Jemaat yang mengasihi dan dikasihi TUHAN.
Natal sebagai perayaan, telah menjadi milik dunia. Bahkan di negeri dimana nama YESUS KRISTUS dilecehkan, peristiwa natal tetap bisa diikuti pada skala dunia, berkat kemajuan teknologi informasi. Tengoklah misalnya media massa dan pusat perbelanjaan menggelar acara natal yang isinya komersil semata. Natal sebagai perayaan bukan hanya menjadi milik dunia, tetapi juga menjadi makin duniawi. Ketika roh duniawi mempengaruhi Natal sebagai perayaan iman, maka pesta Natal ditandai oleh semacam pameran kekayaan. Ironisnya persis diluar ruangan pesta Natal kita bertemu dengan begitu banyak orang yang tidak pasti apa yang akan dimakan, atau kemana harus berteduh. Maka adalah tugas kita yang merayakan Natal untuk membuat Natal mendunia tanpa harus menjadi duniawi.
Natal sebagai peristiwa memiliki makna yang jauh lebih dalam bagi penghayatnya. Bayi Natal yang hadir dalam kemiskinan kandang dan palungan karena penolakan di tempat penginapan, cahaya dan paduan suara sorgawi yang menyanyi tentang damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepadaNYA merupakan hal hal yang lebih substansial ketimbang sekedar perayaan yang hura-hura.
Pelayanan GPIB untuk tahun 2009-2010 mengambil tema ROH KUDUS MEMBERI DAMAI SEJAHTERA DAN SUKACITA (Roma 14 : 13 - 23), sebagai bagian dari tema lima tahunan 2005-2010, yakni MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN BANGSA YANG DAMAI SEJAHTERA DENGAN SIKAP TULUS DAN JUJUR (Mazmur 37:37). Tema lima tahunan ini merupakan bagian dari tema besar sampai tahun 2026, yakni YESUS KRISTUS SUMBER DAMAI SAJAHTERA (Yohanes 14:27). Ternyata damai sejahtera yang menjadi tema nyanyian malaikat pada Natal perdana, masih sangat relevan 2000 tahun kemudian, -paling tidak -dalam pemahaman dan pergumulan GPIB. Maka tema damai sejahtera, seyogyanya lebih kita pahami pada panggilan makna, ketimbang panggilan perayaan belaka ketika memperingati Natal tahun 2009 ini.
Sepanjang tahun 2009 kita mengalami krisis damai sejahtera. Nyatanya ada yang mengalami sejahtera tanpa damai, ada pula yang mengalami damai tanpa sejahtera. Pertentangan, pertikaian, bencana alam, pencurian kelas kerah putih, semuanya membuat kita jadi pesimis. Belum lagi kita berbicara tentang kekerasan yang terjadi dalam berbagai bentuk, diberbagai wilayah di tanah air, termasuk kekerasan horizontal yang terkadang menggunakan agama untuk melegitimasi diri. Maka terjadilah ironi. Orang yang mengejar damai sejahtera makin kehilangan damai sejahtera. Damai sejahtera dikejar dengan mengorbankan sesama, dan juga mengorbankan alam lingkungan yang kemudian menghasilkan reaksi balik. Ketika sedama protes, terjadi konflik horizontal. Ketika alam lingkungan protes, terjadi bencana alam. Sekarang protes alam yang berupa bencana itu makin mengglobal dan mengancam seluruh kehidupan pada planet bumi sendiri.
Natal memberikan bagi kita pengharapan untuk menyikapi seluruh kemelut yang terjadi. Sebab Natal adalah pengumuman tentang campur tangan Tuhan yang menghadirkan damai sejahtera di bumi. Kita yang haus memberi diri sebagai alat Tuahn untuk mnghadirkan damai sejahtera itu, dengan mulai dari diri kita sendiri, sehingga pada gilirannya kita menjadi berkat bagi bangsa yang sedang dirundung kemelut ini. Negeri ini adalah anugerah Tuhan untuk kita sebagai bangsa. Dan karena itu damai sejahtera negeri ini kita pertaruhkan dalam tangan Tuhan Yesus Kristus, yang hadir lewat peristiwa Natal bagi kita. Natal memastikan bagi kita bahwa Tuahn yang telah menuntun kita melewati tahun 2009, pasti tidak akan keberatan menemani kita memasuki tahun 2010.
Mari jadikan Natal sebagai kenyataan bahwa Roh Kudus memberikan damai sejahtera dan sukacita. Sebagai kesempatan untuk berbagi damai sejahtera dan sukacita dengan sesama, tanpa memandang batas manusiawi seperti budaya, ras, bahkan agama. Sebab Natal adalah pernyataan dari ALLAH sendiri, bahwa IA membuka tangan untuk menyambut semua orang yang datang kepada-NYA, siapapun dan dalam keadaan bagaimanapun, sebab sesungguhnya Tuhan itu baik bagi semua orang. Maka perayaan Natal harus juga berarti Gereja melalui warga gereja membuka diri bagi orang lain. Selamat Hari Natal 2009 dan Tahun Baru 2010, Damai Sejahtera di bumi, damai sejahtera di hati.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar