Bacaan1 Korintus 5 : 9 – 13
Jumat, 15 Jun 2012
Saudara terkasih ...
Jangan dikira air tenang itu akan terus menyenangkan. Kadangkala di bawah permukaan air yang tenang itu ada pusaran arus deras. Bisa juga ada buaya yang mengintai mangsanya. Jadi lebih baik berhati-hati atau ciptakan kondisi agar buaya ini dapat muncul kepermukaan air. Coba kita kenakan kondisi ini pada jemaat. Artinya begini. Jika anda melihat suatu jemaat tenang-tenang saja, jangan mengira bahwa tidak ada kesulitan mengintai dari dalamnya. Bisa juga bahwa bahaya itu hanya menunggu waktu tepat membuat malapetaka besar, menangkap mangsanya.
Tidak selalu, tetapi kadangkala kondisi ini diciptakan oleh sistem kepemimpinan Majelis Jemaat atau pendeta di jemaat. Maksudnya begini, ada pendapat, yang penting jemaat tenang, tidak ribut-ribut. Tujuan utama pendeta menjaga ketenangan jemaat. Sadar atau tidak terkadang dengan mengorbankan azas-azas berjemaat. Misalnya jemaat itu mempunyai misi untuk memberitakan Injil sukacita. Tetapi ada yang berpikir jika pekabaran Injil ini membawa kesulitan, lebih baik berdiam diri saja, daripada menimbulkan gejolak. Ada anggota Majelis Jemaat yang selingkuh. Daripada tegoran akan menimbulkan keributan, lebih baik mendiaminya. Dengan demikian jemaatnya tenang, tetapi kompromi dengan kejahatan demikian ini akan segera menimbulkan konflik yang berkelanjutan.
Jangan dikira air tenang itu akan terus menyenangkan. Kadangkala di bawah permukaan air yang tenang itu ada pusaran arus deras. Bisa juga ada buaya yang mengintai mangsanya. Jadi lebih baik berhati-hati atau ciptakan kondisi agar buaya ini dapat muncul kepermukaan air. Coba kita kenakan kondisi ini pada jemaat. Artinya begini. Jika anda melihat suatu jemaat tenang-tenang saja, jangan mengira bahwa tidak ada kesulitan mengintai dari dalamnya. Bisa juga bahwa bahaya itu hanya menunggu waktu tepat membuat malapetaka besar, menangkap mangsanya.
Tidak selalu, tetapi kadangkala kondisi ini diciptakan oleh sistem kepemimpinan Majelis Jemaat atau pendeta di jemaat. Maksudnya begini, ada pendapat, yang penting jemaat tenang, tidak ribut-ribut. Tujuan utama pendeta menjaga ketenangan jemaat. Sadar atau tidak terkadang dengan mengorbankan azas-azas berjemaat. Misalnya jemaat itu mempunyai misi untuk memberitakan Injil sukacita. Tetapi ada yang berpikir jika pekabaran Injil ini membawa kesulitan, lebih baik berdiam diri saja, daripada menimbulkan gejolak. Ada anggota Majelis Jemaat yang selingkuh. Daripada tegoran akan menimbulkan keributan, lebih baik mendiaminya. Dengan demikian jemaatnya tenang, tetapi kompromi dengan kejahatan demikian ini akan segera menimbulkan konflik yang berkelanjutan.
Rasul Paulus mensinyalir kejahatan lingkungan diluar jemaat Korintus
amat menonjol sehingga perlu menata kondisi jemaat secara positip dan
kondusip. Terdapat orang-orang cabul, kikir, penyembah berhala,
pengfitnah, pemabuk dan penipu yang ikut mempengaruhi situasi internal
jemaat. Jika kondisi ini dilakukan masyarakat diluar jemaat, biarlah
mereka dihakimi Allah. Tetapi apabila kejahatan ini dilakukan warga
jemaat, maka "usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah
kamu." (ay.19). Jangan mengembangkan kepemimpinan kompromistis dengan
menyebarkan kesalahan warga jemaat dan menimbulkan kekacauan luar biasa
yang tidak dikehendaki Allah. Kita perlu membedah kanker kejahatan, agar
tidak menular racun berbisa di Jemaat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar