MINGGU EPIFANI
MINGGU, 06 JANUARI 2013
Bacaan Alkitab : Mazmur 27:7-14
7 Dengarlah,
TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku!
8 Hatiku
mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya
TUHAN.
9 Janganlah menyembunyikan
wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah
pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah
penyelamatku!
10 Sekalipun
ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.
11 Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan
tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku.
12 Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu
lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang
yang bernafaskan kelaliman.
13 Sesungguhnya, aku percaya akan melihat
kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!
14 Nantikanlah
TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!
Ada banyak orang
kehilangan idealismenya pada masa ini. Misalnya, waktu mahasiswa dia menjadi
pembela orang-orang tertindas, dia berjuang menegakkan kebenaran, tapi setelah
dia bekerja atau mendapat jabatan, akhirnya dia sama ja dengan orang-orang yang
ditentangnya sewaktu dia menjadi mahasiswa atau dia diam saja melihat hal-hal
tidak benar yang dulu dia tentang. Ada seorang hakim yang jujur dan selalu
membuat keputusan yang adil. Dia tidak disenangi oleh teman-temannya yang suka
menerima suap, akhirnya dia dijadikan hakim “non palu,” yaitu hakim yang tidak
lagi memutuskan perkara dan hanya mengurusi arsip dan membantu di bagian tata
usaha. Tekanan yang dialaminya bisa membuat sang hakim kehilangan idealismenya.
Ada juga seorang yang waktu mahasiswa menjadi pembela buruh secara militan,
tapi setelah dia diangkat menjadi juru bicara penguasa akhirnya dia melawan
para buruh yang dulu dibelanya.
Orang bisa kehilangan
atau berubah idealisme. Ini dapat disebabkan setidaknya oleh dua hal. Pertama,
dia dikelilingi oleh orang yang berbeda idealisme, sehingga dia dibuat tidak
bisa melaksanakan idealismenya. Si hakim tadi adalah contohnya. Dia tetap pada
idealismenya yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan, tapi dibuat tidak
bisa menerapkannya di dalam pelayanannya. Dia masih tetap yang dulu, hanya
tidak lagi membela kejujuran dan keadilan di pengadilan. Pada pihak lain, ada
juga orang yang berubah idealismenya. Idealisme yang lama hilang dan diganti
dengan idealisme yang baru, yang sama sekali berbeda dari idealismenya yang
pertama. Contohnya adalah si mahasiswa yang dulu pembela kaum buruh tadi. Dulu
dia berada di pihak buruh untuk melawan penindasan dan perlakuan tidak adil,
sekarang dia justru membela pihak yang menindas dan memperlakukan tidak adil
para buruh. Jadi idealisme hilang atau berubah adalah sesuatu yang bisa, dan
bahkan sering, terjadi dalam hidup kita.
Bacaan tadi
mengingatkan kita pada dua hal; bahwa berada di tengah-tengah orang yang
berbeda idealisme dan menjadi musuh idealisme kita dan kalau kita jauh dari
Tuhan dapat menghancurkan kita. Dalam ayat 12 pemazmur meminta kepada Tuhan
supaya dia jangan diserahkan kepada nafsu para lawannya. Pemazmur sadar betul,
sebagai manusia dia bisa saja dipengaruhi oleh para musuhnya. Seandainya ini
terjadi, dia juga mungkin akan kehilangan idealismenya dan menjadi sama seperti
para musuhnya. Pemazmur sangat sadar dengan bahaya ini. Oleh sebab itu pemazmur
berdoa : “Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit
menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman.”
Kesadaran untuk menjaga diri agar tidak menjadi sama dengan orang-orang fasik
yang penuh kelaliman adalah satu hal yang sangat penting.
Hal penting lainnya
ialah membentingi diri dari musuh Tuhan dengan selalu mencari wajah Tuhan.
Pemazmur diingatkan oleh firman Tuhan untuk selalu mencari wajah-Nya. Karena
itu kata pemazmur. “… maka wajah-Mu kucari,
ya TUHAN.” (ayat 8b). Orang yang mencari wajah Tuhan adalah orang yang
hidup dalam pengawasan kasih Tuhan. Misalnya kalau kita menjaga seorang anak
kecil, maka kita harus terus menghadapkan wajah kita kepadanya supaya kita
mengetahui apa yang dia kerjakan dan dia akan selalu aman dari gangguan apapun
atau supaya dia tidak melakukan sesuatu yang akan melukai dirinya. Pemazmur
ingin menjadi seperti anak kecil ini di hadapan Tuhan. Dia ingin selalu berada
di wajah Tuhan supaya dia aman dari serangan musuh atau tidak melakukan hal-hal
yang tidak dinginkan oleh Tuhan. Kalau kita berada di hadapan wajah Tuhan, maka
pasti kita aman dan tidak menyimpang dari jalan Tuhan.
Pemazmur juga sadar
bahwa kadang dosa dapat membuat Tuhan memalingkan muka dari kita. Ungkapan
dalam ayat 9: “Janganlah menyembunyikan
wajah-Mu kepadaku …” adalah permohonan pemazmur supaya Tuhan tidak
meninggalkan dia. Biasanya kalau orang bermusuhan dia akan memalingkan wajahnya
dari kita kalau bertemu. Dia ingin menyembunyikan wajahnya, seolah dia tidak
mengenal kita. Pemazmur tidak mau itu terjadi kepadanya, karena itu dia memohon
supaya Tuhan tidak berpaling dari dia. Ini sangat penting, sebab pada saat
Tuhan memalingkan wajah-Nya maka bisa saja pada saat itu musuh menguasai dan
mengalahkan dia. Kalau Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dari kita maka tak ada
pertolongan bagi kita. Kalau tidak ada pertolongan maka dengan mudah kita
dikalahkan oleh musuh-musuh kita.
Walaupun Tuhan bisa
menyembunyikan wajah-Nya dari kita, karena dosa kita, tapi pemazmur sangat
yakin bahwa Tuhan itu Mahabaik. Ungkapan Tuhan yang Mahabaik ini dengan sangat
kuat digambarkan oleh pemazmur, bahwa Tuhan itu lebih baik daripada orang tua
kita. Kata pemazmur : “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan
menyambut aku.” (ayat 10). Di dunia ini yang paling baik pada kita adalah ayah
dan ibu kita. Tapi pemazmur mengatakan bahwa Tuhan melebihi orang tua kita.
Banyak terjadi orang tua membuang anaknya. Misalnya ada anak yang dibuang di
got, atau kalau anaknya melakukan
kesalahan tidak lagi diakui oleh orang tuanya sebagai anaknya. Tuhan tidak akan
pernah begitu. Seberdosa apapun kita, kalau kita memohon pengampunan pasti
Tuhan mengampuni dan mau tetap menerima kita sebagai anak-Nya. Inilah Tuhan
yang penuh kasih yang datang melalui Yesus Krsitus.
Dengan semua ini
pemazmur yakin bahwa dia akan melihat dan merasakan kebaikan Tuhan pada saat
hidup ini. Dari pengalamannya pemazmur meminta kita untuk menantikan Tuhan. Ini
penting, sebab kadang kita merasa seolah kita ditinggalkan oleh Tuhan. Dalam
kesusahan, kita sering bertanya apakah Tuhan masih ada bersama dengan kita atau
sudah meninggalkan kita. Pada penutup bacaan ini pemazmur meyakinkan kita
supaya selalu berharap kepada-Nya. Harapan ini tidak akan sia-sia, karena Tuhan
itu Mahabaik.
Saat ini tantangan
kita semakin banyak dan kuat. Sering kita melihat bahwa orang yang berbuat
jahat dan curang bisa hidup berkecukupan, bahkan kaya. Mereka bisa mendapat
jabatan yang bagus. Mereka cepat mendapat promosi kanaikan jabatan. Ada yang
berbuat tidak jujur tapi pangkatnya naik terus. Ada yang dengan menyogok bisa
mendapatkan posisi. Akhirnya kadang kita juga berpikir, mau melakukan seperti
yang dilakukan oleh orang lain. Godaan ini semakin hari semakin kuat. Berbuat
jujur dan adil bahkan membuat kita disingkirkan, seperti di hakim yang
dikatakan pada bagian awal tadi. Lalu, jalan pintasnya adalah melakukan hal
yang sama dengan orang lain. Inilah musuh kita saat ini.
Untuk menjaga diri
dari musuh, kita diingatkan kembali untuk waspada terhadap orang-orang yang
ingin menyesatkan kita. Kita tidak dapat menghindar dari bertemu dan bekerja
bersama orang-orang yang tidak jujur. Tapi yang penting, tetaplah pada
kejujuran dan keadilan. Mungkin kita dibuang oleh teman-teman kita, tapi itu
lebih baik daripada dibuang oleh Tuhan. Yang harus selalu kita usahakan adalah
tetap berada di hadapan wajah Tuhan. Dengan berada di hadapan wajah Tuhan kita
akan terhindar dari ancaman musuh. Kalau kita selalu berada di hadapan Tuhan
maka kita akan aman walaupun kita berbeda dari orang lain.
Bayangkanlah ada 2
anak kecil, yang satu dilepasakan oleh orang tuangnya, yang satu lagi ada di
hadapan orang tuanya. Yang dilepaskan orang tuanya mungkin saja sangat gembir,
dia bisa main lumpur, bisa melempar ke sana kemari, sementara yang dijaga orang
tuanya tidak bisa. Memang rasa gembira kedua anak ini beda, tapi yang berada di
bawah pengawasan, atau di depan wajah orang tuanya pasti lebih aman dan
selamat. Tinggal kita pilih mau menjadi yang mana.
SGD|GPIB|F.W.K/js|
KITAB MAZMUR
Penulis : Yang utama Daud,
tetapi terdapat pula paling tidak 7 penulis lain; Musa, Salomo, Asaf, Etan,
Heman, dan anak-anak Korah. Beberapa Mazmur tidak diketahui pengarangnya.
Waktu
Penulisan : Antara 1450 dan 430 SM. (Karena adanya berbagai penulis, rentang
waktunya panjang. Akan tetapi sebagian besar di tulis sekitar 1000 SM.).
Rentang
Waktu:
Sekitar 1000 tahun (yaitu periode sejak era Musa sampai kembalinya bangsa
Israel dari pembuangan di Babel).
Judul
Kitab
: Kata “mazmur” berarti “puji-pujian”, sebuah istilah yang mencerminkan
sebagian besar dari isi Kitab ini. “Mazmur” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “lagu yang dinyanyikan dengan iringan instrumen musik yang dipetik”.
Judul kitab ini dalam bahasa Ibrani berarti “lagu-lagu Pujian”.
Latar
Belakang : Mazmur merupakan kitab terpanjang dan di dalamnya terdapat pasal
terpanjang di dalam Alkitab (Mazmur 119). Kitab Mazmur terdiri dari atas 150
puisi yang digubah untuk disesuaikan dengan musik.
Ditujukan
Kepada
: Bangsa Israel.
Isi : Kitab Mazmur
digunakan sebagai kitab nyanyian di Bait Suci selama masa kerajaan, baik untuk
penyembahan publik maupun pribadi. Pembagian lima bagian dari kitab Mazmur ini
selaras dalam urutan maupun pemikiran dengan ke-5 Kitab Musa. Berdasarkan
keadaan beberapa penulis yang memberikan sumbangan pada koleksi ini sepanjang
periode waktu yang panjang, mazmur meliputi hampir setiap bidang dari
pengalaman dan emosi manusia: ketakutan melawan kepercayaan; amarah melawan
sukacita; dan doa dan pujian bagi Allah yang agung dari para pemazmur. Daud
menulis sebagian besar dari kitab Mazmur ketika ia lari dari Saul dan
pasukannya. Beberapa Mazmur mengacu kepada Allah Mesias, Yesus Kristus:
kedatangan, kematian, dan kebangkitan-Nya.
Kata
Kunci
: “Pujian”, “Percaya”. 150 Mazmur ini
penuh dengan “pujian” kepada Allah untuk semua kebaikan-Nya, karena segala yang
telah dan akan diperbuat-Nya. Umat Allah secara terus menerus dipuji karena
mem-“percayai” Allah atas segala perlindungan, kasih, dan pembebasan-Nya.
Tema : Dosa selalu
merupakan pemberontakan terhadap Allah. Dosa akan selalu dihukum. Hidup dalam
kebenaran yang disucikan membenci dosa. Allah mengasihi setiap pribadi kita dan
memperhatikan setiap aspek dari hidup ini. Kita dapat mendekat kepada Allah
sebagaimana adanya kita, dengan segala keperihatinan kita. Sebuah hidup yang
penuh pujian adalah sebuah hidup yang berkemenangan. Allah dapat dipercaya baik
pada masa penderitaan maupun pada masa sukacita.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar