisi yang mungkin tidak diharapkan (contoh: Yunus dan Yusuf).
Seseorang yang dipanggil untuk melayani tidak pada tempatnya mengajukan
prasyarat (persyaratan) tertentu.
g. Dalam melayani Tuhan, hal yangnmenyangkut gender
tidak dipermasalahkan. Laki-laki atau perempuan dapat ikut ambil bagian di
dalamnya. Tentu masing-masing dengan talenta dan karunianya sendiri-sendiri
(contoh: Maria Magdalena, Yohana isteri Khuza)
h. Hal yang paling mendasar dalam menyambut
panggilan Tuhan adalah sikap hati yang merendah (rendah hati), baik di hadapan
sesama terlebih di hadapan Tuhan. Karena pada dasarnya tidak ada seorangpun
yang layak mengerjakan pekerjaan Tuhan. Dipanggil dan diutus oleh Tuhan adalah
suatu "anugerah bukan prestasi". Itulah sebabnya kerendahan hati
menjadi sesuatu yang sangat penting dan paling utama dalam menyambut panggilan
dan pengutusan Tuhan (contoh: Abraham).
4. Panggilan
Batin dan Panggilan Lahir
Panggilan batin adalah
panggilan oleh kuasa Roh Kudus. Panggilan ini menyangkut kesadaran dan kemampuan
seseorang untuk melaksanakan tugas dengan kuasa Roh Kudus.
Panggilan batin sangat personal dan
subyektif sifatnya. Apa yang terjadi dan dialami oleh seseorang tidak dengan
sendirinya berlaku pada orang lain. Begitulah cara Tuhan bekerja dalam
memanggil dan mengutus seseorang, sangat personal. Seseorang yang dipanggil dan
diutus-Nya harus merasa yakin bahwa itu adalah panggilan yang ia terima secara
pribadi dari Tuhan. Begitulah panggilan batin bekerja dalam diri seseorang. Pada situasi yang lain, Tuhan dapat saja
menyatakan panggilan-Nya melalui seseorang. Pada dasarnya, Ia dapat memakai apa
saja (suatu peristiwa misalnya) atau siapa saja, untuk menyatakan kehendak-Nya
dalam hal memanggil dan mengutus seseorang.
Panggilan lahir yaitu
suatu proses yang dialami oleh seseorang untuk melaksanakan pangilan dan
pengutusan melalui dan oleh gereja. Proses itu merupakan sesuatu yang harus
dipenuhi berdasarkan hal-hal yang berlaku dan disepakati di dalam gereja. Pada
awalnya kesepakatan itu diambil melalui mekanisme formal di dalam gereja
(Persidangan Sinode) yang dipahami dan diyakini ada di dalam tuntunan Roh
Kudus.
Ke dua panggilan itu
bermuara pada tindakan gerejawi dengan melaksanakan ibadah peneguhan bagi
seseorang untuk melaksnakan panggilan dan pengutusan Tuhan baginya. Itulah yang
terjadi pada diri seseorang yang diteguhkan sebagai Pendeta maupun sebagai
Diaken atau Penatua. Di dalamnya, baik orang yang diteguhkan maupun warga
gereja, sama-sama berjanji kepada Tuhan untuk melaksanakan kewajibannya masing-masing.
Lebih dari itu, ibadah peneguhan mengandung janji berkat Tuhan untuk mengemban
panggilan dan pengutusannya. Seorang yang dipanggil dan diutus, dia diberkati
dan diperlengkapi terus oleh Tuhan agar dapat memperlengkapi banyak orang untuk
pekerjaan pelayanan bagi pembangunan Tubuh Kristus. Dia dipilih Tuhan untuk
mewujudkan panggilan batin dan panggilan lahirnya dengan memberi dirinya
menjadi "pemimpin yang melayani".
5. Pertimbangan
Untuk Memutuskannya
Ada sejumlah hal yang
biasanya menjadi bahan untuk dipertimbangkan dalam mengambil keputusan untuk
terlibat dalam pelayanan sebagai Diaken dan Penatua. Pekerjaan biasanya menjadi
pertimbangan yang paling umum. Terkait dengan itu adalah masalah waktu.
Tersitanya waktu untuk pekerjaan kadang membuat seseorang ragu bahkan menolak
untuk memberi diri dalam pelayanan. Pergumulan yang biasanya dikemukakan adalah
"bagaimana saya dapat melayani sedangkan saya sering pulang larut malam?
Nanti saja kalau saya sudah pensiun baru saya akan melayani."
Keluarga biasanya menjadi urutan ke dua
untuk dijadikan pertimbangan.
Anak-anak yang masih
memerlukan perhatian (karena masih kecil atau bersekolah) sering menjadi
pertimbangan utama. Kata-kata yang diucapkan seperti "bagaimana saya bisa
melayani orang lain kalau keluarga sendiri tidak bisa saya perhatikan? Bukankah
perhatian kepada keluarga juga merupakan suatu pelayanan? Pada urutan
berikutnya adalah mengenai kesehatan, usia, ekonomi dan sejumlah hal lainnya.
Jika dilihat begitu saja, semua
pertimbangan itu merupakan sesuatu yang masuk akal. Kalau memang demikian
halnya, siapa yang bersedia untuk menerima panggilan dan pengutusan Tuhan?
Tokoh-tokoh Alkitab yang melaksanakan panggilan dan pengutusan Tuhan menjadi
bahan inspirasi untuk mempertimbangkannya. Lebih dari itu, panggilan batin
harus menjadi pertimbangan utama. Jika memang Tuhan berkenan, Ia akan
menyatakannya melalui panggilan lahir yang bermuara pada peneguhanNya dalam
ibadah jemaat.
6. Penutup
Dipanggil dan diutus
Tuhan merupakan sesuatu yang istimewa bagi seseorang. Bukan
"kehebatannya" yang membuat seseorang menjadi istimewa di mata Tuhan.
Tetapi perkenanan Tuhan yang menjadikan dirinya istimewa karena beroleh
anugerah untuk mengerjakan bagian dari pekerjaan-Nya. "Banyak yang
dipanggil tetapi sedikit yang dipilih"(Mat. 22:14). Panggilan-Nya harus
disambut dengan ketulusan hati (bukan karena ambisi), dengan motivasi yang
murni (untuk menjadi pelayan bukan penguasa), dengan kerendahan hati (bukan
karena merasa mampu), berorientasi pada pembangunan Tubuh Kristus/Jemaat (bukan
membangun dirinya sendiri), serta
menujukan hati dan pikirannya untuk memuliakan Tuhan (bukan mencari hormat
sendiri).
Apakah itu sulit ?
Jawabannya tidak. Kalau begitu, itu sesuatu yang mudah ? Tidak juga. Menjadi
pengikut Yesus -terlebih menjadi pelayanNya- tidaklah mudah. Tetapi, adakah
yang tidak mampu diatasi-Nya? Kuasa kebangkitanNya memberi keyakinan kuat bahwa
di dalam Dia yang menang, Ia akan memampukan kita untuk hidup berkemenangan.
Dalam kerendahan hati
untuk sedia mengandalkan Dia, Roh Kudus-Nya akan bekerja di dalam kita untuk
mengerjakan bagi kita segala sesuatu yang Ia kehendaki.
"Karena itu, saudara-saudaraku
yang kekasih,
berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu
dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu
tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan
jerih
payahmu tidak sia-sia" (I Kor.
15:58).
Pdt. Drs. Jeffrey W. Ch. Sompotan, S.Th
Jakarta, 1 Mei 2012