KUALITAS IMAN (Daniel 1:1-21; Lukas 17:5-10)



Ada pepatah yang mengatakan bahwa hidup adalah sejumlah pilihan. Ia  ibaratnya pohon oak yang bertumbuh dari buah acorn kecil. Kita membuat pilihan dan pilihan kita akan berbalik dan membentuk kita. Kita adalah kita hari ini karena keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan yang dibuat di masa yang lalu. Selama ini ada di antara kita yang tidak paham bahwa keputusan kita sekecil apapun itu adalah sangat penting. Hal ini khususnya benar ketika kita masih muda karena kebanyakan keputusan-keputusan penting kita buat pada saat kita muda. Keputusan-keputusan itu di antaranya berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 
universitas mana yang kita akan masuk? 
Jurusan apa yang kita ambil? 
Apakah saya harus menikah? Jika ya, maka dengan siapa dan bagaimana caranya saya mendapatkan pendamping masa depan saya dan kapan hal itu akan terjadi? 
Apa karir yang akan saya pilih? 
Siapa yang akan menjadi best friend saya? 
Musik apa yang akan saya dengar? 
Film-film apa yang akan saya tonton? 
Apa yang akan saya minum? 
Apakah saya akan minum alkohol? 
Apakah saya akan memakai narkoba? 
Sejauh apa saya akan melangkah? 
Bagaimana gaya pacaran saya? Apa kriteria saya memilih pacar?  
Apakah saya boleh melakukan hubungan seks sebelum menikah?
Ketika kita bertanya seperti itu maka kita tidak sendirian. Daniel, seorang pemuda juga menghadapi krisis yang saya seperti anda di perantauan yaitu di Babilonia. Keputusan yang harus dibuatnya akan sangat mempengaruhi kehidupannya secara radikal. Latar belakang kehidupan Daniel ditandai dengan keberadaannya bersama-sama dengan para temannya di Babilonia. Mereka dipisahkan dari keluarga mereka yang berada di Yerusalem oleh Raja Nebukadnezar.  Daniel dan teman-temannya berasal dari keluarga terpandang sehingga raja memerintahkan mereka untuk dilatih untuk menjadi abdi raja. Di sinilah Daniel dan teman-temannya dipaksa untuk berasimilasi di Babilonia.
Di sekolah di Babilonia, Daniel diharuskan untuk berasimilasi atau meleburkan diri bersama-sama dengan murid-murid Babilonia lainnya selama tiga tahun. Namanya diubah menjadi Beltsazar dan ia diharuskan untuk mempelajari pengetahuan, kebudayaan, sejarah, bahasa dan agama Babilonia. Daniel mematuhi segala yang diinginkan daripada. Kecuali, ia tidak patuh pada satu perintah yaitu memakan makanan dan meminum anggur raja. Di sini kita melihat bahwa bagi Daniel sebuah nama tidak mendefinisikan siapa dirinya; pendidikan tidak akan menyakiti dirinya. Tetapi apa yang diterima perutnya begitu menjadi perhatian dan prioritas kehidupannya.  Mengapa? Ada tiga permasalahan sehubungan dengan makanan yang dipersiapkan oleh Raja Babilonia:
1. Tidak kosher/bersih sesuai dengan peraturan di dalam Perjanjian Lama.
2.  Anggur dan makanan telah dipersembahkan kepada dewa-dewa Babilonia.
3.  Makan bersama raja berarti menerima nilai-nilai yang dianut oleh sang raja. Makan
     bersama di satu meja menunjukkan persahabatan, dukungan, sokongan dan
     penganutan nilai-nilai yang sama.
            Daniel menolak untuk menerima nilai-nilai kehidupan Babilonia yang tidak sama dengan nilai-nilai yang dianutnya.  Di sinilah kita bisa mengubah kebudayaan tetapi tidak karakter kita. Kita dapat mengubah nama kita tetapi tidak sifat dasar kita. Daniel mengubah hal-hal lahirian tetapi tidak hal-hal batiniah termasuk kenyataan bahwa ia adalah hamba Allah. Pilihan Daniel ini tentu berbahaya karena dapat menimbulkan kemarahan raja. Namun ia lebih mengutamakan imannya kepada Allah dari pada bersandar pada pengasihan siapapun di dunia ini termasuk raja sekalipun. Di sinilah dapat dikatakan bahwa Daniel memiliki kualitas iman yang tinggi.  Apakah kualitas iman itu?
            Berbicara tentang kualitas iman maka Emily Dickinson pernah menulis demikian: Pengharapan adalah hal yang memiliki bulu yang bertengger di dalam jiwa dan menyanyikan lagu tanpa kata-kata dan tidak pernah berhenti – sama sekali. Di dalam Lukas 17:5-10 murid-murid Tuhan Yesus berkata kepadaNya: “Tambahkanlah iman kami.” Mereka ini adalah orang-orang yang telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus dan menemukan diri mereka di dalam arus kebimbangan dan tersesat di dalam kebingungan. Namun Yesus menjawab, “Jika engkau memiliki iman sebesar biji sesawi saja, maka engkau dapat mengatakan kepada pohon ara ini ‘tercabutlah dan tertanamlah di lautan’ maka ia akan menuruti engkau.” Di sini perkataan Yesus ini bisa saja berarti bahwa para murid tidak dapat memindahkan pohon oleh karena itu iman mereka bahkan tidak sebesar biji sesawi. Namun hal yang perlu mereka ingat adalah bahwa Yesus sendiripun tidak pernah melalukan hal tersebut yaitu mencabut pohon ara dan menanamkannya di lautan atau memindahkan gunung dari tempatnya.
            Jika demikian maka apa itu iman: apakah iman adalah sebuah perasaan dan oleh karena itu berakar di dalam hati? Apakah iman adalah sebuah doktrin sehingga ia berakar di dalam pikiran? Apakah iman adalah tentang dunia yang kita kenal atau yang tidak kita kenal? Apakah ia adalah sebuah misteri atau kebijaksanaan? Ada saat di mana iman adalah pengharapan namun tidak selalu. Ada saat di mana iman adalah percaya namun di saat-saat yang sulit iman juga berarti sebuah kecurigaan yang mendasar. Ada saat iman adalah ketenangan, keberanian, kedamaian, ataupun kemarahan. Namun iman adalah suatu kepercayaan yang tidak tergoyahkan , hal yang paling sering didoakan sebagai lawan dari rasa takut dan bimbang. Yesus sendiri telah memiliki masa-masa di mana ia merasa goyah.
            Lebih lanjut di dalam bacaan kita yang sama, Yesus berpindah dari pohon ara kepada kehidupan seorang budak. 17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! 17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku d  sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. 17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? 17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
            Kata-kata ini sangat menikam karena dikatakan Yesus tentang IMAN adalah bahwa iman bukanlah sesuatu yang harus kita miliki melainkan sesuatu yang harus kita lakukan – sesuatu yang kita harus“menjadi” di dalam proses yang tidak pernah selesai. Iman adalah seorang  pekerja yang bekerja dengan tidak mengharapkan  pujian atau hadiah tetapi memahami pekerjaan itu sendiri sebagai bagian dari dirinya sendiri. Bagian dari keberadaannya sebagai manusia. Bagian dari identitas dirinya. Iman adalah ketika pohon ara meninggalkan tanah yang memberinya makan untuk tinggal di laut yang tidak dikenalinya sama sekali [sehingga dapat saja membuatnya mati] karena ia adalah sebuah pohon yang setia kepada apa yang diperintahkan oleh Sang Pengatur kehidupan. Jadi ketika kita berdoa agar iman kita ditambahkan maka yang harus kita sadari adalah bahwa peningkatan iman membutuhkan kerja keras yang membuat kita capek. Kita ibaratnya adalah pohon yang harus bertahan di tempat asing. Pengalaman ini akan membuat kita merasakan ibarat pohon yang diguncang-guncangkan sehingga pertanyaan yang muncul adalah apakah kita bisa bertahan?
            Ada beberapa hal yang harus disadari tentang iman:
  1. Memilih untuk beriman di antara penderitaan ini bukan berarti penderitaan akan berlalu secara otomatis.
  2. Memilih iman di antara penderitaan tidak akan membuat seeorang berhenti untuk bertanya (misalnya Ayub).
  3. Memilih iman di tengah-tengah penderitaan tidak akan menciptakan logika di balik penderitaan.
Sebaliknya:
  1. Memilih beriman di tengah penderitaan akan membuat orang selalu mengingat bahwa Allahlah yang memegang kendali atas kehidupan ini.
  2. Memilih beriman di tengah penderitaan akan menjadi persembahan yang hidup kepada Allah.
  3. Memilih beriman di tengah penderitaan akan membuat seseorang lebih dekat kepada Allah.
Bukti penyertaan Allah kepada orang yang beriman dapat dilihat di dalam cerita Daniel di mana karena keteguhannya maka Allah menganugerahkan kepandaian melebihi penasehat-penasihat dan orang cerdik pandai raja. Ketika diadakan ujian untuk menguji kemampuannya, Daniel tampil mengagumkan dan melampaui semua orang di Babilonia.
            Lebih lanjut, keteguhan iman Daniel mengajarkan kita untuk berani tampil beda yaitu berani berdiri tegak memegang teguh prinsip yang kita miliki dan Tuhan menghargai pilihan kita tersebut. Tuhan memberikan kepada kita hikmat dan kebijaksanaan untuk melalui kehidupan kita. Kadang-kadang kita susah untuk mempertahankan prinsip kehidupan kita karena setiap orang ingin dicintai dan diterima di lingkungannya. Kita semua diberikan hasrat alami untuk diberi persetujuan, kasih, dan perhatian positif dari teman-teman kita. Sebagai anak muda banyak bentuk tekanan yang kita terima sebagai anak muda di antaranya terlibat di dalam tindakan kekerasan, masuk dalam gang-gang, miras, menggunakan obat-obatan terlarang, terlibat di dalam seks bebas, menggunakan bahasa-bahasa makian, merokok hingga melewati batas, tidak menghargai orang tua, bolos kuliah, tidak mengerjakan tugas, dan lain-lain. Oleh karena itu tips-tips yang diberikan Daniel kepada kita:
1. Sangat mudah untuk berdiri bersama-sama dengan banyak orang, tetapi dibutuhkan  
    keberanian untuk berdiri sendiri. Beranilah berdiri sendiri!
2. Harus bijaksana dan cerdas menyiapkan jawaban yang tepat ketika akan menolak
    terlibat di dalam hal-hal yang tidak benar.
3. Ketika kita merasa berdiri sendiri, ingatlah bahwa kita tidak berdiri sendiri. Tuhan ada
    bersama-sama dengan kita. Yesus berdiri dengan kita! Tetaplah beriman kepada Tuhan karena di situlah kualitas diri kita akan semakin di asah dan dipermantap.  Tuhan beserta dengan kita senantiasa!
(Pembinaan PeLKaT Gerakan Pemuda di Wisma Nangun Kerti - Bedugul Bali )
 Oleh

Ira D. Mangililo, PhD




Tidak ada komentar :

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA