Bacaan : 1 Raja-raja 2 : 22 – 27
Tujuan dari I & II Raja-Raja adalah untuk menunjukkan apabila raja menunjukkan kesetiaan kepada Allah dan memerintah dengan adil, maka bangsanya akan diberkati. Sebaliknya pada saat raja tidak mengindahkan firman Allah dan memerintah dengan semena-mena, maka bangsanya mengalami kemerosotan, terpecah, dan ditaklukkan oleh musuh-musuhnya. Kedua kitab ini menjelaskan berkat-berkat yang diterima akibat kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan, dan hukuman yang ditimpakan-Nya karena ketidaksetiaan dan ketidak-taatan.
Sebelas fasal pertama dengan kitab I Raja-Raja membahas sekitar pemerintahan Salomo. Kitab I Raja-Raja diawali dengan laporan bahwa Daud telah memerintah kira-kira 40 tahun. Sekarang ia telah lanjut usia dan sakit-sakitan. Adonia, anaknya yang tertua yang masih hidup bersekongkol dengan Yoab, keponakan Daud dan panglima pasukan, dan Abyatar, imam kepala untuk menjadikan dirinya sebagai raja walaupun ia tahu bahwa Allah telah memilih Salomo sebagai pengganti raja Daud (1 Raja-Raja 2:15). Nabi Natan mengingatkan Batsyeba akan persekongkolan ini dan Natan sendiri menghadap Daud untuk memberitahukannya tentang hal ini. Daud langsung mengangkat Salomo sebagai raja.
Pesan terakhir Daud kepada Salomo agar ia melakukan kewajibannya dengan setia terhadap Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya supaya ia berhasil dalam segala yang dilakukan dan yang dituju (1 Raja-Raja 2:2-4).
Perikop I Raja-Raja 2:22-27 berisi tindakan tegas Salomo terhadap Adonia, saudaranya dan Abyatar, imam kepala. Dua orang yang pernah bersongkol untuk menduduki takhta Daud melawan penetapan Allah. Salomo agaknya membaca bahwa kedua orang ini memanfaatkan Batsyeba, ibundanya untuk mengajukan permohonan yang bertentangan dengan rencana Allah. Tindakan tegas dengan menghukum mati Adonia dan memecat Imam Abyatar ditunjukkan Salomo di awal pemerintahannya sebagai Raja Israel. Keputusan untuk mengeksekusi kedua orang tersebut dilakukan Salomo berlandaskan kebenaran yang diyakininya direstui Tuhan demi keselamatan kerajaan Israel. Tentang eksekusi Adonia, Salomo mengatakan "Oleh sebab itu, demi Tuhan yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikan-Nya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh." (ay. 24). Tentang pemecatan Abyatar, Alkitab menyaksikan bahwa Abyatar pantas mendapatkannya, "Lalu Salomo memecat Abyatar dari jabatannya sebagai imam Tuhan. Dengan demikian Salomo memenuhi firman Tuhan yang telah dikatakan-Nya di Silo mengenai keluarga Eli." (ay. 27)
PENGANTAR
Kenyataan yang tumbuh di tengah kehidupan masyarakat kita sungguh sangat memprihatinkan. Khusus masalah korupsi dan terorisme tumbuh di negeri ini dan sepertinya sulit diberantas. Korupsi yang terus merajalela merupakan penyakit akut yang telah menjangkiti setiap sendi kehidupan bangsa. Banyak orang menyadari dan mengakui merupakan hal yang berbahaya, namun hukum dalam pemberantasan korupsi masih terbilang lemah. Ada juga yang berpendapat bahwa korupsi terus merajalela, karena adanya mata rantai "kleptokrasi" (diperintah para pencuri) belum terputus sehingga menyebar kemana-mana. Demikian pula masalah terorisme. Indonesia masih menjadi surga bagi para teroris, salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya penegakan hukum bagi para pelaku aksi terorisme tersebut. Lemahnya sistem hukum dan penegakannya di negeri ini dinilai menjadi penyebab tumbuhnya aksi korupsi oleh para koruptor dan aksi teror oleh para teroris.
TELAAH PERIKOP
Tujuan dari I & II Raja-Raja adalah untuk menunjukkan apabila raja menunjukkan kesetiaan kepada Allah dan memerintah dengan adil, maka bangsanya akan diberkati. Sebaliknya pada saat raja tidak mengindahkan firman Allah dan memerintah dengan semena-mena, maka bangsanya mengalami kemerosotan, terpecah, dan ditaklukkan oleh musuh-musuhnya. Kedua kitab ini menjelaskan berkat-berkat yang diterima akibat kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan, dan hukuman yang ditimpakan-Nya karena ketidaksetiaan dan ketidak-taatan.
Sebelas fasal pertama dengan kitab I Raja-Raja membahas sekitar pemerintahan Salomo. Kitab I Raja-Raja diawali dengan laporan bahwa Daud telah memerintah kira-kira 40 tahun. Sekarang ia telah lanjut usia dan sakit-sakitan. Adonia, anaknya yang tertua yang masih hidup bersekongkol dengan Yoab, keponakan Daud dan panglima pasukan, dan Abyatar, imam kepala untuk menjadikan dirinya sebagai raja walaupun ia tahu bahwa Allah telah memilih Salomo sebagai pengganti raja Daud (1 Raja-Raja 2:15). Nabi Natan mengingatkan Batsyeba akan persekongkolan ini dan Natan sendiri menghadap Daud untuk memberitahukannya tentang hal ini. Daud langsung mengangkat Salomo sebagai raja.
Pesan terakhir Daud kepada Salomo agar ia melakukan kewajibannya dengan setia terhadap Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya supaya ia berhasil dalam segala yang dilakukan dan yang dituju (1 Raja-Raja 2:2-4).
Perikop I Raja-Raja 2:22-27 berisi tindakan tegas Salomo terhadap Adonia, saudaranya dan Abyatar, imam kepala. Dua orang yang pernah bersongkol untuk menduduki takhta Daud melawan penetapan Allah. Salomo agaknya membaca bahwa kedua orang ini memanfaatkan Batsyeba, ibundanya untuk mengajukan permohonan yang bertentangan dengan rencana Allah. Tindakan tegas dengan menghukum mati Adonia dan memecat Imam Abyatar ditunjukkan Salomo di awal pemerintahannya sebagai Raja Israel. Keputusan untuk mengeksekusi kedua orang tersebut dilakukan Salomo berlandaskan kebenaran yang diyakininya direstui Tuhan demi keselamatan kerajaan Israel. Tentang eksekusi Adonia, Salomo mengatakan "Oleh sebab itu, demi Tuhan yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikan-Nya: pada hari ini juga Adonia harus dibunuh." (ay. 24). Tentang pemecatan Abyatar, Alkitab menyaksikan bahwa Abyatar pantas mendapatkannya, "Lalu Salomo memecat Abyatar dari jabatannya sebagai imam Tuhan. Dengan demikian Salomo memenuhi firman Tuhan yang telah dikatakan-Nya di Silo mengenai keluarga Eli." (ay. 27)
RENUNGAN DAN PERTANYAAN PENDALAMAN
Tindakan Salomo di awal pemerintahannya sebagai raja Israel terkesan sangat kejam dan sewenang-wenang. Keputusan Salomo untuk tidak mengabulkan permintaan ibundanya, bahkan mengeksekusi mati Adonia dan memecat imam kepala Abyatar dari jabatannya merupakan keputusan yang sangat berani. Tindakan ini dilakukan Salomo dalam kesadaran bahwa rencana masa depan Israel yang telah dinyatakan Tuhan kepada ayahnya, Daud, akan hancur jika ia tidak mengambil tindakan hukum yang tegas terhadap kedua orang itu. Demi masa depan Israel yang damai sejahtera, aman dan tenteram sesuai rancangan Allah, Salomo berani mengambil tindakan hukum tersebut. Kebijakan Salomo ini di akhir perikop (ay. 46) menyatakan bahwa kerajaan Israel semakin kokoh di tangan Salomo dan Salomo pun semakin disegani dan dihormati rakyatnya karena kebijaksanaannya itu (3:28).
Dilatarbelakangi oleh kebijakan raja Salomo ini, mari kita diskusikan dengan panduan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Apakah Saudara dapat menerima tindakan hukum yang dilakukan Salomo demi keselamatan masa depan Israel?
2. Apakah ketegasan kebijakan model Salomo ini harus menjadi pola bagi pemimpin bangsa di mana pun?
3. Bagaimana pandangan Saudara terhadap kebijakan hukum yang harus ditempuh para pemimpin dalam upaya pemberantasan korupsi dan aksi terorisme di negeri ini?(Sabda Guna Krida)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar