Minggu 30 November 2025
HARI MINGGU ADVEN I
Bacaan Matius 9: 35-38
PENDAHULUAN
Injil Matius merupakan kitab pertama dalam Injil Sinoptik yang ditulis oleh Matius. Injil Matius memiliki gaya penulisan yang agak kaku, lebih pendek, dan padat. Tema sentral dari Injil Matius adalah soal penggenapan, manusia, dan komuni-tas. Selain itu, Injil Matius dapat dikatakan sebagai Injil Pengajaran yang mengajarkan tentang sejarah Yesus, serta pengajaran-Nya. Lebih lanjut, tema sentral pengajaran Yesus adalah mengenai Kerajaan Allah, sebab itu dalam pengajarannya Yesus lebih banyak berinteraksi dengan kaum marginal yang mendapat perlakukan tidak baik dari pemerintah Roma maupun para pemuka agama.
Dalam tulisan Warren Carter yang berjudul The Roman Empire and The New Testament: An Essential Guide, menunjukkan bahwa beriman kepada Yesus -yang dijalani oleh para murid-murid Yesus saat itu terjadi di tengah budaya sehari-hari yang dipraktikkan di Kerajaan Roma. Misalnya, masyarakat diwajibkan untuk tunduk dan takluk pada Kaisar, mereka diajar untuk lebih takut pada penguasa, dan mengabaikan orang-orang marginal. Praktik hidup yang demikian sangat memengaruhi pola pikir dan perilaku dari para murid, ketika mereka mengikut Yesus. Apa yang dipraktikkan oleh Kerajaan Roma pada waktu itu, sangat berbeda dengan konsep Kerajaan Surga yang ditawarkan Yesus. Yesus menawarkan sebuah konsep yang mengajarkan dan memperlihatkan bagaimana menjalani kehidupan dengan saling berbela rasa dengan sesama.
PEMAHAMAN KONTEKS
Kehidupan orang banyak yang mengikuti Yesus pada waktu itu, hampir sebagian besar merupakan kaum marginal yang membutuhkan perhatian dan pertolongan. Mereka tidak mendapat perhatian pemerintah Roma, melainkan mereka dipinggirkan, diasingkan, bahkan mendapat tekanan dari pemerintah Roma. Keadaan dan kondisi yang demikian mendapat perhatian Yesus dalam pelayanan-Nya. Salah satu konsep Kerajaan Surga yang ditawarkan Yesus dalam pelaya-nannya adalah belas kasihan atau berbela rasa. Konsep pela-yanan inilah yang hendak diajarkan kepada para murid untuk perhatian dan peduli dengan sesama. Mereka dipersiapkan untuk melayani sesama dalam ketulusan dan tidak mementingkan diri sendiri.
PENDALAMAN TEKS
Matius 9:35-38 menekankan mengenai pelayanan yang dilakukan oleh Yesus bersama para murid yang berjalan berkeliling semua kota dan desa untuk mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Surga.
Ayat 35
Dari ayat ini, kita belajar bagaimana cara Yesus melakukan pelayanan dan apa yang menjadi tujuan utama dari pelayanan yang dilakukan-Nya. Pertama, pengajaran. Yesus memberi pengajaran tentang Kerajaan Surga kepada orang banyak agar mereka memahami Kerajaan Surga yang sesungguhnya. Tanpa pemahaman yang benar, maka sulit untuk memahami konsep Kerajaan Surga yang dimaksudkan Yesus. Selain pengajaran, Yesus menunjukkan kepedulian-Nya dengan menolong dan menyembuhkan mereka yang menderita sakit penyakit. Ada tindakan nyata yang dilakukan dalam pelayanan-Nya. Sederhananya, yang Yesus ajarkan, itulah yang dilakukan-Nya. Di pihak lain, Yesus sedang mengajarkan para murid bagaimana caranya melayani yang baik dan benar.
Ayat 36
Pada bagian ini, Yesus juga ingin menegaskan bahwa melayani hendaknya dilakukan dengan sepenuh hati. Hati yang mengasihi Allah yang dinyatakan melalui menolong sesama. Belas kasihan atau berbela rasa menjadi salah satu metode pelayanan yang dilakukan Yesus untuk dilakukan dalam melayani sesama. Selain itu, Yesus melihat bahwa yang dibutuhkan oleh orang banyak bukan hanya masalah makanan dan penyakit, melainkan perhatian dan kepeduliaan yang menyentuh hati mereka. Mereka membutuhkan bimbingan dan pendampingan dalam menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan hidup.
Ayat 37-38
Pada kedua ayat ini jelas menunjukkan bahwa pemerintah maupun para pemuka agama pada saat itu tidak peduli kepada kaum marginal. Mereka hanya mengutamakan kepentingan mereka. Oleh sebab itu, apa yang dikatakan Yesus mengenai tuaian dan pekerja, mengarah pada keadaan yang sebenarnya bahwa banyak orang yang membutuhkan pertolongan, namun tidak semua orang dapat memberi diri dengan tulus dalam melayani mereka. Oleh sebab itu, para murid dipersiapkan agar mereka dapat melanjutkan pelayanan Yesus dalam melayani sesama dalam ketulusan, kesetiaan, dan ketaatan.
CONTOH KHОТВАН
Setiap orang terpanggil untuk melayani, namun tidak semua orang tahan uji dalam melayani. Karena itu, hanya orang-orang pilihan yang dapat melayani dalam ketaatan, kesetiaan, dan ketulusan. Tanpa ketiga hal ini, maka pelayanan yang dilakukan semata hanya untuk menyenangkan hati manusia, terlebih untuk mendapat pujian. Oleh sebab itu, setiap orang perlu belajar untuk memahami dengan baik arti dari melayani yang sesungguhnya.
Melayani berarti memberi diri, waktu, untuk mereka yang dilayani, daripada mendahulukan kepentingan diri sendiri. Di dalam melayani ada pengajaran, didikan, dan tindakan, serta menolong sesama yang menderita dan berbeban berat. Yesus dalam pembacaan ini menunjukkan bahwa melayani tidak hanya terkait dengan perkataan dan tindakan, melainkan berkaitan juga dengan hati. Pada ayat 36 dikatakan ...tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan... Artinya, melayani juga perlu menggunakan hati agar dapat berbela rasa dengan sesama yang menderita. Yesus menunjukkan sikap berbela rasa dalam pelayanan yang dilakukannya. Dengan berbela rasa, kita dapat merasakan dan memahami penderitaan orang lain, sehingga tidak mudah untuk menghakimi. Karena itu, diperlukan mereka yang dapat melayani dengan sepenuh hati. Memang tidak mudah mendapatkan mereka yang mau melayani dalam ketaatan, kesetiaan, dan ketulusan, sebab itu Yesus katakan tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
APLIKASI
Di era teknologi yang semakin canggih mempermudah untuk memeroleh berbagai informasi, mulai dari yang menyenangkan sampai mengenaskan. Kecanggihan teknologi juga mempermudah untuk berbagi dan berbela rasa dengan sesama, sebagaimana yang dilakukan Yesus. Meskipun demikian, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah kesungguhan hati dalam melayani. Di minggu adven ini, diingatkan akan kasih Kristus yang tiada berkesudahan bagi umat-Nya. Oleh sebab itu, setiap kita terpanggil untuk melayani dalam kesetiaan, ketaatan, dan ketulusan.
PENUTUP
Dengan demikian, pelayanan bukan masalah suka melayani, tetapi lebih dari itu perlu memiliki sikap berbela rasa atau belas kasihan yang tulus kepada sesama. Melayani bukan untuk dilihat dan dipuji orang, melainkan untuk menyenangkan hati Tuhan yang telah memercayakan pelayanan. DKT/veth
