IMAN MEMBUAT MANUSIA BERKENAN KEPADA ALLAH

Bacaan Ibrani 11 : 1 – 7
Saudara Terkasih ....
Pada bagian sebelumnya penulis kitab Ibrani mengemukakan hal iman (10:37-39). Pada bagian ini pasal 11:1-7 dan secara keseluruhan pasal 11, ia mendefinisikan dan menguraikan apa itu iman secara rinci. Uraian itu didasarkan pada kehidupan beberapa tokoh dalam Perjanjian Lama yang dimulai dari ayat 1-3 sebagai pendahuluan. Ayat 1, menjelaskan bahwa iman pada hakekatnya adalah kenyataan dan kepastian dari apa yang belum kita alami; ayat 2, bahwa iman membawa keistimewaan bagi tokoh-tokoh sejarah Israel; dan ayat 3, bahwa iman merupakan pandangan hidup yang khusus, yang mempengaruhi setiap pikiran dan kegiatan kita di dalam dunia ini, karena dengan iman kita mengerti bahwa dunia ini dijadikan dari apa yang tidak dapat kita lihat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman adalah dasar pandangan hidup yang benar karena itu tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Penulis kitab Ibrani mengangkat tokoh-tokoh Alkitab. Mereka memiliki pandangan hidup yang benar sehingga hidup mereka berkenan kepada Allah. Misalnya, Habel. Karena Habel memiliki pandangan hidup yang benar, maka ia mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari korban Kain sehingga Tuhan berkenan kepadanya; demikian Henokh, Allah berkenan kepadanya sebab ia bergaul dengan Allah selama hidupnya. Sebab itu ia tidak mati melainkan diangkat oleh Allah; Nuh, memiliki pandangan hidup yang benar yaitu taat pada perintah Allah untuk membuat bahtera supaya keluarganya selamat karena Allah akan menghukum bumi dengan air bah.
Saudaraku, mari kita mencontohi tokoh-tokoh Alkitab ini. Milikilah pandangan hidup yang benar yaitu iman supaya hidup kita berkenan kepada Allah. Sebab hanya dengan iman kita mampu melihat karya Allah dalam hidup kita yang belum kita alami saat ini, tetapi pasti akan kita alami.
(SBU, Kamis, 15 Maret 2012)
 
KJ. 38: 3,5
Doa: Tuhan, berilah kami iman yang teguh agar hidup kami berkenan Kepada-Mu

KATA SAMBUTAN BADAN PELAKSANA MUPEL GPIB BALI – NTB ( DALAM ACARA PEMBUKAAN SIDANG TAHUNAN MUPEL GPIB BALI – NTB 2012 )


Dengan penuh sukacita, Badan Pelaksana Mupel GPIB Bali – NTB menyambut kehadiran Bapak, Ibu dan Saudara selaku perutusan Jemaat – Jemaat GPIB se Mupel Bali – NTB dalam acara Sidang Tahunan Mupel tahun 2012 di hotel Bumi Asih Renon, Denpasar – Bali. Perjalanan pelayanan tahun 2011 – 2012 pun berakhir disini sekaligus memulai lagi pengembaraan di tahun 2012 – 2013 dengan harapan apa yang telah kita kerjakan dan laksanakan secara bersama – sama dalam mewujudkan kebersamaan di tahun 2011 – 2012 akan terus berlanjut bahkan semakin berkembang pada tahun 2012 – 2013.

Sidang Tahunan Mupel adalah wadah kita bermusyawarah guna menyatukan hati, pikiran dan sikap guna menjabarkan hasil Ketetapan Persidangan Sinode Tahunan yang baru saja berakhir pada 25 Februari 2012 yang lalu di kota Medan, Sumut serta mengarahkan kegiatan – kegiatan bersama untuk tugas pelayanan di tahun 2012 – 2013 dalam konteks regional Mupel Bali – NTB. Tahun pelayanan 2012 – 2013 akan diwarnai oleh proses pemilihan Diaken – Penatua GPIB serta pengadaan / pemilihan fungsionaris Unit – unit Misioner. Terkait dengan hal itu, PKUPPG menetapkan pada tahun 2012 – 2013 tema pelayanan GPIB adalah “Kepemimpinan Yang Membangun Masyarakat.” Di belakang tema ini, harapannya adalah Diaken – Penatua GPIB yang terpilih menjadi pelayan – pelayan Tuhan yang melayani dengan pola kepemimpinan yang membangun komunitas sosial disekitarnya yang berbasis sosio – religius.

Disamping melaksanakan tugas evaluasi terhadap pelaksanaan dan pengembangan program kerja dan anggaran tahun 2011 – 2012, Sidang Tahunan Mupel ini pun bertugas untuk menghasilkan program kerja yang baru pada tahun 2012 – 2013. Sidang Tahunan Mupel 2012 ini pun bersifat strategis mengingat terdapatnya program sinodal yakni Pemilihan Diaken – Penatua GPIB dan itu berlangsung selama enam bulan terhitung April s/d Oktober 2012. Bahkan sesudah proses pemilihan Diaken – Penatua itu selesai, berlanjut lagi dengan pengadaan unit – unit misioner, berupa pemilihan fungsionaris komisi – komisi dan Pelkat yang berlangsung November 2012 sampai dengan Maret 2013. Itu berarti berbagai aktifitas yang hendak dtetapkan pada tahun 2012 – 2013, hendaknya memperhatikan kebutuhan terhadap alokasi waktu dan dukungan anggaran yang tidak kecil di Jemaat – Jemaat, dengan lain perkataan menempati skala prioritas utama.

Mengingat fungsi Mupel adalah jembatan dinamis diantara dua kebutuhan, sinodal dan lokal Jemaat, maka kebutuhan atas kebersamaan di Mupel hendaknya tetap mencerminkan kekuatan kebersamaan itu seperti yang sudah kita nyatakan pada tahun – tahun sebelumnya. Satu agenda sinodal yang berskala besar yang akan dilaksanakan di tahun 2012 – 2013 adalah Ibadah Syukur Agung Pelkat Gerakan Pemuda, dimana Mupel GPIB Bali – NTB menjadi penyelenggaranya. Artinya dibutuhkan komitmen seluruh Jemaat untuk mensukseskan hal itu sekali pun harus melaksanakan proses pemilihan Diaken – Penatua GPIB. Disamping itu, kebutuhan atas pembentukkan lembaga UP2M di Mupel yang berbasis UP2M di Jemaat, hendaknya menjadi solusi terhadap pemberdayaan ekonomi warga di Jemaat, tegasnya sudah saatnya perekonomian warga kita tindak – lanjuti secara serius. Karena itu keberhasilan warga GPIB di Jemaat Ekklesia BUNR – Tuban dengan usaha anggur Roselanya dan warga GPIB Jemaat Eben haezer Gianyar dengan tepung ubi – kayunya, juga usaha warga GPIB Jemaat Maranatha Denpasar dengan ternak ikan lelenya, secara melembaga dapat ditingkatkan dan dimantapkan, sehingga seluruh Jemaat memiliki usaha pemberdayaan ekonomi.

Catatan terakhir, mengingat Sidang Tahunan Mupel 2012 ini menjadi sidang terakhir para Diaken – Penatua masa tugas tahun 2007 – 2012 yang juga berarti akhir dari tugas Pelaksana Harian Majelis Jemaat masa tugas 2010 – 2012, maka tidak ada salahnya jika pada kesempatan ini, atas nama Badan Pelaksana, diucapkan Terima Kasih banyak dengan memberi penghargaan yang besar atas semangat dan kinerja bersama yang ditunjukkan untuk mendorong dan mewujudkan kebersamaan baik secara melembaga melalui berbagai kegiatan mau pun perorangan di dalam wadah Mupel GPIB Bali – NTB. Harapan tentunya, dengan terpilihnya Diaken – Penatua masa tugas tahun 2012 – 2017 dan PHMJ masa tugas tahun 2012 – 2014 kekuatan kebersamaan kita di Mupel GPIB Bali – NTB tetap terpeliharan bahkan semakin matang dan mantap untuk menghadirkan kepemimpinan yang membangun masyarakat.

Secara khusus kepada Majelis Sinode GPIB yang hadir atas undangan Badan Pelaksana, untuk menyampaikan Kata Sambutan dan membuka Sidang tahunan Mupel ini serta memberi arahan dalam rangka penyusunan program kerja tahun 2012 – 2013, juga membawakan Penelaahan Alkitab tentang tema pelayanan GPIB tahun 2012 – 2013, diucapkan terima kasih. Demikian halnya kepada GPIB Jemaat Syalom Munang – Maning Denpasar sebagai pelaksana Sidang Tahunan Mupel 2012 dengan team kerjanya yang sudah bekerja keras untuk memberi yang terbaik kepada seluruh peserta dengan pelayanan yang maksimal, diucapkan terima kasih. Terakhir kepada fungsionaris BPPM yang baru terbentuk tahun 2011 dan yang akan berakhir masa tugasnya pada periode 2011 – 2013 diucapkan terima kasih atas kerja samanya dalam menunaikan tugas verifikasi bidang perbendaharaan Mupel.

Mari kita masuki Sidang Tahunan Mupel tahun 2012 ini dengan harapan Tuhan Yesus Kristus kepala Gereja, memberkati usaha kita untuk memantapkan dan mematangkan kebersamaan itu dengan menghasilkan program kerja dan anggaran tahun 2012 – 2013, Tuhan memberkati.


BADAN PELAKSANA MUPEL GPIB BALI – NTB,



Pendeta ADRIANO WANGKAY, S. TH
Ketua

“Kepemimpinan Masyarakat yang Membangun”,


Bacaan  Kej.1:28-29.
Pendahuluan
            Bacaan ini merupakan bagian cerita pertama tentang penciptaan dari Kejadian 1: 2:4a. Cerita penciptaan ini dipahami sebagai dokumen yang ditulis para imam bait Allah yang kedua, setelah bangsa Yahudi kembali dari Babelonia ke Yerusaem. Kepulangan mereka ke Yerusalem adalah dalam rangka kerajaan Persia ingin memberikan otonomi terbatas di wilayah kekaisarannya dengan mengangkat seorang gubernur dan imam besar diwilayah kekaisarannya. Selaku bangsa Yahudi yang baru kembali dari pembuangan, mereka perlu menyusun ulang identitas mereka sebagai suatu bangsa, setelah sekian lama hidup kacau balau di tanah pembuangan dan bagi mereka yang tertinggal di Palestina dan tidak turut ke Babilonia. Dalam kerangka itu pula timbullah kultus baru dan buku hukum (Torat) bagi mereka, termasuk cerita penciptaan ini. Cerita penciptaan dengan demikian  adalah cerita tentang dunia tempat hidupnya suatu komunitas dan kultusnya. Khususnya cerita penciptaan ini bertujuan pengudusan hari sabat oleh semua mahluk yang diciptakan Allah dalam langit dan bumi ini.
Dalam konteks yang lebih sempit dari Kejadian 1 s/d 2:4a cerita penciptaan ini dapat dilihat dari konteks kejadian 1:26-30.
Ayat 26-27 ; manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Yang mau ditegaskan disini adalah manusia bukan Allah, tetapi dia adalah gambar Allah dan gambar Allah adalah manusia itu sendiri, demikian pendapat E.G. Singgih. Kemudian dinyatakan juga disini kekuasaan manusia itu terhadap binatang (di udara, laut dan daratan).
Dalam ayat 27 dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan. Keduanya sama-sama diciptakan Allah. Ayat ini biasa dipakai untuk menegaskan tentang pemahaman, bahwa laki-laki dan perempuan pada hakekatnya sama di hadapan Tuhan. Yang satu tidak lebih tinggi dari yang lain derajatnya. Akan tetapi dalam kaum perempuan di Indonesia harus menghadapi tantangan kenyataan, bahwa begitu besar pengaruh paternalisme dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.
Dalam ayat 28 manusia diberikan keistimewaan, yakni ia diberkati dalam rangka melanjutkan kehidupan dan menaklukkan dan berkuasa atas yang lain ; hewan, tumbuhan dan lingkungan alam sekitar. Dalam masa tertentu, orang Kristen memakai nas ini secara berlebihan untuk mengesahkan perbuatan manusia dalam mengeksploitasi sehabis habisnya. Akan tetapi kemudian, E.G.Singgih menawarkan agar melunakkan pengertian menaklukkan dan berkuasa itu, sehingga tidak diartikan menaklukkan dan berkuasa mutlak 100%, melainkan mengisi dan memaknainya dengan makna “membangun” dan “memelihara” dalam rangka bertanggung jawab atas masa depan bumi (alam dan kehidupannya) yang merupakan habitat manusia.
John Titaley berpendapat, bahwa gagasan kepemimpinan GPIB untuk melayani masyarakat, agaknya tidak cukup hanya melihat dari sisi Kitab Kejadian, tetapi perlu juga melihat gagasan ini dalam surat-surat Paulus, misalnya 1 Korintus 12:3. Saulus bisa menjadi Paulus selaku seorang pemimpin yang dahsyat, itu hanya terjadi oleh karena pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus itulah yang dapat mengendalikan (perasaan, keinginan dan nafsu-nafsu rendah manusia), membedakan yang benar dan yang baik, yang adil dan yang tidak adil.
  Adalah tugas para presbiter/pemimpin-pemimpin GPIB untuk menyiapkan seluruh warganya menjadi warga yang dibaharui dan terus menerus memberi diri dibaharui oleh Roh Kudus, agar dapat tampil dengan gagasan gagasan dan keteladanan kepemimpinan dalam masyarakat luas. Disini pula kita melihat perlunya peningkatan peran Pelkat dalam keluarga. Pribadi yang baik bertumbuh dari keluarga yang baik, keluarga yang baik menjadikan masyarakat dan bangsa yang baik.

Pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi :
1.     Tantangan tantangan apa yang dihadapi oleh kaum perempuan dalam keluarga, gereja dan masyarakat dalam rangka berpartisipasi dalam kepemimpinan gereja dan masyarakat?

Tindakan-tindakan seperti apakah yang menjembatani hubungan hubungan kita dengan kelompok-kelompok masyarakat yang beraneka ragam

ARAHAN UMUM MAJELIS SINODE GPIB

      PENGANTAR

Persidangan Sinode XVIII Tahun 2005 telah menetapkan Tema KUPPG Jangka Pendek II Tahun 2011 – 2016 yaitu “Membangun tatanan kehidupan masyarakat yang rukun dan adil” berdasarkan Roma 15 : 5-7).  
Persidangan Sinode XIX GPIB Tahun 2010 telah menjabarkan tema tersebut kedalam 5 (lima) tema tahunan sebagai berikut : Tema tahunan I (2011 – 2012) : “Manusia Baru yang terus menerus diperbaharui"  (Efesus 4 : 23-24), Bidang Prioritas yaitu Teologi dan Pembangunan Ekonomi Gereja (PEG), Kegiatan Pokok yaitu PST II Medan dan Konven Pendeta GPIB, Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI;

Tema Tahunan II (2012 – 2013) : “Kepemimpinan yang membangun masyarakat” (Kejadian 1 : 28-29), Bidang Prioritas yaitu Pelayanan dan Kesaksian  (PelKes) dan PPSDI – PPK, Kegiatan Pokok yaitu PST  III di SULSELBARA dan Pemilihan ( Diaken, Penatua dan Pendeta, pengurus PELKAT ) serta Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI;  

Tema tahunan III (2013 – 2014) : “Kemitraan dan kesetaraan demi kesetia-kawanan social” (Galatia 3:28), Bidang Prioritas yaitu Informasi – Organisasi – Komunikasi (Inforkom) dan Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI;

Tema tahunan IV dan V dapat dilihat selanjutnya dalam PKUPPG.

Dalam tahun 2012 di semua Jemaat GPIB akan diselenggarakan Pemilihan diaken dan penatua masa tugas 2012 – 2017. Untuk menyiapkan Jemaat-Jemaat GPIB menyelenggarakan Pemilihan Diaken dan Penatua masa tugas 2012 – 2017 sesuai amanat PS XIX Tahun 2010, Majelis Sinode telah menyampaikan Petunjuk Pelaksanaan (JukLak) Pemilihan Penatua dan Diaken kepada Jemaat-Jemaat GPIB dan memberikan pengesahan terhadap Panitia Pelaksana Pemilihan Diaken dan penatua yang diajukan oleh Jemaat-Jemaat.  

PST telah mengeluarkan ketetapan mengenai hubungan GPI dan GPIB. Direncanakan setelah Persidangan Sinode Tahunan ini, GPIB bersama “ketiga saudara tua”, yaitu : GMIM, GPM, GMIT bersama BPH GPI akan duduk bersama menyelesaikan masalah tersebut.
Sebagai Mandataris Persidangan Sinode, Majelis Sinode telah melaksanakan dengan baik KONVEN dan PST GPIB 2012 di Medan Sumatera Utara.

 APA YANG AKAN DIKERJAKAN OLEH GPIB DALAM TAHUN 2012 – 2013 ?

Dalam terang tema Jangka Pendek II dan Tema tahunan 2012-2013 yang tersebut diatas, maka Program Kerja Sinodal GPIB Tahun 2012 – 2013 harus bercirikan hal “Membangun masyarakat yang rukun dan adil melalui kepemimpinan” dengan bidang Prioritas yaitu Pelayanan dan Kesaksian  (PelKes) dan PPSDI – PPK, Pemilihan ( Penatua dan Diaken serta pengurus PELKAT), PST  III di SULSELBARA, dengan Kegiatan Eksternal yaitu Sidang MPL PGI.
Salah satu kegiatan penting yang akan kita kerjakan dalam tahun 2012 ini adalah Pemilihan Penatua dan Diaken masa tugas 2012 – 2017.  Diaken dan Penatua yang akan terpilih dalam Pemilihan Diaken dan Penatua itu bersama-sama dengan Pendeta yang ditempatkan oleh Majelis Sinode di Jemaat akan menjadi anggota Majelis Jemaat masa tugas 2012 – 2017.  Sebagai anggota Majelis Jemaat para Diaken dan Penatua itu akan menjadi Pemimpin-Pemimpin dalam Jemaat. Oleh karena itu tema tahun 2012-2013 tentang kepemimpinan amat relevan dengan kegiatan kegiatan yang akan kita lakukan.
Berbicara mengenai Kepemimpinan, maka kita berbicara tentang pemimpin dan orang-orang atau warga jemaat yang dipimpin. Pemimpin umat tidak bisa terlepas dari masyarakat dimana gereja itu berada, seperti halnya ; Jusuf yang memberi kontribusi pengetahuan atau hikmatnya bagi bangsa Mesir (Kej. 41.), Ezra dalam kepemimpinan kerajaan Persia (Ezra 7), Seruan Yeremia untuk mengusahakan kesejahteraan kota ( Yeremia 29:7 ). Yesus yang hidup pada zamannya, Ia juga berinteraksi dengan masyarakat dimana Ia berada. Ia menyembuhkan manusia dari penyakit-penyakit ( jasmaniah, rohaniah, sosial ) yang merusak keutuhan manusia dan lingkungan sosialnya. Yesus lakukan semuanya itu ketika Ia menyembuhkan orang berpenyakit kusta. Ia menghendaki orang berpenyakit kusta itu jasmani, rohani dan hubungan sosialnya utuh kembali. Menjalin hubungan sosial itu artinya mengakui, menghargai adanya kehadiran orang atau kelompok lain  ( masyarakat, agama, suku, ras, gender) hidup bersama kita. Konteks masyarakat sebagaimana dalam PKUPPG atau yang terus berkembang sampai sekarang ini wajib kita perhatikan kembali, seperti : masalah kemajemukan, kemiskinan, penegakan Hukum dan HAM, kebebasan beribadah, kesenjangan ekonomi, meningkatnya konflik horizontal serta egoisme kelompok, korupsi dan bahaya HIV/AIDS. Sikap-sikap ; kepedulian, kerelawanan (Voluntarism), kedermawanan (Philantrophism) terpinggirkan oleh sikap-sikap materialistis, individualistis dll.
Jadi, para pemimpin umat adalah pemimpin bersama umat/masyarakat, melayani dan memberdayakan mereka, bukan semata mata berkuasa atas mereka, apalagi memanipulasi mereka. Kuasa seperti itu ada pada Yesus, karena Ia memakai kuasa-Nya untuk menyelamatkan, mendamaikan, memberdayakan, supaya manusia hidup dalam damai sejahtera, seperti yang diharapkan dalam kedatangan kerajaan-Nya. Mengutip penceramah E.G. Singgih yang menyatakan, bahwa kepemimpinan bersama dalam kejadian 1 merupakan bibit dalam kepemimpinan baik dalam keluarga maupun kepemimpinan demokratis dalam masyarakat dan bangsa.
Kita wajib melengkapi warga Jemaat agar mereka selaku warga sidi gereja menyiapkan diri untuk dipilih menjadi pemimpin umat yang menghayati visi dan misi GPIB, memiliki iman yang dewasa, karakhter yang kuat, kompetensi untuk menatalayani dan komitmen untuk membangun persekutuan, mewujudkan keesaan oikumenis dan hadir dalam masyarakat Indonesia yang pluralistis. Pdt. John Titaley mengutip Weber, bahwa seorang pemimpin disebut demikan apabila ada claim dari dan ada belief dari orang lain terhadap pemimpin itu. Semua Penatua dan Diaken, yang diteguhkan, para Pendeta Jemaat, dan utamanya selaku Ketua Majelis Jemaat yang ditempatkan oleh Majelis Sinode sepatutnya menjadi pemimpin-pemimpin umat yang memiliki komitmen kuat untuk memberdayakan dan membangun umat serta membangun bersama masyarakat, kepemimpinannya diakui dan dihargai didalam Jemaat dan masyarakat.

Majelis Sinode GPIB sangat mengharapkan dari semua Pendeta/Ketua Majelis Jemaat untuk dapat menyelenggarakan Pemilihan Penatua dan Diaken nanti dalam suasana penuh damai sejahtera. Untuk itu semua Pendeta/Ketua Majelis sebagai Ketua Panitia Pemilihan Penatua dan Diaken wajib memahami dengan baik Peraturan tentang Pemilihan Diaken dan Penatua  dan Petunjuk Pelaksanaan (JukLak) yang telah disampaikan oleh Majelis Sinode.
Pada tahun 2012 ada 7 (tujuh) orang Pendeta Organik GPIB akan memasuki masa pensiun dan GPIB akan menerima sekitar 26 orang Pendeta baru yang telah menyelesaikan vikariat tahun ke – 2.  Pada tahun 2012 ini GPIB juga akan menerima lulusan dari ke empat Perguruan Tinggi Teologi yang didukung oleh GPIB  dan yang memiliki Surat Rekomendasi Gereja GPIB untuk menjalani masa vikariat.  Dari satu sisi sebagai lembaga kita semakin banyak merekrut tenaga baru dan pada sisi lain semakin bertambah tanggung jawab terhadap personil pendeta-pendeta GPIB yang berdampak financial. Saat ini GPIB masih kekurangan tenaga pendeta, baik untuk Jemaat maupun Pos-pos PELKES. Banyak Pos Pelkes yang belum memiliki tenaga Pendeta sehingga 1 (satu) orang Pendeta harus melayani beberapa Pos Pelkes. Sejumlah Jemaat sudah memerlukan lebih dari seorang pendeta dalam Jemaatnya. PST merekomendasikan kepada Majelis Sinode untuk melakukan kebijakan sehubungan pembatasan penerimaan calon vikaris dengan standard IP minimal 2,75.  
Melalui Sidang Tahunan MUPEL Bali NTB ini Majelis sinode GPIB menyatakan terima kasih kepada Jemaat-jemaat BALI NTB yang setia melakukan komitmennya untuk menjalankan ketetapan Persidangan Sinode dengan melunasi kupon dana pensiun dan menyetor persepuluhan masing-masing jemaat. Inilah hal penting dari kepemimpinan yang didambakan sekarang ini yaitu  keteladanan dalam tindakan.
Kiranya Sidang MUPEL Bali NTB ini dapat melaksanakan program GPIB di wilayah dan di Jemaat-Jemaat Bali-NTB untuk terus menerus membangun jemaat-jemaat GPIB yang missioner.
Selamat bersidang, Tuhan Yesus memberkati !

     Soli Deo Gloria!

     Majelis Sinode GPIB





ALLAH MENGINGAT UMAT PILIHANNYA

Bacaan Kejadian 8 : 1 – 5 
Saudara terkasih ...
Allah mengingat pilihan-pilihan-Nya, seperti: Nuh dan seisi bahtera yang bersama-sama dengan dia di dalam bahtera. Melalui kuasa Allah yang dahsyat, maka Allah menghadirkan angin berhembus melalui bumi dengan satu tujuan hendak menurunkan ketinggian air bah. Dan melalui kuasa-Nya - Allah menutup mata-mata ir yang ada di samudera raya serta di tingkap-tingkap di atas langit, maka berhentilah hujan lebat dari langit. Membuat air bah di atas permukaan bumi menjadi surut. Dan bahtera terkandas di pegunungan Ararat.
Begitu bagi kehidupan kita yang merasa selalu diingat oleh Allah, maka akan memasuki kehidupan yang baru di masa yang akan datang.
 Secara simbolis; bahwa kehidupan yang ada di atas bahtera dan kematian yang sudah terjadi di luar bahtera - adalah simbol adanya hukum alam semesta yang harus ditaati, sebagai bagian terkecil dari kandungan hukum Allah. Problem sekarang: apakah berikutnya kita dapat mentaati hukum Allah?
Karena itu, kita adalah bagian terkecil dari hukum alam semesta dan pribadi kita berada di dalam kandungan hukum Allah. Hukum Allah mengamanahkan agar kita selalu menjaga keseimbangan hidup antara kita yang berada di dalam hukum alam semesta dengan hukum Allah yang memperlihatkan kemahakuasaan Allah terhadap hukum alam semesta. Di antara kita jangan melanggar dan menodai hukum alam semesta, sebab sama hal melanggar dan menodai hukum Allah. Jika kita melanggar dan menodai hukum hukum alam semesta, maka akan menimbulkan hukuman dari Allah. Katakanlah hukuman dari Allah yang dapat dilihat dari peristiwa air bah - itu dilakukan Allah demi menjaga agar bumi jangan menghukum kehidupan manusia. Hanyalah Allah melaui hukum-Nya mengatur tertib kehidupan manusia di bumi. Karena itu, tidak ada alasan bagi Nuh dan yang lain, dan terutama kita untuk mentaati hukum Allah, terutama ketika memasuki perkembangan kehidupan yang membutuhkan Rahmat Tuhan.

ISRAEL BERSEKUTU DENGAN BANGSA LAIN

Bacaan Hosea 7 ; 8 – 13

Saudara yang terkasih ... 
Israel sebagai umat Tuhan secara sadar hidup "mencampurkan" dirinya diantara bangsa-bangsa lain. Keadaan itu digambarkan oleh Hosea dengan beberapa gambaran yakni: roti yang matang sebelah tidak dapat dimakan (8), rambut beruban (9), merpati tolol yang tak berakal (11). Roti yang matang sebelah, menggambarkan keadaan Israel yang "setengah hati" percaya kepada Allah. Karena itu ketika Israel bercampur dengan bangsa lain, mereka kehilangan identitasnya sebagai umat Allah.
 "Rambut beruban", menggambarkan keadaan Israel yang selalu merasa mampu tapi sebenarnya telah kehilangan kekuatan. Seperti Simson yang merasa hebat, namun Roh Tuhan telah meninggalkan dia. "Merpati Tolol" menggambarkan sifat Israel yang bermuka dua, yang tidak pernah setia terhadap siapapun. Gereja diutus kedalam dunia untuk menjadi berkat bagi dunia. Dalam pengutusannya itu ada dua bahaya yang dihadapinya. (1). Bahaya "Pemisahan diri". Gereja memisahkan diri dari dunia, menganggap dunia jahat, sehingga gereja tidak menjadi berkat bagi dunia. (2). "penduniawian hidup". Gereja "mencampurkan" diri dengan dunia, kehilangan identitasnya.
Hidup kita tidak pernah terisolir dari dunia. Yesus tidak pernah menganjurkan kita memisahkan diri dari dunia. Ia mengutus kita menjadi berkat bagi dunia (bnd. Mat 5 : 13 - 16).
Dalam kehadiran kita sebagai anak Tuhan janganlah kita menjadi seperti roti yang matang sebelah, artinya setengah-setengah adalah tanda kematian (bnd. Bendera setengah tiang). Yang setengah-setengah akan dimuntahkan (Why 3 : 16). Jangan seperti "rambut beruban", merasa mampu, padahal Tuhan sudah meninggalkan kita. Jangan pula seperti merpati tolol, yang bermuka dua, tidak setia kepada Tuhan dan sesama. Karena itu jangan pernah berkompromi dengan dunia.(Sabtu, 25 Feb 2012, SBU)
KJ.424 : 3
Doa: Jauhkan kami ya Tuhan, dari hidup yang suka berkompromi dengan yang jahat

AKU MENGINGAT SEGALA KEJAHATAN MEREKA

Bacaan Hosea 6 : 11 – 7 : 2

Saudara Terkasih ...
Allah dalam kasih-Nya dengan penuh kesabaran menunggu Israel umat-Nya yang tidak setia bertobat (7:1a). Tetapi yang nampak justru adalah melakukan kejahatan terus menerus: menipu, mencuri, merampas seperti korupsi yang sudah tersebar. Rintangan yang paling besar untuk pemulihan bangsa itu ialah perbuatan-perbuatan cabul yang membawa mereka melupakan Allah. Dari sudut moral dan sosial nampak disini kebobrokan sebuah masyarakat tanpa hukum. Dalam masyarakat seperti itu bukan hanya perampokan dan bandit yang menyebarkan teror, tetapi juga para imam yang telah membuat agama tidak manusiawi bahkan menjadi arena pembunuhan (7:1). Semuanya itu terjadi sebagai sebuah tragedi akibat janji perkawinan yang diabaikan (6:7) dan persundalan dengan setiap pelanggaran. Hidup mereka benar-benar dikuasai oleh hawa nafsu kejahatan. Dalam kondisi seperti itu tidak pernah terpikirkan bahwa "Allah mengingat segala kejahatan mereka". Semua kejahatan mereka sangat jelas dihadapan Allah (7:2).
Sama seperti Israel, kita pun selalu gagal. Tetapi Allah dalam kasih setia-Nya menunggu dengan penuh kesabaran agar kita sampai pada pertobatan. Allah melakukan semuanya itu, karena Allah tidak menghendaki kita menderita dan akhirnya binasa. Dalam konteks masyarakat Indonesia, itulah yang sedang terjadi sekarang : penipuan, pencurian, perampasan dalam bentuk korupsi. Rintangan yang paling besar bagi kita dan bangsa ini karena kita hidup membelakangi Allah dengan melakukan berbagai kejahatan tanpa merasa bersalah. Kebobrokan hidup nampak jelas, karena hukum tidak lagi dipatuhi. Semua itu menjadi semacam tragedi akibat ketidaksetiaan kita kepada Allah. Pertobatan menjadi soal yang tidak terpikirkan lagi. Dewasa ini tidak sedikit orang menganggap Tuhan sebagai bahan tertawaan, yang tidak lagi relevan dengan kehidupan sekarang. Tapi ingat Allah melihat, sebab tidak ada sesuatu apa pun yang tersembunyi di hadapan Tuhan.  Jumat, 24 Feb 2012.SBU,

UMAT YANG TIDAK BERPENGERTIAN

Bacaa Hosea 4 : 11 – 19 
Saudara terkasih .......
Bagaikan Gomer yang terseret dan kemudian tersesat dalam kenikmatan perzinahan, demikian umat Tuhan terseret dan tersesat dalam penyembahan kepada Baal. Cara hidup Israel seperti ini telah menyebabkan anak-anak Israel berzinah (ikut menyembah Baal). Hidup generasi tua tidak menjadi contoh yang baik baga generasi muda. Para imam membiarkan Israel terseret dalam kebodohan mereka. Bangsa yang dulu hidupnya pernah diterangi oleh Allah, dapat berpaling dan berdoa kepada ilah yang terbuat dari kayu. Hal ini mengungkapkan adanya "kekacauan pikiran" secara rohani (Yeh 21:21). Sebagai pengganti dan sekaligus sebagai saingan Bait Allah di Yerusalem, mereka mendirikan tempat ibadah yang menarik di puncak-puncak gunung.
Melalui Hosea, Allah mengingatkan Yahuda (saudara di Israel Selatan) agar tidak mengunjungi tempat-tempat favorit saudara-saudaranya di Utara yang disebutnya Bet Awen ("rumah kejahatan"). Mereka yang menyembah berhala seperti ini akan dipermalukan oleh Allah.
Dalam kehidupan sekarang, masih banyak orang yang disebut manusia modern mempercayai kuasa kegelapan. Mereka melakukan hal ini dengan berbagai alasan yang bertentangan dengan iman. Tidak ketinggalan ada anak-anak Tuhan yang hidup dalam kegelapan seperti ini. Hal ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpengertian yang benar tentang Allah dan keimanannya. Kita menjadi heran ketika kita emndengar seorang pengikut Tuhan yang setia, begitu mengalmai kesulitan, setelah merasa doanya tidak dikabulkan Tuhan, mencari kekuatan lain diluar Tuhan. Siapapun yang membujuk kita ketika kita berada dalam keadaan kritis sekali pun untuk bergantung pada kekuatan lain, patut kita tolak. Mari membangun satu kehidupan iman yang benar, agar kita menjadi umat yang berpengertian (band. Efesus 4 : 13,14). Karena kehidupan yang tidak berpengertian akan runtuh.SBU, Rabu 22 Februari 2012

Pesan DEWAN-PERSEKUTUAN KAUM PEREMPUAN GPIB


Salam Sejahtera ,
Kita patut bersyukur, karena dalam perjalanan hingga 47 tahun ini, Tuhan telah memimpin dan memberkati pelayanan Pelkat-PKP GPIB.  Seumpama hidup ini sebuah perahu dan tahun 2012 adalah  lautan lepas, kita baru mengangkat sauh dan memulai pelayanan. Segala  asa tentang  hidup yang lebih cerah menggumpal di dada. 
Langit cerahkah yang akan kita jelang ?  Entah … Tetapi  apa-pun  itu  : “eben - haezer.”     Apa itu ??    Suatu kali di suatu masa , untuk mengenang karya kasih dan pertolongan Tuhan dalam hidup  bangsanya , Samuel   mendirikan  batu  peringatan, Ia menamainya : eben-haezer , yang  artinya : sampai  disini Tuhan menolong kita
Bertolak dari sana, mereka  jelang  hari esok  dengan keyakinan  iman  :   Tuhan   sudah menyertai  mereka  dimasa  lalu ,  Tuhan  pula   yang  akan menyertai  mereka  di masa  yang  akan   datang. 
Dengan  keyakinan  itulah  Pelkat PKP GPIB  menyambut Hari Ulang Tahun yang ke-47, pada tanggal 18 Pebruari 2012, dengan Tema : “MANUSIA BARU YANG TERUS MENERUS DIBAHARUI“ (Ef.4:23-24) dan Sub Tema : “PEREMPUAN YANG DINAMIS, KREATIF DAN MISSIONER”, diharapkan Ibu - Ibu dapat berperan terus mengembangkan diri untuk terlibat dalam gerak pelayanan  gereja dan  masyarakat serta meningkatkan aspek spritualitas dalam keluarga , karena keluarga adalah unit terkecil yang mampu memberikan kontribusi positif bagi terciptanya sebuah tatanan kehidupan yang ideal ditengah masyarakat dan gereja.
Dalam kedudukan dan fungsinya , terus menerus memerlukan dinamika (gerak dari dalam) yang mendorong kreativitas perempuan mencari dan menemukan sesuatu pembaruan , untuk menjadi teladan  dan  pembaru dalam misi  Tuhan.
Pelayanan dengan komitmen dan penghayatan tidak gampang.  Kita   dapat   memiliki  seribu satu macam alasan untuk tidak melayani..  mulai    dari    alasan sibuk sampai tidak  bisa… atau barangkali kita telah terlibat dalam  pelayanan , tetapi tidak melakukannya  dengan sungguh - sungguh.  Didepan... berbagai  tantangan  terus  datang , hingga  kita  harus  selalu menjaga  komitmen terhadap  pelayanan.  Oleh karena itu mari  kita berjuang untuk komitmen yang telah dibuat.  Meski  rintangan menghadang langkah , bersama Yesus kita terus melangkah …  Selamat Ulang Tahun…
Dirgahayu  Persekutuan Kaum Perempuan GPIB !

         DEWAN PKP GPIB 2010-2015
*Norry Mangindaan   *Ciska sutopo
*Maria Albertina Marentek   *Schelly Tuelah
*Lily Kasengkang *Sarah Eleonora Ngantung
*Luane  Maudie Tauran  *Augustina Elisabeth Pandeiirot

IKUT MENANGGUNG KESALAHAN

Bacaan  Kitab  Bilangan 30 : 10 – 16

Dalam sistem masyarakat yang patriarkhat peran dan fungsi laki-laki sangat dominan. Janji dan nazar seorang perempuan dapat dibatalkan oleh laki-laki dalam kedudukannya sebagai suami (13). Suami yang mendengar isterinya bernazar dan tidak mengatakan apapun, maka nazar sang isteri tetap berlaku. Jika sang suami tidak menyetujui nazar isterinya dan pada saat itu juga membatalkannya dengan tegas, nazar sang isteri menjadi tidak berlaku. Masyarakat masa kini yang hidup dalam paham kesetaraan gender merasa sulit untuk memahami hal ini. Satu hal yang penting dihayati, bahwa dalam sebuah keluarga harus ada seorang yang bertanggungjawab. 

Keluarga merupakan persekutuan yang utuh. Perbuatan seorang anggota keluarga berdampak pada anggota keluarga lainnya. Tindakan seorang anak yang masih dalam asuhan orangtua menjadi tanggungjawab orangtua (khususnya ayah). Itu juga yang nampak pada ayat 15. Suami yang membatalkan nazar isterinya setelah berlalu sekian waktu lamanya, dinyatakan ikut menanggung akibat kesalahan isterinya. Laki-laki sebagai kepala keluarga harus mampu membimbing keluarganya dan memikul tanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di keluarga. Begitulah seharusnya sikap iman kita jika kepada kita diberi tanggungjawab untuk melaksanakan tugas atau peran tertentu. Tugas dan peran juga diberikan kepada perempuan yang harus dilaksanakan juga secara bertanggungjawab.

Sering terjadi untuk menghindari ketegangan antara suami-isteri, sang suami (atau isteri) mengambil sikap berdiam diri. Ketika permasalahan muncul, perbuatannya berdampak kepada pasangannya bahkan keluarganya. Perlu dijalin komunikasi yang baik di dalam keluarga supaya semua anggota keluarga saling memberikan kontribusi yang positif. (SBU, Rabu 15 Feb 12 )

KETIKA COBAAN TAK KUNJUNG HABIS

Bacaan Daniel 11 : 2 – 13
Saudara Terkasih ...
Pada waktu penglihatan ini dinyatakan orang Israel sudah kembali ke negerinya, tapi Daniel tetap tinggal di Babel. Lagi-lagi ini tentang kesusahan besar (10:1) yang akan terjadi pada hari-hari terakhir (10:14). Memang mereka sudah dibebaskan namun berbagai-bagai pencobaan masih akan terjadi. Bangsa-bangsa lain akan berulah sehingga posisi Israel nantinya akan terjepit. Seluruh perkataan dalam perikop ini kemudian terbukti dan dicatat dalam sejarah.

Pertanyaannya, apakah semua kesusahan yang akan datang itu masih merupakan kelanjutan dari penghukuman terhadap Israel?
 Apakah Allah tidak sungguh-sungguh melepaskan umat-Nya? Jika saudara baru saja terlepas dari satu kesusahan tapi masuk lagi ke dalam kesusahan yang lain, bagaimana perasaan saudara? Jengkel dan lama-kelamaan mungkin frustrasi. Begitulah hidup kita. Kesusahan sering datang bukan hanya karena kesalahan kita, melainkan juga karena ulah orang lain. Sementara itu banyak orang berpikir bahwa Tuhan tidak serius dalam mengampuni dan menolong. Buktinya, pencobaan datang silih berganti dan kita merasa belum lepas dari murka Allah. Tidak sedikit orang yang berusaha memulai hidup baru - setelah terbebas dari dosa - kemudian datang musibah, dan mereka masih menganggap itu sebagai ganjaran atas dosa yang lama. Akibatnya, orang tidak dapat menikmati pengampunan. Benarkah Tuhan terus menghukum kita seperti seorang pendendam yang tiada habisnya mengumbar kemarahan?!
Semua pertanyaan di atas harus dijawab begini, Tuhan tidak pernah main-main bila Ia mau mengampuni kita. Kalau setelah itu kita masih mengalami banyak kesulitan, itu bukan bagian dari hukuman, melainkan kenyataan hakiki hidup manusia. Pengalaman kita mengatakan, sekalipun kita sudah berusaha hidup benar di hadapan Tuhan, menjauhi kejahatan dan menaati firman-Nya, kita tidak dapat seluruhnya terbebas dari pencobaan. Kesalahan yang dilakukan orang lain dapat berdampak pada diri kita, tapi Tuhan mengantar kita untuk melewati kesulitan demi kesulitan itu. Mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang telah diampuni-Nya agar mereka kuat di dalam semua kenyataan hidup, baik atau tidak baik. Ia mendampingi, menghibur dan meneguhkan iman kita agar kita mampu melewatinya.( SBU, 10 Feb 2012)

JANGAN BESAR KEPALA

Bacaan : Daniel 8 : 5 – 8 Saudara terkasih ...
Hidup ini penuh kejutan. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian. Kalau hari ini kita merasa kuat, kita tidak tahu apakah besok kita akan tetap kuat. Kalau kita sedang berada 'di atas angin', kita juga tidak bisa memastikan apakah akan terus seperti itu. Tidak ada satupun yang tetap, semuanya berubah dan akan terus begitu.
Itulah yang dialami oleh sang domba jantan, yang pada bacaan sebelumnya begitu perkasa dan tak terkalahkan oleh apapun.
 Tapi kali ini ia justru menjadi pecundang sewaktu berhadapan dengan seekor kambing ajaib yang hanya dengan satu tanduk mampu membuatnya tak berdaya. Seperti biasa, bintang 'sang pendatang baru' selalu bersinar lebih terang daripada yang lama. Setelah tanduk lambang kekuatannya patah maka 'mantan jawara' yang pernah disegani itu kini dilupakan. Tapi kemudian apa yang disebut tabiat lama kini terulang lagi, sang jawara baru itu membesarkan dirinya, dan pada puncaknya patahlah tanduknya yang satu itu. Ia pun 'habis' dan dilupakan.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini ialah, janganlah kita merasa sudah paling segala-galanya. Paling pandai, paling bijaksana, paling kuat, paling saleh, paling baik, paling benar, dan seterusnya. Kalau kita menganggap begitu bisa jadi karena kita belum pernah bertemu orang yang lebih dari kita. Ketika kita merasa sudah segala-galanya, sesungguhnya itulah titik kritis kita sebab orang yang terlena dengan perasaan aman yang dibangunnya sendiri akan mudah terhempas oleh masalah yang datang tiba-tiba. Siapa yang berpikir ia tidak mungkin lemah dan dapat dikalahkan, justru ia sudah kalah saat itu juga! Satu lagi, mungkin kita tidak mau disamakan dengan domba atau kambing dalam kisah ini. Tapi begitulah tabiat kita, setelah berhasil sampai di puncak lalu menjadi besar kepala, atau dalam pepatah Jawa 'gede rumangsa'. Padahal, bila kita mau mempersembahkan semua itu kembali kepada Tuhan, kita akan bertahan. Tuhan pasti mempertahankan segala sesuatu yang membuat nama-Nya harum. SBU,  Rabu, 08 Feb 2012

DOA; sangat besar kuasanya

YESUS MEMBUATMU BERHARGA