Bacaan : Yakobus 1 : 19 – 27
TEKS
Yakobus memberi beberapa nasehat
praktis kepada orang-orang percaya saat itu. Nasehat pertamanya, bagiamana iman
diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari? Menurut ayat 19 dan 20 kita harus
cepat mendengar dan lambat berkata-kata, lambat untuk marah. Yakobus mau
mengatakan bahwa banyak permasalahan muncul dalam hidup karena lidah tidak
dikendalikan. Secara eksplisit bahkan dikatakan bahwa sekalipun orang itu
beribadah kepada Allah, tetapi kalau tidak mengekang lidahnya, itu menipu
dirinya sendiri. Bandingkan dengan Amsal 10 : 19 “Di dalam banyak bicara pasti
ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi.” Jadi jelas bagi
kita bahwa makin banyak bicara kemungkinan salah, juga semakin besar, karena
itu lebih baik kita menahan bicara kita. “Siapa menjaga mulutnya, memelihara
nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan”. (Amsal 13:3).
Yakobus dan Penulis Amsal tidak
melarang kita untuk bicara. Silahkan berbicara. Tetapi berbicaralahyang
membangun, yang konstruksi dan positif. Karena itu berpikirlah terlebih dahulu
sebelum kita berbicara. Dipukul dengan kata-kata itu jauh lebih sakit dibandingkan
dengan dipukul dengan tangan atau alainnya. Kalau orang sakit biasa bisa
disembuhkan, tetapi kalau orang sakit hati karena kata-kata kita, itu sulit
disembuhkan.
Nasehat Yakobus yang lain adalah
lambat marah. Marah itu sesuatu yang normal. Berbahagialah kalau kita masih
bisa marah, sebab kalau kita sudah sampai tidak bisa marah lagi, itu tandahnya
semua syaraf dan emosi kita sudah mati, kita dalam keadaan sakit parah. Masalahnya
bukan boleh atau tidak bolehmarah, melainkan apakah kita terlalu marah atau
lambat marah. Firman Tuhan mengatakan yang baik adalah lambat marah.
Orang yang lambat marah
menunjukkan bahwa dia (1)mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap orang
lain. Ada orang yang mempunyai daya toleransi rendah, sehingga orang yang keliru
sedikit saja, marahnya luar biasa. Inilah orang perfeksionis. Orang seperti ini
bukan hanya merugikan orang lain, melainkan menyiksa dirinya sendiri. Karena
tidak akan mungkin dia menemukan orang yang tidak pernah berbuat salah. Orang
yang mempunyai daya toleransi tinggi lebih mudah untuk memaafkan. Ini yang
dikehendaki Tuhan, sebab ia tidak suka menyimpan kesalahan orang lain, tetapi
memaafkan. (2) orang yang lambat marah adalah orang yang lebih cepat mengerti
orang lain. Ada orang yang maunya orang lain seperti dia. Dia mengukur orang
lain dengan dirinya sendiri.
Ada marah yang baik, yaitu amarah
Tuhan. Kalau Tuhan marah karena kita pantas dimarahi. Amarah Tuhan dapat
dikatakan sebagai marah yang kudusdan ini yang membedakan apakah kita pantas
marah atau tidak. Marah yang kudus adalah kalau kita marah melihat kebenaran,
keadilan dan kekudusan itu diinjak-injak. Yesus sangt marah ketika Bait Allah
dijadikan pasar, karena bukan hanya tidak pantas, tetapi di halaman Bait Allah
itu, kecurangan, kerakusan, penindasan, penipuan yang lainnya terjadi dengan
leluasa. Marah yang kudus juga terlihat ketika ada tindakan yang menimbulkan
penderitaan orang banyak atau menambah penderitaan orang yang sudah menderita.
Marah yang kudus tidak akan berubah menjadi benci, apalagi dendam. Cepat atau
lambat seseorang pasti marah, mampu atau tidak, seseorang mengendalikan dirinya
(emosinya), menurut Yakobus juga ditentukan oleh banyak atau sedikitnya hal
yang kotor (hal yang jahat) di dalam dirinya.
Nasehat terakhir dari Yakobus
adalah hendaklah kita menjadi pelaku firman bukan hanya menjadi pendengar saja.
Yang menjadikan kita sebagai orang Kristen bukan karena kita banyak mendengar
firman Tuhan, melainkan ketika kita melakukan firman Tuhan yang kita dengar
itu. Karena itu, kita tidak perlu ke sana dan kemari hanya untuk mendengar
pengkhotbah yang bagus. Yang lebih penting adalahapakah kita melakukan firman
yang kita dengar. Banyak orang Kristen yang menjadi pendengar firman yang setia
dan pengkhotbahyang hebat, tetapi sangat sedikityang menjadi pelaku firman
Tuhan yang benar dan bertanggung jawab. Yakobus sekali lagi menegaskan jangan
hanya menjadi pendengar, tetapi harus juga menjadi pelaku firman Tuhan
(bandingkan Matius 7:22 – 23).
KONTEKS
Mengenai latar belakang sebuah
kitab atau surat dalam Alktiab menolong kita untuk dapat memahami suatu kita
atau surat tersebut dengan lebih baik dan mudah. Rasul Yakobus adik Tuhan Yesus
mengirimkan suratnya kepada ke-12 suku di perantauan, yaitu orang-orang Kristen
Yahudi yang hidup terpencar-pencar di Palestina.
Yakobus sangat menekankan praktik
kehidupan Kristiani secara benar, seperti berbicara yang benar, mengendalikan
lidah, pratik kasih, ibadah yang sejati dan lain-lain sebagai buah-buah iman. Perhatian
utama Yakobus adalah ketekunan dalam bertobat kepada Allah dan berkembang dalam
menghayati moralitas Injil. Yakobus melihat hubungan yang erat antara iman
kepada Allah dan kasih kepada sesama.
PEMAHAMAN TEOLOGIS
1.
Yakobus begitu menekankan bahwa iman seseorang
yang merupakan hubungan khusus kepada Allah mesti terlihat atau menampakkan
wujudnya pada kasih kepada sesama dan perilaku hidup sehari-hari orang percaya. 2. Ibadah kepada Allah yang merupakan kegiatan seremonial dan ritual kerapkali dilakukan oleh orang percaya. Akan tetapi, perlu juga dipahami bahwa ibadah seremonial itu masih terus berlanjut dalam ibadah aktual (perilaku hidup sehari-hari).
3. Ibadah gereja atau ibadah persekutuan orang percaya memiliki beberapa aspek antarai lain aspek diakonal (pelayanan), aspek marturia (kesaksian), dan aspek pembinaan.
SBT/edisi 30/2016
Tidak ada komentar :
Posting Komentar