Bacaan Yesaya 61 : 1-3
Saudara........
Orang sering mudah melupakan pengalaman tertentu, apalagi kalau sudah sibuk dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengalaman tertentu tadi. Itu biasa dan manusiawi saja. Termasuk dalam hal ini adalah pengalaman tentang kelepasan atau pembebasan dari situasi yang tidak menyenangkan. Padahal kalau saja mereka mencoba mengingatnya, maka ada peluang mereka dapat menyingkapi situasi itu dengan lebih baik.
Itu yang terjadi dengan bangsa Yahudi yang berada dalam pembuangan di Babylonia. Pembuangan adalah suatu kehinaan. Bagaimana tidak? Mereka adalah umat dari TUHAN yang telah membuktikan dalam sejarah mereka bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Dialah Tuhan yang berhasil membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir; bangsa adikuasa yang telah memperbudak mereka. Dia adalah TUHAN yang tak terkalahkan, Tuhan semesta alam. Tetapi ketika mereka dibuang ke Babylonia, dapat dibayangkan, betapa terhinanya mereka. Bisakah Tuhan semesta alam dikalahkan olleh bangsa Babel? Benarkah itu yang terjadi? Benarkah Tuhan kalah dengan dewa-dewa bangsa Babel?
Sebenarnya, bukan TUHAN mereka yang kalah dengan dewa-dewa Babel. Bangsa Yahudi sendiri yang bersalah kepada TUHAN karena melakukan dosa, yaitu memperkenankan dewa-dewa asing masuk dalam kehidupan mereka. Dosa terbesar dilakukan oleh Raja Manasye (2 Raja-raja 21:1-17) yang memperkenankan dewa-dewa bangsa Asyur masuk dalam Bait Allah. Itulah sebab utama dalam pemahaman mereka mengapa mereka dibuang. Ketidaksetiaan mereka terhadap TUHAN menyebabkan mereka dihukum TUHAN. Sebab ketika mereka meninggalkan TUHAN mereka, hancurlah mereka. Bangsa-bangsa lain dengan mudah datang menghancurkan mereka, menjajah dan menghina mereka. Bait Allah yang merupakan lambang keberadaan TUHAN dalam kehidupan bangsa Yahudi dihancur-luluhkan rata dengan tanah. Kesedihan terbesar dirasakan dengan pahit. Di manakah TUHAN ketika itu terjadi? TUHAN tidak ada bersama mereka. Dibuanglah mereka ke Babel, terutama para pemimpinnya. Mereka meninggalkan Yerusalem, kota kediaman TUHAN mereka. Dalam pembuangan mereka harus menghadapi kenyataan menjadi bangsa yang terjajah dan tidak dihargai lagi. Terhina dan terpuruk itulah keadaan mereka. Bangsa yang dahulu pernah dianggap sebagai umat pilihan TUHAN sekarang menjadi bangsa jajahan. Betapa terhinanya mereka. Tidak memiliki harga diri dan sama sekali tak berdaya. Mungkin mereka bisa sukses berbinis dan berusaha di pembuangan itu, akan tetapi apa artinya kalau itu tidak mendatangkan harga diri sebagai suatu bangsa merdeka.
Sementara kalangan atas di buang ke Babel, kalangan bawah rakyat kecil yang ditinggalkan di Yerusalem hanya bisa beribadah di reruntuhan Bait Allah itu dengan pusat ibadahnya di Batu Karang Sakral (sacred rock). Kemiskinan mereka memperburuk keadaan penjajahan mereka.
Dengan latarbelakang dan dalam suasana terpuruk dan terhina seperti itulah, Nabi Yesaya datang dan memberithukan janji TUHAN bagi bangsa Yahudi.
”Roh TUHAN Allah ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.” (ayat 1).
Sumber kekuatan Nabi Yesaya adalah Roh TUHAN Allah. Kalau nabi berani datang dan bernubuat kepada bangsa Yahudi yang tertawan di Babel, maka itu hanya dimungkinkan oleh kekuatan yang dimilikinya, yaitu Roh TUHAN Allah. Roh TUHAN adalah TUHAN sendiri. Ia hanya bisa bernubuat karena ia diperlengkapi dengan senjata yang ampuh, yaitu Roh TUHAN Allah. Inilah landasan kokoh bagi pekerjaan TUHAN. TUHAN tidak akan bisa bekerja dengan seseorang kalau orang itu tidak berada dalam satu pemahaman dan satu keadaan dengan TUHAN. Itu hanya terjadi ketika orang itu dipenuhi oleh Roh TUHAN. Karena itu, ia dapat memahami dan menyatakan kehendak TUHAN. Itu hanya bisa terjadi karena ia telah diurapi TUHAN. Pengurapan adalah tindakan pemberian Roh TUHAN. Pengurapan itu terjadi supaya nabi dimampukan melakukan tugas TUHAN. Tugas tersebut adalah : menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, merawat orang-orang yang remuk hati.
Bangsa Yahudi yang tertawan dan terhina, baik yang berada di pembuangan di Babel maupun yang tersisa di Yerusalem adalah mereka yang tertawan dan remuk hati ini. Nabi datang bagi mereka dengan kuasa TUHAN. Kepada mereka ada kabar baik, yaitu pembebasan sudah tiba dan masa kegelapan dalam penjara telah lewat. Itulah kabar dari TUHAN.
”untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembebasan Allah kita untuk menghibur semua orang berkabung.” (ayat 2).
Tahun rahmat TUHAN adalah masa ketika TUHAN hadir dalam kehidupan bangsa Israel dan bangsa Yahudi dengan segala kemakmuran dan kesejahteraan yang berasal dari TUHAN. TUHAN hadir dalam kehidupan nyata bangsa Israel, tidak lagi lewat perintah para raja manusia yang banyak sekali mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan. Mereka memungut pajak, menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang dan menindas rakyat kecil, dsbnya. Tahun Rahmat TUHAN adalah masa ketika TUHAN memerintah bangsa Israel lewat hamba-hamba TUHAN sendiri seperti halnya Samuel tanpa pajak dan penindasan seperti halnya yang dilakukan oleh raja-raja. Bagi bangsa Yahudi yang berada di pembuangan di Babel dan yang tersisa di Yerusalem, sudah tentu ini berita terindah yang dapat mereka harapkan.
”untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka ”pohon terbantin kebenaran,” ”tanaman TUHAN” untuk memperlihatkan keagunganNya.” (ayat 3 ).
Suatu masa depan yang indah dan menyenangkan adalah bagian dari kehidupan bangsa Yahudi setelah pembuangan. Itu dilukiskan dengan ungkapan-ungkapan berikut. Abu yang selama ini digunakan di dahi sebagai tanda perkabungan karena pembuangn, digantikan dengan perhiasan di kepala yang biasa digunakan untuk pesta. Tidak ada lagi kedukaan, tetapi sukacita. Pesta itu tambah semarak karena kain kabung akibat pembuangan akan digantikan dengan minyak. Juga nyanyian puji-pujian menggantikan semangat yang pudar karena tidak ada harapan akan kelepasan. Semua kedukaan akan hilang digantikan sukacita besar. Oleh sebab itu, bangsa Yahudi akan disebut ”pohon tarbantin kebenaran,” tanaman TUHAN.” Mereka bukan lagi pohan anggur yang ditebang dan dibakar, tetapi pohon rindang yang menghasilkan kebenaran TUHAN selalu. Tidak ada lagi penindasan atau dosa dewa-dewa asing. Hanya TUHAN saja Allah mereka.
Yang diharapkan TUHAN dari semuanya ini, yaitu pembebasan, sukacita dan pesta pora itu bukan untuk dinikmati oleh bangsa Yahudi sendiri. Tetapi kalau itu dikaruniakan TUHAN kepada mereka, mereka harus sadar bahwa itu TUHAN lakukan supaya nampak keagunganNYa, supaya TUHAN yang dimuliakan bukan hanya bagi kesenangan bangsa Yahudi.
Pembuangan terjadi karena kehidupan mereka tidak lagi taat kepada hukum TUHAN. Tidak taat kepada hukum TUHAN sama dengan tidak memperlihatkan keagungan TUHAN. Mereka telah merubah tujuan keterpilihan mereka sebagai umat TUHAN. Mereka tidak memperlihatkan keagungan TUHAN, tetpai keagungan diri sendiri. Ketika keagungan TUHAN sudah digantikan dengan kemuliaan diri sendiri dengan menindas yang lemah, maka disitulah awal kehancuran umat TUHAN. Itu terjadi karena Roh TUHAN sudah tidak lagi mereka miliki. Roh kesenangan dan kepuasan diri sendiri sudah menggantikan Roh TUHAN. Karenanya dapat dipahami bahwa TUHAN mengutus Nabi Yesaya dengan Roh-Nya.
Gereja terancam melanjutkan kesalahan yang sama dengan bangsa Yahudi, ketika yang menjadi pusat perhatian mereka hanya melayani diri sendiri dan tidak mau melihat ke sesamanya yang membuthkan. Perhatian kepada sesamanya yang membuthkan itulah wujud dari menyatakan keagungan TUHAN. ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk seseorang dari yang paling hina ini, kamu tidak malakukannya juga untuk Aku.” (Matius 25:44). ------J.T----SGD-----
Tidak ada komentar :
Posting Komentar