Dari para ahli Teologi Perjanjian Lama, di antaranya ada
beberapa orang yang masih meragukan bahwa seorang Yesaya merupakan satu –
satunya penulis tunggal di dalam seluruh isi dari kitab yang cukup panjang ini.
Hal itu Nampak pada pembagian isi dari kitab ini yang mengacu pada tulisan tiga
nara sumber, yakni : (1). Yesaya Pertama terdiri Pasal 1 – 39, (2). Deutero
Yesaya terdiri Pasal 40-55, dan (3). Trito Yesaya pada nara sumber : Deutero
Yesaya – secara khusus berada pada Pasal 40.
Secara singkat tetapi padat bahwa isi Pasal 40 pada umumnya:
menceriterakan tentang kebangkitan Kerajaan Babel yang dipimpin oleh
Nabopolasar yang berhasil mengalahkan Asyur pada Tuhan 625 sM. Kemudian sebagai
penerusnya adalah Nebukadnesar yang secara terus – menerus pribadinya
memperluas wilayah kekuasaan negeri Babel. Dan sesudah beberapa kali mengalami
kemenangan di dalam peperangan yakni melawan Yehuda, maka Kerajaan Babel pun
menjadikan sebagian besar penduduk Yehuda, dan termasuk para pemimpinnya
seperti Raja Yoyakhim dan Yoyakhin dasn juga Zedekia yang dibutakan matanya
menjadi orang – orang tawanan dan pembuangan. Yehezkiel dan Daniel termasuk
dalam rombongan Yehuda yang mengalami pembuangan. Sekalian dengan barang –
barang yang berharga di dalam Bait Suci Yerusalem telah di rampok dan disimpan
di kuil dewa utama Babel. Periode masa pembuangan ini terjadi selama Tahun 597
– 538sM.
Selama berada di masa pembuangan tersebut – Kerajaan Babel
beberapa kali terjadi pergantian kepemimpinan. Nebukadnezar digantikan oleh
Emil Merodakh (Amel-Mardukh) yang berkuasa dan memerintah hanya dua tahun.
Kemudian dalam kelanjutannya Nergal – Sareser naik ke atas Takhta lalu diganti
oleh Labasi Mardukh dan diteruskan oleh Nabunidus. Karena selalu berkonflik
dengan para imam di Babylon, maka Nabunidus menarik diri dan digantikan oleh
anaknya yang menjadi raja terakhir Babel, yakni Belsyasar. Di dalam situasi
itulah, Deutero Yesaya (540 sM) hadir menghibur umat Yehuda semasa di
pembuangan.
Deutero Yesaya telah melihat dengan jelas, bahwa kerajaan
Babel sudah mulai melemah, sedangkan Kerajaan Persia di bawah pemerintahan Raja
Cyrus (Koresy) telah tumbuh menjadi kerajaan yang kuat di Timur Tengah. Oleh
karena itu, dia menubuatkan jatuhnya Babel dan ada kelepasan bagi Israel oleh
Raja Cyrus. Nubuat itu digenapi, ketika pada Tahun 540 sM, kerajaan Persia
mulai memerangi Babel. Kekalahan Babel memuncak, ketika pada tanggal 29 Oktober
Tahun 539 sM, kerajaan Persia memasuki negeri Babel (Daniel 5 : 30). Raja Cyrus
pun mengijinkan penduduk Yehuda kembali ke tanah airnya.
Untuk bagian khusus yang patut dimengerti, adalah seputar
nubuatan Deutero Yesaya mengenai kelepasan Israel, sebagai bangsa TUHAN. Ketika
itu Israel masih sedang berada dalam masa pembuangan di negeri babel. Semasa
pembuangan wajar kalau Israel sadar memperbarui hidup kerohaniannya di hadapan
TUHAN. Agar hidup kerohaniannya sebagai bangsa TUHAN itu senantiasa nampak dan
terjaga dengan baik. Dan kelak agar hidup kerohaniannya Israel memiliki
hubungan dengan TUHAN yang tidak terpisahkan. Melalui hubungan itu; Israel
menempatkan kebesaran TUHAN di atas segala kebesaran ‘allah kafir’. Selain
menempatkan kebesaran TUHAN adalah satu – satunya, sebagai Sang Pencipta langit
dan bumi. Lebih luas hendak menekankan, bahwa TUHAN memanglah Sang Penguasa
yang melepaskan Israel sebagai bangsaNya dari masa pembuangan. Di samping
Deutero Yesaya telah mengenal TUHAN, sebagai Sang Kudus yang tidak terpisahkan
dari Israel. Realitas TUHAN sedemikian itu – bagi Deutero Yesaya pun adalah
TUHAN bagi kehidupan universal.
Belum ditemukan tentang kejelasan yang ‘pasti’: Mengapa
Deutero Yesaya dihubung – hubungkan dengan Yesaya? Kemungkinan besar karena
penulis itu juga bernama Yesaya atau sebaliknya telah memiliki relasi kerohanian
dengan Nabi Yesaya. Namun, hampir dapat ‘dipastikan’, bahwa dia itu bekerja
pada bagian terakhir di masa pembuangan Babylonia (538 sM).
Justru yang pasti berdasarkan isi naskah itu dan jika
bertolak dari gagasan – gagasan seperti di atas; maka TUHAN sendiri yang
berkehendak agar Israel memperbarui hidup menempatkan keberadaannya di bawah
kebesaran TUHAN. Mengingat; Israel dari sejak dahulu kala adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari kebesaran TUHAN yang berkuasa atas Israel. Itu sebab;
Israel dikiaskan sebagai sejuknya pegunungan Libanon yang kelak sekira dapat
memberi kesejukan hidup bagi segala bangsa. Dan agar sekira segala bangsa dapat
hidup saling berkerohanian bersama – sama Israel di hadapan TUHAN, sehingga
dalam kehidupan bersama – sama itu tidak akan mengalami kehampaan dan kesia –
siaan. Bahkan segala bangsa di bumi akan terus – menerus melihat kebesaran
TUHAN yang pernah dilihatnya ketika Israel berkehendak kepada TUHAN, untuk
menginginkan sebuah kebebasan di dalam hidup kebangsaannya – terutama sebagai
bangsa pengembara menuju ke tanah yang dijanjikan ALLAH.
Hakekat kita adalah bangsa TUHAN, sebab itu ketika berada
pada sebuah kebebasan di masa kini dan hendak memasuki masa depan kehidupan –
sekira dapat menghadirkan hidup kerohanian yang senantiasa berada di bawah
kebesaran TUHAN. Dalam rangka menghadirkan dimensi hidup kerohanian yang sekira
dapat menjadi teladan dan memiliki kemampuan untuk menghantarkan segenap insane
manusia ke dalam dimensi hidup kerohaniannya pada keimanan dan ketaatan hanya
kepada kebesaran TUHAN.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar