Khotbah Ibadah Keluarga
MINGGU III SESUDAH EPIFANI
Rabu, 28 Jan 2015
Bacaan : 1 Samuel 18:15-30
* Menghalalkan semua cara ditempuh Saul untuk menyingkirkan Daud.
Gagal dengan rencana pertama, Ia lanjutkan jurus mautnya kedua, dengan rencana yang lebih keji dan rendah. Anak perempuannya dijadikan perangkap bagi Daud. Saul berencana mengambil Daud menjadi menantu dan mengangkatnya menjadi panglima perang. Tujuannya adalah mengorbankan Daud dalam perang dengan Filistin. Saul semakin licik, yang menjadi istri Daud bukan Merab (ayat 19), melainkan Mikhal (ayat 20). Tuhan mengatur lain, sehingga Mikhal menjadi istri Daud. Jebakan Saul belum berakhir. Saul yang tidak lagi didiami Roh Tuhan merupakan contoh buruk bagi semua orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
"Tak akan dibiarkan-Nya orang benar itu goyah!" Berbagai jebakan dan perangkap yang direncanakan Saul tak berhasil. Daud lebih unggul dari semua panglima Saul (ayat 30). Melihat ini bukankah kita semakin diyakinkan, bahwa jika menggantungkan seluruh keberadaan kita kepadaNya, tak akan dibiarkan-Nya kita goyah dan kuatir. Dia berjalan di depan sebagai Panglima yang siap berperang untuk kita (Yos. 23:10).
* Tentang bersaksi.
Gagal dengan rencana pertama, Ia lanjutkan jurus mautnya kedua, dengan rencana yang lebih keji dan rendah. Anak perempuannya dijadikan perangkap bagi Daud. Saul berencana mengambil Daud menjadi menantu dan mengangkatnya menjadi panglima perang. Tujuannya adalah mengorbankan Daud dalam perang dengan Filistin. Saul semakin licik, yang menjadi istri Daud bukan Merab (ayat 19), melainkan Mikhal (ayat 20). Tuhan mengatur lain, sehingga Mikhal menjadi istri Daud. Jebakan Saul belum berakhir. Saul yang tidak lagi didiami Roh Tuhan merupakan contoh buruk bagi semua orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
"Tak akan dibiarkan-Nya orang benar itu goyah!" Berbagai jebakan dan perangkap yang direncanakan Saul tak berhasil. Daud lebih unggul dari semua panglima Saul (ayat 30). Melihat ini bukankah kita semakin diyakinkan, bahwa jika menggantungkan seluruh keberadaan kita kepadaNya, tak akan dibiarkan-Nya kita goyah dan kuatir. Dia berjalan di depan sebagai Panglima yang siap berperang untuk kita (Yos. 23:10).
* Tentang bersaksi.
Kita masih terus mengikuti kisah Saul dan
Daud. Saul membenci Daud karena menurut anggapannya, Daud begitu bernafsu
merebut takhtanya. Saul sama sekali belum mengetahui bahwa Daud telah diurapi
Samuel secara diam-diam (ayat 16:13), dan dengan demikian ia juga tidak
mengetahui bahwa Tuhan ingin agar Daud menggantikannya sebagai raja. Namun
demikian, dari peristiwa demi peristiwa, terungkaplah situasi yang sebenarnya,
sebab Saul akhirnya menyadari bahwa Tuhan beserta dengan Daud. Peristiwa-
peristiwa apakah yang dimaksud?
Pertama, Saul akan memberikan Merab
sebagai isteri Daud. Dikatakan bahwa Merab akan diberikan kepada Daud (ayat 17)
sebagai upaya Saul agar Daud nantinya mati terbunuh dalam perang melawan orang
Filistin. Namun, akhirnya Saul tidak jadi memberikan Merab kepada Daud.
Terlihatlah jelas bahwa rencana Saul belum matang.
Kedua, Saul akan memberikan Mikhal kepada
Daud (ayat 20). Kali ini Mikhal memang jatuh cinta kepada Daud. Saul
menyodorkan tawarannya: Daud boleh menjadi menantunya dan menuntut mas kawin
100 kulit khatan orang Filistin. Idenya sederhana: Daud dianggap tidak mampu
dan kemungkinan besar akan mati di pertempuran. Saul lupa bahwa Daud begitu
berani dan cerdas. Sebelum tenggat waktu pengumpulan kulit khatan itu, Daud
telah membawa dua kali lipatnya. Saul menyadari bahwa memang Tuhan menyertai
Daud (ayat 28), dan ia mengakui bahwa kekuasaan dan popularitasnya mulai bocor.
Terakhir, Daud disebutkan sebagai
panglima yang paling berhasil menaklukkan orang-orang Filistin dibandingkan
para pegawainya yang lain. Saul makin takut dan Daud makin populer.
Renungkan: Lakukan pekerjaan Anda dengan
taat dan setia, meskipun di tengah- tengah situasi yang sangat tidak ideal.
Kesuksesan Anda bisa jadi merupakan alat kesaksian untuk menyatakan bahwa Allah
yang hidup menyertai Anda.
Penulis : Tidak diketahui (kemungkinan Samuel, dengan kutipan dari riwayat hidup
singkat Gad dan Natan).
Waktu Penulisan : Kemungkinan antara 1050-931 SM. Akan tetapi, kitab ini belum mencapai
bentuknya sampai beberapa tahun kemudian, kemungkinan antara 930 dan 722 SM.
Rentang Waktu : Sekitar 94 tahun { Masa sejak kelahiran Samuel sampai kematian Saul }.
Judul Kitab : Kitab ini dinamai menurut nama Samuel, bukanjanya karena ia merupakan
karakter utama dalam bagian pertama, tetapi juga karena ia yang mengurapi Saul
dan Daud, karakter-karakter utama dibagian terakhir kitab ini.
Latar Belakang: 1 Samuel merupakan lanjutan dari kisah dalam kitab Hakim-hakim. Semuanya
dimulai pada masa pergolakan di Hakim-hakim, ketika Eli merupakan seorang
imam-hakim dan Israel berada dalam penindasan Filistin. Kitab 1 dan 2 Samuel
merupakan satu kitab di Kitab Suci Yahudi karena melingkupi kisah berkelanjutan
dari tiga karakter utama: Samuel, Saul, dan Daud.
Tempat Penulisan : Tidak diketahui (Kemungkinan di
Israel)
Mulanya Ditujukan Kepada : Bangsa Israel.
Isi : Bangsa Israel bersikeras untuk
memiliki seorang raja seperti bangsa yang tidak mengenal Allah; mereka tidak
mau lagi Allah menempatkan seorang hakim atas mereka. 1 Samuel adalah kisah
hakim terakhir dan nabi pertama (Samuel), raja pertama (Saul), dan tahun-tahu
awal dari raja terpilih dan diurapi (Daud). Saul kurang memiliki hati mencari
Allah, maka Allah menolaknya sebagai raja. Daud muda pun masuk dalam situasi
dengan membunuh Goliat dengan sebuah ali-ali dan sebuah batu kecil (pasal 17)
dan membina persahabatan yang kuat dengan anak Saul, yaitu Yonatan (pasal
18).Allah memilih Daud untuk mengantikan Saul menjadi raja, tetapi Daud harus
lari ke padang gurun untuk melepaskan diri dari cemburu Saul yang membabi-buta.
Daud hidup dalam pelarian sampai Saul dan puteranya mati dalam pertempuran di
gunung Gilboa. Sekarang panggung pun dipersiapkan untuk masa keemasan dengan
bertahtanya Daud sebagai Raja Israel.
Kata Kunci : “Kecemburuan”; “Hati”. Kitab ini penuh dengan “kecemburuan” : Bangsa
Israel ingin memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa disekitarnya, dan
“kecemburuan” Saul terhadap pengantinya, Daud. Jadi, Allah memandang ke dalam
“hati”, dan pilihan-Nya bukan selalu yang diharapkan oleh manusia.
Tema :
- Allah itu lebih besar daripada masalah apa pun yang kita hadapi.
- Dengan pertolongan Allah, emosi kita dapat terus berada di bawah kontrol-Nya.
- Bahkan anak Allah sekalipun dapat gagal dan ajtuh dalam dosa.
- Hidup yang penuh dosa dan kekalahan pun dapat memiliki kemenangan dan keberhasilan — jika pertobatan dan ketaatan mulai dimulai.
- Dosa dalam hidup dapat menolong Allah untuk mengambil berkat-berkat kita dan memberikannya kepada orang lain.
- Pucuk pimpinan kita seharuslah Allah sendiri, dan bukannya manusia.
- Bagi Allah ketaatan jauh lebih penting daripada pengetahuan.
- Seperti Daud, kita haruslah menjadi seorang yang memperkenankan hati Allah (13:14).