Bacaan : Kidung Agung 1: 2-6.
“… karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu…” (ay. 2b,3a)
Karena cinta terjalin hubungan antara dua insan. Hubungan yang istimewa itu adalah bagian dari pada hidup, yang menjadi cikal bakal kehidupan baru. Ketika Adam dipertemukan dengan pendampingnya, seorang perempuan, tercetus gejolak cintanya: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki” (Kej. 2:33). Perempuan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari laki-laki. Ia menjadi sesama yang melekat dan dekat pada diri laki-laki. Tuhan sudah menetapkan bahwa kehidupan ini selalu dalam kebersamaan, bukan dalam keseragaman.
Tidak dapat dihindari perjumpaan antar sesama dalam kebersamaan hidup yang begitu majemuk. Acapkali orang merasa lebih aman dan tenteram pada kehidupan yang serba seragam dengan latarbelakang yang sama. Sesama dalam cita rasa itu biasanya dimaksudkan ‘orang-orang sebangsa’ dengan budaya dan agama yang sama (baca Imamat 19:18).
Ketika Yesus mengutip nas dari Imamat dan menyebutnya ‘hukum yang kedua’. Tidak ada pemahaman di dalamnya bahwa sesama itu orang yang berlatarbelakang sama. Bahkan musuh pun adalah sesama (Mat.5:44), cita rasa yang begitu akrab antara Kristus dan jemaat digambarkan oleh Paulus, laksana hubungan kasih antara suami dan isteri. Kasih adalah sendi hidup yang tertuju kepada sesama, tanpa menuntut balas jasa (Yoh.3:16). Di bukit Golgota Ia wujudkan kasih itu sepenuhnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar