Bacaan : Kitab Filipi 1 : 18 – 26
TEKS
Dengan berpikir positif Rasul Paulus mengatakan bahwa ia
akan bersukacita atas apa yang ia kerjakan (akibat pekabaran Injil ia
dipenjara) dan atas apa yang dialami jemaat Filipi. Bagi Paulus suatu kematian
dalam Kristus bukanlah perkara sia-sia.
Teks Filipi 1:18-26 menjelaskan tentang harapan Rasul Paulus
kepada jemaat Filipi. Walupun Paulus
berada di dalam penjara ia tidak takut mati karena memberitakan Injil. Akan tetapi
ia ingin terus hidup karena ia ingin memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan
juga kepada jemaat Filipi (ayat 24 – 26).
Tantangan eksternal berasal dari para tetangga yang memusuhi
jemaat Filipi dan juga datangnya para pengganggu (para penginjil lain) membawa
keresahan dalam jemaat. Dari dalam penjara Paulus menasehatkan agar jemaat
Filipi terus berjuang memenuhi suatu hidup yang berpadanan dengan Injil. “apapun
yang terjadi” tulis Paulus “hiduplah dengan cara yang membawa hormat bagi kabar
baik tentang Kristus” (ayat 27).
Rasul Paulus yang dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil
pada perjalananpenginjilannya yang kedua (kis. 16 : 12), berhasil membentuk
sebuah komunitas Yesus Kristus di Filipi (jemaat Filipi). Namun, ia terpaksa
meninggalkan jemaat itu karena ada penganiayaan (1 Tesalonika 2:2). Tetapi jemaat
Filipi tetap setia kepada Paulus, paling kurang ada dua (2) kesempatan gereja
Filipi membantu Paulus, ketika ia ada di Tesalonika (Filipi 4 : 16). Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan Rasul Paulus dengan jemaat Filipi sangat erat dan
hangat (berakar). Karena biasanya Rasul Paulus dengan cermat membiayai
penginjilannya sendiri.
KONTEKS
Reaksi orang saat itu terhadap pemenjaraan Paulus tidak
sama. Ada yang sedih dan prihatin. Itu adalah reaksi yang wajar, sebab dipenjara berarti dibatasi ruang gerak
kebebasannya. Mereka kuatir bahwa pemenjaraan Paulus akan berakibat buruk pada
kelangsungan perwartaan Injil (ayat 12-13). Akan tetapi, ada pula orang
tertentu yang karena iri terhadap pelayanan Paulus, malah senang bila Paulus
dipenjara. Mereka senang bila Paulus susah karena melihat bahwa tugas pewartaan
Injil yang dilakukannya kini diambil alih oleh orang-orang itu (ayat 17). Ternyata
kedua hal itu sama sekali tidak menyusahkan Paulus. Pertama, karena di dalam
penjara ia tetap bebas bicara menyaksikan Injil (ayat 12). Kedua, karena
menjadi jelas bahwa ia dipenjara karena Injil bukan karena kesalahan (ayat 13).
Ketiga, karena keterpenjaraan Paulus malah menyemangati orang Kristen untuk
berani bersaksi bagi Yesus (ayat 14). Keempat, karena pewartaan Injil dengan
motivasi salah pun tetap berisikan kabar keselamatan Kristus. Itulah alasan
mengapa ia bersukacita (ayat 18).
Surat Paulus kepada Jemaat Filipi ditulis +/- tahun 50 M
dari penjara. Komunitas Kristen di kota Filipi hidup dalam keadaan yang cukup
rumit, di satu pihak mereka berjuang melawan tetangga-tetangga mereka yang
memusuhi mereka. Di pihak lain mereka disusahkan oleh para penginjil yang datang
kepada mereka dengan mengatakan hal-hal yang berbeda dan bertentangan dengan
ajaran Rasul Paulus.
Karena ia berada di dalam penjara, maka ia hanya dapat
menasehatkan mereka agar waspada terhadap pengganggu (para penginjil itu)
secara internal (ayat 27) dan terhadap lingkungan eksternal (ayat 28).
PEMAHAMAN TEOLOGIS
1. Keberadaan
Rasul Paulus di dalam Penjara dapat manjadi alasan untuk dia mengeluh kepada
Allah atas apa yang dialami. Akan tetapi, Paulus tidak menunjukkan keluh-kesah
sebagai pewarta Injil Kristus, sebaliknya ia berusaha untuk sebisa mungkin
bersukacita dalam penderitaan.
2. Bagi
Rasul Paulus hidup atau mati: demi dan dalam Kristus adalah kerinduan terdalam
Paulus, yaitu bahwa hidup atau matinya boleh mempermuliakan Kristus (ayat
20-21). Karena hubungannya dengan Kristus begitu akrab maka kondisi-kondisi
yang berubah-ubah tidak mempengaruhi kesetiaannya, kualitas kerohaniannya
maupun semangat pelayanannya. Sebaliknya penderitaan adalah kesempatan untuk
mengalami keindahan persekutuan yang lebih dalam bersama Allah dan orang
percaya (jemaat Filipi, ayat 18-19), dan membuat ia lebih berharap berjumpa
Kristus (ayat 23).
3. Untuk
Rasul Paulus yang penting dalam pengalaman hidup adalah ia tetap menyatakan
Kristus dan ia ingin memberi dirinya bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi jemaat
Tuhan. Alangkah hebatnya prinsip dalam kualitas pelayanan Paulus.
SBTDWI/GPIB/edisi30/april – juni 2016/JK.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar