Minggu Trinitas, 30 Mei 2010
Bacaan Efesus 1 : 15 – 21
Setiap orang tentu akan bersyukur atas kebaikan Tuhan bagi dirinya, namun belum tentu setiap orang akan bersyukur atas kebaikan Tuhan bagi orang lain. Rasul Paulus dalam pengalaman imannya, tidak hanya bersyukur atas kebaikan Tuhan bagi dirinya, namun dia juga bersyukur atas kebaikan Tuhan bagi orang lain. Dalam hal ini Paulus bersyukur atas kebaikan Tuhan bagi jemaat Efesus. Ada 2 hal penting yang dapat kita renungkan dalam pembacaan ini :
- Paulus mengucap syukur atas kehidupan jemaat.
- Paulus berdoa bagi pertumbuhan iman jemaat.
Dalam merenungkan bagian yang pertama ini, timbul pertanyaan bagi kita apa yang melatarbelakangi ungkapan syukur Paulus atas jemaat Efesus? Pertama, Paulus mengucapkan syukur karena Allah sendiri telah memilih dan menentukan mereka sebagai anak-anakNya melalui penebusan, dan telah mewariskan Roh sebagai jaminan keselamatan mereka (Efesus 1:3-14). Tiada sedikitpun kebanggaan dalam dirinya bahwa ia juga turut ambil bagian dalam pemberitaan dan pelayanan bagi jemaat ini. Paulus menyadari bahwa dirinya hanyalah alat dalam tangan Tuhan bagi pelayanan dalam jemaat ini. Kedua, Paulus bersyukur karena kehidupan iman jemaat yang terpelihara indah dalam Tuhan melalui relasi dengan sesama yang diwarnai kasih. Dalam bagian ini Paulus memberikan apresiasi bagi kehidupan jemaat karena ia sendiri mengetahui bagaimana situasi sosial keagamaan dari Efesus itu sendiri.
Kota Efesus merupakan pusat pemujaan Dewi artemis. Di samping itu, kota ini juga terkenal dengan kuil-kuil pemujaan kaisar serta dewa-dewi lainnya. Efesus juga adalah sebuah kota pelabuhan yang tidak jauh dari kehidupan amoral. Singkat kata, Efesus adalah lahan subur bagi agama-agama kafir, ada konflik ideologi dalam bentuk tekanan untuk menyembah kaisar, dan terjadi praktek asusila. Dalam bayangan kita, kota sesekular dan sekomersial Efesus pasti membuat kehidupan penduduknya jauh dari sifat religius dan norma-norma moral yang terpuji. Faktor lingkungan dapat saja mempengaruhi kehidupan spiritual seseorang, namun bagi jemaat Efesus dugaan ini tidak benar. Walaupun jemaat hidup lingkungan yang demikian, umat sedikitpun tidak terpengruh lingkungan yang ada. Kehidupan iman yang berakar kuat dalam Tuhan, akan membuahkan perbuatan-perbuatan yang benar dan baik ditengah situasi yang tidak baik dan tidak benar sekalipun. Lingkungan kejahatan yang ada disekitar anak-anak Tuhan, tidak akan mampu menghalangi mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan benar.
Hal yang sama dialami oleh Rasul Paulus. Walaupun dia berada dalam penjara pada saat menulis surat ini, tidak sedikitpun kesedihan atau keluhan tergambar dalam kata-katanya. Bagaimana bisa seseorang dapat menikmati hidup dibalik terali besi/penjara? Tapi itulah yang dialami oleh Rasul Paulus. Biasanya orang yang di luar penjara yang berdoa untuk orang yang ada dalam penjara, tetapi justru orang yang ada dalam penjara yang berdoa bagi orang yang ada diluar. Satu hal yang dapat kita renungkan disini bahwa lingkungan hidup sekitar kita dengan penderitaan yang ada tidak akan mampu menghambat anak-anak Tuhan untuk mengucap syukur. Mengucap syukur tidak tergantung pada lingkungan dimana kita berada melainkan mengucap syukur tergantung pada hati yang dekat dengan Tuhan.
Bagian yang kedua tentang Paulus berdoa bagi pertumbuhan iman jemaat. Paulus menyadari bahwa umat hidup ditengah-tengah situasi lingkungan yang diwarnai dengan penyembahan berhala dan kejahatan, oleh sebab itu ia merasa perlu untuk mendoakan mereka agar iman mereka dapat bertumbuh dalam lingkungan yang demikian. Sekaligus Paulus menunjukkan bahwa mereka tidak berjuang sendiri dalam kehidupan mereka dengan tantangan yang dihadapi, melainkan Paulus turut bergumul dengan mereka melalui doa yang dinaikkan. Setidaknya perkataan Paulus ini menguatkan dan memotivasi bahwa mereka tidak sendiri dalam perjuangan hidup tetapi Paulus bersama dengan mereka. Ada Paulus yang turut menggumuli kehidupan iman mereka. Pelayanan Paulus kurang lebih tiga tahun dalam jemaat ini telah membangkitkan rasa memiliki yang sangat dalam.
Paulus berdoa agar Tuhan memberikan Roh hikmt dan wahyu untuk mengenal Tuhan dengan benar (1:17) serta meminta agar Tuhan menjadikan mata hati jemaat terang untuk dapat mengerti pengharapan dalam panggilan Tuhan (1:18). Permohanan ini dinaikkan Paulus dengan kerinduan agar jemaat memahami kemuliaan panggilan dan kehebatan panggilan yang diberikan Tuhan atas orang percaya (1:19-20). Paulus tahu bahwa campur tangan Tuhan sajalah yang akan membawa orang percaya bertumbuh dalam iman dengan benar. Oleh sebab itu Ia berdoa kepada mereka.
Hari ini kita merayakan Minggu Trinitas, yang mengingatkan kita akan persekutuan Ilahi-Bapa, Anak dan Roh Kudus, yang dalam kuasaNya kita mengalami kehidupan yang penuh ungkapan syukur. Dalam perspektif itu, Rasul Paulus melalui pembacaan ini menunjukkan kepada kita untuk bersyukur bukan hanya atas berkat Tuhan bagi kita tetapi juga berkat Tuhan bagi sesama. Bahwa situasi dan lingkungan hidup anak-anak Tuhan tidak dapat menghambat kita untuk mengucap syukur kepada Allah. Bahwa pengucapan syukur akan menyatakan kerendahan hati dan pengakuan bahwa apa yang dilakukan adalah karena Tuhan dan kasihNya. Orang yang bersyukur akan selalu berdoa untuk campur tangan Tuhan bagi pertumbuhan iman ditengah situasi dan lingkungan dimana dia ada. Oleh sebab itu marilah kita hidup dalam pengucapan syukur dan berdoa, karena disitulah kekuatan setiap anak-anak Tuhan dalam menjalani hidup ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar