Minggu, 28 April 2024
MINGGU V SESUDAH PASKAH
Bacaan Matius 20 : 1 - 4
PENDAHULUAN
Kitab Matius merupakan salah satu kitab Injil yang ditempatkan pertama di dalam Kitab Perjanjian Baru. Kitab ini sebagai pengantar Perjanjian Baru yang disusun dengan sangat teratur dan didalamnya berisi tentang Yesus sebagai Mesias dengan segala Karya layan-Nya. Secara khusus Injil Matius ini ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi, hal ini dikarenakan kecenderungan orang Yahudi yang menolak kehadiran Yesus yang hadir sebagai Mesias yang Rohani dan bukan hadir sebagai Mesias secara politis; meskipun Injil Matius ini tidak semata-mata hanya untuk orang Yahudi. Pada hakikatnya pengajaran di dalam kitab Injil Matius hendak menceritakan tentang kehidupan Yesus sekaligus menyakinkan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias serta la adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah; sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Disisi lain, dalam pengajaran-Nya; Yesus juga bicara tentang Kerajaan Allah. Ada pun pengajaran tentang Kerajaan Allah ini menjadi bagian yang sangat penting terkait Pemahaman tentang Kerajaan Allah secara benar yang harus dimiliki oleh umat dan semua orang percaya. Dalam hal ini Yesus mengangkat pengajaran tentang Kerajaan Allah dalam bentuk perumpamaan sebagaimana di dalam Matius 20:1 - 16
Perumpamaan seringkali menjadi bagian metode pengajaran yang dilakukan oleh Yesus sebagai cara Yesus agar pengajarannya dapat lebih mudah dimengerti ketika disampaikan melalui perumpaan terkait kehidupan sehari-hari. Pengajaran ini sangat penting disampaikan oleh Yesus, sebagai usaha-Nya untuk meluruskan pemahaman orang percaya yahudi agar memiliki Pemahaman terkait Kerajaan Allah dengan benar. Latar belakang dari perumpamaan ini dimulai dari Pertanyaan Petrus kepada Tuhan Yesus tentang hal apa yang bisa diharapkan para rasul sebagai imbalan atas pengorbanan dan pelayanan yang telah dilakukan oleh mereka (Matius 19:27 )
PEMAHAMAN TEKS
Matius 20:1 - 4 merupakan teks yang menjadi bagian dari perikop Matius 20 : 1 - 16 di dalamnya berisi tentang usaha Yesus menyampaikan Pemahaman tentang Kerajaan Allah dalam bentuk perumpamaan. Teks kita merupakan bagian awal dari cerita tentang perumpamaan pekerja di kebun anggur. Kebun anggur seringkali digunakan oleh Yesus sebagai latar belakang perumpamaan-Nya. Yesus menyajikan perumpamaan pekerja di kebun anggur untuk mengilustrasikan kebenaran pemahaman tentang motif salah yang dimiliki dalam hal pelayanan yang dilakukan terkait dengan Kerajaan Allah.
Perumpamaan ini dimulai dengan seorang tuan pemilik kebun anggur yang keluar pagi hari untuk mencari pekerja di kebun anggunya (ay. 1). Pada bagian ini, perumpamaan Kerajaan Sorga bukan dengan pemilik kebun anggur melainkan dengan keadaan penyewaan para pekerja oleh pemilik kebun anggur. Kata Pemilik Kebun berasal dari kata Yunani oikodespotës yang secara harfiah berarti tuan rumah. Dalam perumpamaan seringkali kata tuan rumah hendak menunjuk kepada Yesus atau Allah (lih.: Matius 10:25, Matius 13:27, Lukas 13:25 dan Lukas 14:21). Tuan rumah itu hendak mengibaratkan orang yang kaya dan berkuasa. Pemilik kebun sebagai orang yang kaya dan mempunyai kuasa, sehingga ia memiliki kemampuan untuk mempekerjakan orang-orang sebagai pekerja. Karena itu, pada ayat 1 secara jelas inisiatif mencari pekerja dimulai oleh tuan pemilik kebun anggur bahkan dilakukan sejak pagi-pagi benar. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan niat baik tuan pemilik kebun anggur yang hadir menawarkan pekerjaan. Pemilik kebun anggur ini hendak menunjuk kepada Allah sebagai pemilik akan kehidupan umat. Pada perumpamaan ini Allah sebagai pemilik kebun yang mencari pekerja, harus dilihat bukan karena la membutuhkan tenaga para pekerja. Tetapi, inisiatif pemilik kebun yang mencari pekerja hendak menunjukkan kemurahan hati/belas kasih yang dimiliki pemilik kebun, karena dengan mempekerjakan mereka maka para pekerja ini dapat diselamatkan dari kesulitan ekonomi (kemiskinan).
Pemilik kebun mencari pekerja yang bisa diupah harian dan membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan pekerja harian terkait besaran upah yang akan diberikan setiap hari yaitu sedinar/hari. Dinar merupakan koin perak Romawi yang biasa dibayarkan kepada seorang prajurit Romawi, sekaligus juga biasa diberikan sebagai upah pekerjaan satu hari. Setelah melakukan kesepakatan kemudian pemilik kebun menyuruh para pekerja pergi ke kebun anggunya agar menjalankan tugas sesuai kesepakatan yang ada (ay.2).
Inisiatif dan usaha Pemilik kebun tidak hanya dilakukan saat pagi-pagi benar, tetapi pada ayat 3 dijelaskan pada jam 9 pagi pemilik kebun keluar lagi untuk mencari pekerja dan menemukan para pekerja baru di Pasar. Pemilik kebun melihat ada orang-orang lain yang menganggur di pasar. Pasar merupakan tempat untuk menjalankan usaha dan penuh dengan keramaian. Pasar seringkali menjadi tempat pertemuan secara umum untuk mencari para pekerja upah harian. Pada saat itu ada orang-orang yang sering direkrut untuk bekerja secara harian dengan bekerja dari pagi sampai sore dan kemudian menerima upah di sore hari. Pastinya upah harian mereka hanya cukup untuk kebutuhan mereka pada hari itu saja. Para pekerja ini biasanya tidak berpendidikan bahkan memiliki status sosial ekonomi yang rendah. Namun, untuk bertahan hidup mereka tetap berharap dan menunggu seseorang dapat mempekerjakan mereka meskipun sebagai pekerja harian upah mereka sangat rendah bahkan seringkali mengalami penindasan.
Setelah mendapatkan pekerja di pasar, maka pemilik kebun kembali menyuruh pekerja yang baru ini pergi ke kebun anggurnya untuk melakukan pekerjaannya sebagai pekerja harian. Namun pada ayat 4 ada pernyataan pemilik kebun yang menyatakan "...dan upah yang adil akan kuberikan kepadamu". Pernyataaan pemilik kebun dibagian akhir ayat 4 menunjukkan sebuah pengharapan yang diberikan oleh pemilik kebun bahwa, meskipun mereka mulai berkerja di jam 9 tetapi pemilik kebun ini tetap akan memberikan upah secara adil. Bahkan ada penafsir yang menerjemahkan upah yang pantas. Hal ini dikarenakan waktu kerja harian dimulai Jam 6 pagi saat matahari terbit sampai dengan jam 6 sore saat matahari terbenam. Jika melihat teks selanjutnya di ayat 11 dan 12, ketika pembagian upah ternyata pekerja yang bekerja dari jam 6 pagi bersungut-sungut karena upah yang diterima oleh seluruh pekerja yang bekerja jam 6 pagi, jam 9, jam 12 dan pekerja jam 5 sore memperoleh upah yang sama yaitu 1 dinar.
Makna yang terkandung dalam perumpamaan tentang pekerja di kebun anggur hendak mengajak setiap orang percaya pada saat itu maupun saat ini untuk memahami tentang memasuki Kerajaan Allah bukan soal upah dari apa yang kita lakukan; melainkan tentang hak istimewa dari Allah yaitu Kasih Karunia dari Allah kepada umat-Nya. Hanya karena Kasih Karunia Allah setiap umat dilayakkan masuk dalam Kerajaan Allah. Saat umat dipanggil sebagai pekerja-pekerja Allah, harus dipahami bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan umat merupakan wujud nyata rasa syukur umat yang sudah dilayakkan masuk di dalam kebun anggur Kerajaan Allah. Karena itu melalui teks ini hendak diingatkan akan beberapa hal:
- Allah yang kita kenal dan sembah merupakan Allah yang penuh dengan Belas Kasih. Kasih Allah itu dinyatakan secara nyata dalam cara Allah mencari, menemukan dan melayakkan setiap orang yang menderita dan mau bertobat untuk menerima Kasih karunia Allah.
- Hal masuk dalam Kerajaan Allah merupakan Kasih Karunia Allah. Artinya setiap orang percaya bisa masuk dalam Kerajaan Allah hanya karena Kasih Karunia Allah dan bukan karena usaha yang dilakukannya sebagai manusia.
- Panggilan Allah yang setia akan terus mencari, menemukan dan merubah umat untuk siap sedia menjadi pekerja-Nya yang setia.
- Jemaat merupakan kebun anggur Allah di dunia ini yang harus selalu ditanami, disirami, dipagari dan dijaga agar dapat terus berbuah dengan baik; sehingga dapat membawa kebaikan hidup bagi orang-orang di sekitarnya.
- Setiap orang percaya dipanggil untuk selalu siap sedia menjadi pekerja-pekerja Allah yang bekerja di kebun anggur Allah untuk memangkas, mengatur, menggali, menyirami, memagari dan menyiangi dengan setia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar